Liputan6.com, Jakarta Perusahaan teknologi Credibook terus mendorong digitalisasi operasional bisnis pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), salah satunya melalui layanan grosir digital besutan perseroan Credimart.
CEO & Co-Founder CrediBook Gabriel Frans mengatakan, CrediMart menyediakan kebutuhan dagang bagi peritel secara daring dengan memberdayakan toko grosir konvensional.
Advertisement
"Kami terus memberikan pemahaman akan manfaat teknologi dalam membantu kegiatan operasional toko. Bagi rekan grosir, kami melakukan pendampingan sehingga mereka dapat mengoptimalkan teknologi digital yang CrediMart sediakan, yakni aplikasi pemesanan online yang terhubung dengan fitur manajemen inventaris dan transaksi," ujar Gabriel dikutip dari Antara, Kamis (9/6/2022).
Selain itu, lanjut Gabriel, pihaknya juga aktif memberikan edukasi bagi peritel mengenai cara pakai serta manfaat berbelanja grosir secara daring melalui CrediMart.
Ia menambahkan, seusai menerima pendanaan Seri A pada April lalu, CrediMart terus melakukan ekspansi untuk memperluas jangkauan area operasional serta menambah kategori produk yang ditawarkan.
"CrediMart tersedia di 40 kota di Indonesia dan telah memperluas area operasional hingga ke luar pulau Jawa seperti Bali dan Nusa Tenggara. Baru-baru ini, CrediMart juga menambah kategori produk ke fesyen dan masker kesehatan setelah sebelumnya menyediakan kebutuhan sehari-hari, FMCG, obat-obatan terbuka, dan alat tulis dan kantor, serta bahan bangunan," kata Gabriel.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dampak Positif
Salah satu rekan grosir yang merasakan dampak positif CrediMart ialah Dewi, pemilik toko grosir Berkah Jaya Sulaiman di Kopo, Jawa Barat.
Dewi telah menjadi rekan grosir CrediMart sejak Juni 2021. Sejak bergabung dengan CrediMart, Dewi mengatakan kegiatan operasional toko grosirnya menjadi lebih mudah.
"Dulu semuanya masih serba ribet dan manual. Jualan cuma di toko, rekap pembelian di kertas, nggak tau mana barang yang paling laku dan enggak. Sejak gabung ke CrediMart, jadi lebih mudah," ujar Dewi.
Ia menyampaikan, toko grosir miliknya diberi aplikasi buat memantau pesanan dan stok barang lewat tablet. CrediMart juga membantu menjualkan barang di toko miliknya secara daring sehingga pelanggan tokonya terus bertambah. Dewi juga mengaku sejak menjadi rekan grosir CrediMart, perputaran barang di toko grosirnya semakin cepat.
"Contohnya, dulu saya perlu satu minggu untuk menjual 1.000 karton minyak, namun sejak dibantu CrediMart, semuanya (1.000 karton) bisa laku hanya dalam dua hari saja," kata Dewi.
Sementara itu, Wardah, pelaku usaha ritel sekaligus pelanggan CrediMart di Denpasar, Bali, juga mengaku terbantu dalam memenuhi kebutuhan dagangnya.
"Yang paling saya suka, tim sales CrediMart juga selalu membantu cara belanja dan menginfokan tentang ketersediaan barang. Jadi nggak tiba-tiba diberitahu stok kosong saat pengantaran barang," ujar Wardah.
Advertisement
Perbaikan Kebijakan Jadi Modal Kuat Pengembangan UMKM di Indonesia
Pemerintah terus berupaya mendorong peningkatan daya saing UMKM dan kontribusinya terhadap ekonomi Indonesia. Salah satunya dengan terus mengkaji dan memperbaiki kebijakan pembiayaan UMKM baik di masa lalu maupun yang masih berjalan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan pentingnya kajian dan perbaikan kebijakan-kebijakan UMKM yang telah ada di Indonesia yang disesuaikan dengan tantangan saat ini. Dengan demikian, kebijakan dapat dikembangkan dari kebijakan yang telah ada dan tidak perlu memulai dari nol.
Hal ini dapat meningkatkan efektivitas penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pembiayaan UMKM di Indonesia. Dengan kebijakan yang tepat, pemerintah optimis peran UMKM yang merupakan critical engine bagi perekonomian Indonesia dapat terus meningkat.
“Saat ini kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia mencapai 61 persen dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja mencapai 97 persen dari total penyerapan tenaga kerja nasional. Diharapkan juga, kontribusi UMKM terhadap ekspor non migas yang saat ini baru mencapai 16 persen dapat ditingkatkan,” ungkap Menko Perekonomian Airlangga Hartarto seperti ditulis, Senin (30/5/2022).
Bila melihat ke belakang, berbagai kebijakan UMKM guna memperkuat permodalan telah dilaksanakan mulai dari Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) hingga tahun 1999, seperti Kredit Bimbingan Masyarakat (BIMAS), Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit Investasi Kecil (KIK), Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP), dan Kredit Candak Kulak. Setelah tahun 1999, kebijakan pembiayaan UMKM dilanjutkan dan dikembangkan oleh pemerintah berupa Pembiayaan Ultra Mikro (Umi), Pembiayaan Mikro, dan Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Melalui skema subsidi bunga, suku bunga KUR dapat diturunkan hingga mencapai titik terendah yaitu 6 persen efektif per tahun. Selanjutnya, pada masa pandemi Covid-19 pemerintah memberikan tambahan subsidi bunga 6 persen pada tahun 2020 sehingga suku bunga KUR 0 persen pada tahun 2020. Pada tahun 2021 dan 2022, Pemerintah memberikan tambahan subsidi bunga lagi sebesar 3 persen sehingga suku bunga KUR hanya 3 persen.
Akses KUR Lebih Luas
Dalam upaya meningkatkan akses UMKM terhadap pembiayaan, pemerintah terus menambah fasilitas KUR agar dapat diakses secara lebih luas. Integrasi program Kartu Prakerja dengan KUR menjadi salah satu kunci munculnya UMKM baru yang berdaya saing. Peserta program Kartu Prakerja, setelah mendapat pembekalan, diharapkan dapat mengakses permodalan dan siap berwirausaha.
“Pemerintah telah mengintegrasikan program Kartu Prakerja dengan KUR, menambah skema KUR Super Mikro (di bawah 10 juta) untuk pekerja terkena PHK dan ibu rumah tangga, serta melakukan kebijakan KUR khusus bagi korporatisasi baik petani maupun nelayan. Dari segi anggaran, pemerintah telah melakukan front loading berbagai kebijakan insentif fiskal dan perlindungan sosial di awal tahun ini sebagai keberpihakan dan dukungan terhadap UMKM,” ungkap Menko Airlangga.
Dalam kegiatan yang sama, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Iskandar Simorangkir menyampaikan bahwa peran penting UMKM juga dapat dipelajari dari negara lain yang telah berhasil mendorong UMKM dalam pembangunan ekonomi, seperti Jepang dan Korea Selata. Hal-hal yang dapat diperlajari, di antaranya melalui peningkatan produktivitas SDM, peningkatan keterlibatan UMKM dalam Global Value Chain, dan pembentukan ekosistem kelembagaan yang terintegrasi dengan kebijakan pemerintah.
Acara Kajian Buku Pembiayaan UMKM dibuka oleh Rektor Universitas Islam Riau Prof. Dr. H. Syafrinaldi, S.H., M.C.L. Dalam sambutannya, Rektor menyoroti pentingnya kajian buku Pembiayaan UMKM ini dan meyakini bahwa buku ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan, masyarakat, dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi panel dengan narasumber Asisten Deputi Moneter dan Sektor Eksternal Ferry Irawan dan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Riau Prof. Dr. H. Detri Karya, S.E., M.A. Pada sesi diskusi panel tersebut, Prof Detri mengungkapkan bahwa generasi Z berpotensi menjadi pelaku UMKM berkinerja baik dengan memaksimalkan penggunaan teknologi informasi. Menganggapi hal tersebut, Asisten Deputi Ferry Irawan menyampaikan bahwa integrasi ekosistem digital dengan bisnis UMKM menjadi salah satu fokus pemerintah saat ini karena terbukti mampu meningkatkan efisiensi bisnis dan pemasaran.
Turut hadir pada acara tersebut jajaran pimpinan wilayah bank penyalur dan penjamin KUR, perwakilan dari Dinas Perdagangan, Industri, dan Koperasi Provinsi Riau, serta civitas akademika Universitas Islam Riau. Kuliah Umum dan Kajian Buku Pembiayaan UMKM juga diikuti oleh berbagai pelaku UMKM di Pekanbaru, antara lain pengusaha makanan, kopi, aksesoris, serta tekstil khas Pekanbaru.
Advertisement