Invasi Rusia: Ratusan Jenazah Ditemukan di Mariupol, Tertimbun Reruntuhan Bangunan

Korban jiwa dari invasi Rusia masih terus ditemukan di Ukraina.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 10 Jun 2022, 12:00 WIB
Prajurit Ukraina duduk di dalam bus setelah mereka dievakuasi dari pabrik baja Azovstal Mariupol yang terkepung, dekat sebuah penjara di Olyonivka, di wilayah di bawah pemerintahan Republik Rakyat Donetsk, Ukraina timur (17/5/2022). (AP Photo)

Liputan6.com, Mariupol - Korban dari invasi Rusia ke Ukraina masih terus bermunculan. Terkini, ratusan jenazah ditemukan di reruntuhan bangunan yang berlokasi di Mariupol.

Kota Mariupol adalah kota Ukraina yang telah direbut Rusia. Rusia berdalih kota itu merupakan wilayah Donetsk yang merupakan daerah separatis dan kemerdekaannya sudah diakui Rusia.

Menurut laporan BBC, Kamis (9/6/2022), ratusan jenazah itu ditemukan di reruntuhan yang menghancurkan Mariupol. Pejabat kota Mariupol berkata ada 50 hingga 100 tubuh yang ditemukan di tiap apartemen.

Penasihat wali kota Mariupol, Petro Andryushchenko, menggambarkan keadaan ini sebagai "karavan kematian tanpa akhir."

Tubuh-tubuh itu ditransportasi ke kamar mayat atau ke kuburan massal, tergantung kondisi mayatnya.

Sebelumnya, pihak Republik Rakyat Donetsk berkata ada 60 persen bangunan di Mariupol telah hancur, dan sebanyak 20 persen lainnya tidak bisa dibangun lagi.

Andryushchenko juga menyebut pasukan penjajah telah berhenti mencari jenazah dan langsung melakukan penggusuran saja. Ia pun berkata jumlah pasti jenazah tidak akan pernah diketahui.

"Tak ada kata-kata. Hanya kemarahan," ujarnya dalam postingan di Telegram.

Sementara, pihak Rusia masih membantah melakukan serangan ke rakyat sipil Ukraina, meski invasi telah berlangsung lebih dari 100 hari. Kedutaan Besar Rusia di Indonesia berkata tindakan kekerasan bukanlah hal yang dilakukan oleh militer Rusia.

Bukti video dan foto yang diambil oleh para jurnalis perang pun dinilai menyesatkan oleh Rusia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kecaman dari Inggris

Seorang perempuan diproses saat dia tiba dengan bus bersama orang lain yang melarikan diri dari Mariupol dan kota-kota lain ke pusat penerimaan pengungsi di Zaporizhzhia, Ukraina, Selasa (3/5/2022). Ribuan warga Ukraina terus meninggalkan wilayah yang diduduki Rusia. (AP Photo/Francisco Seco)

Kedutaan Besar Inggris di Jakarta juga merilis pernyataan mengenai 100 hari serangan Rusia di Ukraina. Inggris berkata serangan Rusia sebagai hal "biadab dan tidak beralasan." 

Pada pernyataan resmi Kedubes Inggris, Rabu (8/6/2022), ada puluhan ribu orang tewas dan lebih dari 6,8 juta pengungsi telah meninggalkan Ukraina. Ada 8 juta warga Ukraina mengungsi, hampir 13 juta terdampar di zona konflik dan hampir 16 juta membutuhkan dukungan kemanusiaan.

“Invasi Putin telah membawa kematian dan kehancuran dalam skala yang tidak terlihat di Eropa sejak WW2. Perang ini memiliki konsekuensi besar bagi perdamaian, kemakmuran, dan ketahanan pangan global. Itu penting bagi kita semua," ujar Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss. 

Duta Besar Inggris untuk Indonesia Owen Jenkins meminta agar komunitas internasional tetap mengingat bahwa Vladimir Putin bertanggung jawab. 

"Penting untuk diingat siapa yang memikul tanggung jawab tunggal dan penuh atas krisis bahan bakar dan pangan yang menghantam ekonomi global – Putin. Invasi Putin yang agresif dan tidak beralasan melanggar prinsip dasar hukum internasional - bahwa negara memiliki kedaulatan teritorial dan hak untuk menentukan kebijakan luar negeri mereka sendiri," ujar Dubes Owen.


Mengaku Tak Serang Warga Sipil

Asap mengepul dari pabrik baja Azovstal di Mariupol, di wilayah di bawah pemerintahan Republik Rakyat Donetsk, Ukraina timur, saat perang antara Rusia Ukraina. (AP Photo/Alexei Alexandrov, File)

Sudah lebih dari 100 hari sejak Rusia menyerbu Ukraina. Jutaan warga Ukraina telah mengungsi dan korban jiwa masih berjatuhan. 

Meski demikian, Kedutaan Besar Rusia menyebut bahwa Rusia tidak menyerang warga sipil. Bukti-bukti foto dan video juga dinilai bisa menyesatkan. 

 

Duta Besar Rusia Lyudmila Vorobieva menyebut menyakiti rakyat sipil bukanlah tradisi dari angkatan bersenjata Rusia. Ia mencontohkan ketika pasukan Soviet masuk ke wilayah Jerman di Perang Dunia II, namun rakyat Jerman tidak disakiti. 

"Bahkan di situasi itu, angkatan bersenjata kami masuk ke wilayah Jerman, lalu tidak ada kekejian, tidak ada kekerasan terhadap rakyat sipil, warga Jerman biasa. Sebaliknya, mereka menyediakan makanan," ujar Dubes Rusia Lyudmila Vorobieva di rumah dinasnya di Jakarta, Rabu (8/6).

Meski demikian BBC, Al-Arabiya, hingga blog London School of Economics and Political Science (LSE) menyebut ada hingga dua juta wanita diperkosa ketika Tentara Soviet masuk ke Jerman di perang Dunia II.

Selain itu, pihak Rusia menegaskan bahwa ada misinformasi terkait serangan di pusat kota Donetsk. Pihak Rusia berkata serangan yang terjadi berasal dari lokasi yang dikontrol tentara Ukraina. 

Pihak Rusia juga membantah adanya aktivitas militer di Svyatogorsk yang merupakan wilayah bersejarah.

"Kementerian Pertahanan Rusia menekankan bahwa Angkatan Bersenjata Rusia yang berlokasi di utara Svyatogorsk tidak melaksanakan operasi-operasi pertarungan di area ini dan membom wilayah Svyatogorsk Historical and Architectural Reserve," tulis keterangan dari Kedubes Rusia.


Negosiasi Damai Buntu, Dubes Ukraina untuk RI Sebut Rusia Tak Becus

Asap mengepul setelah serangan udara Rusia di Mariupol, Ukraina (9/2/2022). Serangan Rusia telah merusak parah sebuah rumah sakit bersalin di kota pelabuhan Mariupol yang terkepung, kata pejabat Ukraina. (AP Photo/Evgeniy Maloletka)

Negosiasi antara Ukraina dan Rusia menemui jalan buntu. Sulit menemukan jalan tengah di antara keduanya. Ukraina menyebut bahwa tak akan pernah mau menukar wilayahnya dengan kesepakatan damai.

“Secara ideologis tidak dapat diterima bagi kami untuk memberikan sesuatu kepada Federasi Rusia dan berpura-pura bahwa itu adalah semacam perang yang mudah,” kata Mykhailo Podolyak, seorang anggota delegasi Ukraina untuk pembicaraan damai dengan Rusia.

Menanggapi ini, Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin menyebut bahwa Rusia tak becus.

"Rusia tak becus (capable) tiap negosiasi," ujar Dubes Vasyl.

 

"Buktinya masih banyak wilayah Ukraina yang hancur. Apa tujuan dari negosiasi ini?," ujar Dubes Vasyl.

"Apakah kita butuh negosiasi? Ya butuh. Sejak awal kami melakukan negosiasi. Namun Rusia tidak menghentikan bombardir. Siapa yang tidak capable di negosiasi ini" katanya.

Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya