Dapur Cokelat Luncurkan Aplikasi di Ulang Tahun ke-21, Pelanggan Bisa Atur Jadwal Kirim Pesanan

Situasi pandemi sempat membuat usaha Dapur Cokelat goyah, tetapi berangsur-angsur mulai pulih dengan beragam inovasi.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 09 Jun 2022, 20:02 WIB
Pendiri Dapur Cokelat Ermey Tristiarty dan Okky Dewanto meluncurkan aplikasi khusus untuk pelanggan mereka. (dok. Dapur Cokelat)

Liputan6.com, Jakarta - Dapur Cokelat akhirnya menginjak usia 21 tahun pada 2 Juni 2022. Bisnis olahan cokelat yang dirintis Ermey Tristiarty dan suaminya, Okky Dewanto, secara perlahan mulai bangkit kembali setelah terimbas badai pandemi Covid-19.

Satu demi satu inovasi diluncurkan. Yang terbaru, mereka merilis aplikasi Dapur Cokelat untuk semakin mendekatkan diri dengan pelanggan. Dalam rilis yang diterima Liputan6.com, beberapa waktu lalu, aplikasi yang diklaim user-friendly itu memudahkan pelanggan memesan kue favorit mereka.

Pelanggan bisa memilih tanggal hingga jam pengiriman pesanan. Tersedia juga opsi sistem pengantaran, metode pembayaran, hingga personalisasi pesan khusus yang ingin diberikan oleh pemesan kepada penerima produk. 

"Terlebih besarnya basis penjualan online dan delivery membuat produk Dapur Cokelat diciptakan untuk mendukung pengiriman yang aman, easy to deliver, easy to grab, easy to handling, agar produk tetap aman sampai di tujuan atau ketika diambil ke pick up point terdekat," ujarnya.

Salah satu manfaat yang ditawarkan kepada pelanggan lewat aplikasi itu adalah cash back yang bisa digunakan untuk transaksi berikutnya. Member yang berulang tahun, kata dia, juga akan dipilih secara acak untuk menerima kue ulang tahun.

Eyi, biasa disapa, mengatakan aplikasi merupakan cara pihaknya beradaptasi dengan digitalisasi. Dalam jumpa pers secara virtual pada Oktober 2021, ia menyebut makin jarang pelanggan yang langsung datang ke outlet. Mereka lebih senang bertransaksi lewat ponsel atau secara online.

"Dari jaman dulu yang tadinya semua by kertas, sekarang semua digital," ujarnya saat itu.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Berjuang di Masa Pandemi

Pendiri Dapur Cokelat Ermey Tristiarty. (dok. Dapur Cokelat)

Eyi mengungkap, pandemi merupakan salah satu badai terbesar yang pernah dihadapinya selama mengelola Dapur Cokelat. Banyak keputusan berat yang harus diambil demi mempertahankan bisnis yang saat itu sudah berusia 19 tahun tersebut. 

"Saat itu enggak bisa berbuat gimana-gimana, penjualan turun, omzet nyusruk, tapi kita harus beradaptasi mencari ide, semacam jalan keluar. Gimana caranya ngelewatin ini aja dulu," celotehnya.

Salah satu yang diputuskan adalah merumahkan sekitar 30--40 staf yang ada. Ia mengaku bersama suaminya tidak bisa tidur sampai tiga hari lantaran harus menyampaikan kabar tak mengenakkan itu kepada karyawan yang juga dalam keadaan terjepit.

"Cukup menyedihkan, enggak pernah saya lihat Pak Okky nangis di depan kami karena harus merumahkan staf kita," ucapnya seraya menyebut ratusan karyawan lain dipertahankan.

Dalam kesempitan, terbitlah inspirasi untuk menjual produk premix. Ide itu datang dari karyawan mereka sendiri. Produk yang awalnya hanya dijual untuk franchise, akhirnya dikemas dalam ukuran lebih kecil dan dijual ritel.

"Dengan bismillah, kita coba packing jadi satu pouch... Premix ini sangat alhamdulillah, sangat laku banget, sampai kapasitas produksi kami tiidak memenuhi," ujarnya.


Ekspansi Bisnis

Ilustrasi cokelat (sumber: Pixabay)

Eyi juga turun langsung mempromosikan produknya. Memanfaatkan media sosial, ia membuat tutorial penggunaan premix. Saluran penjualan juga diperluas hingga masuk market place.

"Akhirnya rombak factory. Dibikin lagi mesinnya sehingga bisa suplai, produksinya lebih tinggi. Oktober akhir (2021) tersedia di semua market place," ucap dia.

Di sisi lain, pihaknya tidak berhenti berinovasi menciptakan ragam rasa baru cokelat praline dan kue mereka. Hal itu demi memenuhi selera konsumen yang beragam dan berubah. Dapur Cokelat akhirnya kembali pulih dan merasa harus berinvestasi lagi.

Eyi dan tim akhirnya memutuskan untuk meminjam dana ke bank. Itu menjadi keputusan terbesar selama 20 tahun perjalanan Dapur Cokelat.

"Sebelum dikucurkan dana, kita takut tidak bisa jalani ini atau ternyata tidak berhasil. Keputusan itu didiskusikan sekitar satu bulan. Selama ini, kami pakai uang sendiri...Alhamdulillah, ini (ternyata) keputusan yang tepat," ia menjelaskan.

 


Sejarah Dapur Cokelat

Ilustrasi kue ulang tahun cokelat leleh/copyright freepik.com

Eyi merintis bisnisnya demi membalik image negatif akan cokelat. Pada 2001, cokelat kerap diasosiasikan sebagai penyebab sakit gigi dan jerawatan, padahal tidak demikian.

Dengan menyasar kelas premium di Ibu Kota, pihaknya memutuskan membuka gerai pertama di Jalan KH. Ahmad Dahlan. Desain tokonya dirancang unik karena ia memanfaatkan peralatan yang ada di rumah dan sudah tak terpakai. Dari mixer, oven rusak, hingga koleksi mug, semua dibawa dan ditata apik.

"Pas ditata, kok kayak dapur. Supaya feel-nya dapur, ya bikin dapur aja. Dibangunlah kitchen set yang tidak terlalu mahal. Itu enggak berfungsi, hanya untuk pajangan aja," celotehnya seraya menyebut nama Dapur Cokelat merupakan ide dari suaminya.

Karena desain interior itu, calon pelanggan sampai salah mengira gerai itu sebagai toko kitchen set. Kesempatan itu dimanfaatkannya untuk memperkenalkan kue dan cokelat buatannya ke pelanggan baru. Desain tersebut tetap dipertahankan, tapi disesuaikan dengan perkembangan zaman hingga sekarang.

"Masih dipertahankan aksen dapurnya," kata dia.

Infografis tampilan kekinian camilan tradisional. (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya