Pertamina Haramkan Mobil Mewah Konsumsi Pertalite, Kenapa Sih?

PT Pertamina (Persero) mengimbau para pengguna mobil mewah untuk tidak lagi mengonsumsi BBM bersubsidi jenis Pertalite.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Jun 2022, 11:30 WIB
Petugas mengisi BBM pada sebuah mobil di salah satu SPBU, Jakarta, Selasa (1/3). Pertamina menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) umum Pertamax, Pertamax Plus, Pertamina Dex, dan Pertalite Rp 200 per liter. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) mengimbau para pengguna mobil mewah untuk tidak lagi mengonsumsi BBM bersubsidi jenis Pertalite.

Imbauan ini merespon temuan Menteri BUMN Erick Thohir terkait masih banyaknya pengguna mobil mewah yang membeli BBM Pertalite dengan RON 90 tersebut.

Pejabat sementara (Pjs) Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting menyampaikan, Pertalite sendiri diperuntukkan bukan untuk kelompok mobil mewah.

Mengingat, spesifikasi mesin yang terdapat pada kendaraan mewah baik roda dua maupun roda empat saat ini membutuhkan konsumsi BBM di angka Oktan minimal 92 atau Pertamax. Hal ini bertujuan untuk membuat mesin kendaraan lebih awet.

"Pertamina tetap menghimbau agar menggunakan BBM sesuai spesifikasi yang ditentukan untuk kendaraan. Umumnya kendaraan sekarang sudah menentukan penggunaan BBM (gasoline) RON 92 ke atas," ujar Irto kepada Merdeka.com di Jakarta, Sabtu (11/6).

Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir mengaku geram saat mengetahui masih adanya pelanggaran dalam penyaluran program Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Di antaranya banyak mobil mewah yang masih mengonsumsi BBM jenis Pertalite atau RON 90.

Padahal, lanjut Erick, Pertalite merupakan jenis BBM yang disubsidi pemerintah untuk dipakai oleh masyarakat kelas bawah. Sementara, bagi masyarakat kelompok ekonomi mampu tersedia BBM jenis Pertamax yang tidak disubsidi oleh pemerintah.

"Itu pun di lapangan masih banyak mobil yang mestinya tidak boleh dengan Pertalite masih mengisi," kata Erick saat mengisi Kuliah Umum di Universitas Surabaya (Ubaya), Jawa Timur, Jumat (10/6).

Erick mencatat, anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk membiayai program subsidi BBM sendiri mencapai lebih dari Rp200 triliun. Tujuannya untuk menjaga harga Pertalite tidak mengalami kenaikan meski harga minyak dunia meroket akibat konflik Rusia dan Ukraina.

 

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Beli Pertalite Wajib Pakai MyPertamina, Driver Ojol Justru Untung?

Petugas SPBU mengisi bahan bakar jenis pertalite kepada pengguna sepeda motor di Pamulang, Tangerang Seatan, Banten, Senin (21/9/2020). Pertamina memberi diskon harga BBM jenis pertalite di Tangerang Selatan dan Bali, dari Rp 7.650 menjadi Rp 6.450 per liter. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Sebelumnya, Asosiasi Pengemudi Ojol Garda Indonesia, mendukung pembatasan penggunaan Pertalite apabila nantinya menggunakan aplikasi MyPertamina, sebagai aplikasi kontrol untuk pembelian khusus pada alat transportasi golongan angkutan umum, sepeda motor cc kecil dibawah 400 cc dan masyarakat kurang mampu dan pastinya juga bagi para pengemudi ojek online.

"Namun juga jangan sampai nantinya penerapan penggunaan aplikasi MyPertamina, menimbulkan antrian panjang di SPBU-SPBU Pertamina dikarenakan masih banyaknya masyarakat yang tidak paham penggunaan aplikasi MyPertamina ini," kata Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Ojek Online Garda Indonesia, Igun Wicaksono dalam keterangannya, Senin (6/6/2022).

Menurutnya, layanan atas pengisian BBM Pertalite menggunakan aplikasi MyPertamina harus didukung oleh SDM petugas operator SPBU yang dapat cepat dan tanggap melayani pembeli.

"Sebagai sosialisasi awal mungkin pihak Pertamina dapat menerapkan jalur khusus pengguna aplikasi MyPertamina pada SPBU nya, dan pastinya dengan kecepatan layanan dan tambahan petugas promosi sebagai bentuk sosialisasi MyPertamina," ujarnya.

Dia menegaskan, Asosiasi Pengemudi Ojol Garda Indonesia juga siap melakukan MoU ataupun dukungan integrasi dengan Pertamina dalam rangka sosialisasi penggunaan aplikasi MyPertamina yang diterapkan kepada pengemudi ojek online pada setiap pembelian Pertalite.

"Garda berharap juga harga Pertalite jangan sampai dinaikan, karena beban ekonomi pengemudi ojol yang masih pemulihan pedapatan pasca pandemi Covid 19 dalam dua tahun belakangan ini yang sangat menggerus ekonomi para pengemudi ojol," pungkasnya.

Sebelumnya, diketahui Pemerintah berencana membatasi pembelian bahan bakar minyak atau BBM subsidi pertalite dan solar.

Pemerintah melalui Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mendorong penggunaan aplikasi MyPertamina untuk pembelian BBM Pertalite, dan Solar.


Penggunaan Aplikasi MyPertamina

Mesin pengisian ulang bahan bakar minyak di salah satu SPBU, Jakarta, Selasa (15/3). Pertamina menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) umum Pertamax, Pertamax Plus, Pertamina Dex, dan Pertalite Rp 200 per liter. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pemerintah melalui Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mendorong penggunaan aplikasi MyPertamina untuk pembelian BBM jenis Pertalite, dan Solar yang konon kabarnya bakal segera dibatasi.

Anggota Komite BPH Migas Saleh Abdurrahman menjelaskan, ke depan yang berhak mengisi solar dan Pertalite harus melakukan registrasi di aplikasi My Pertamina, yang selanjutnya akan diverifikasi oleh BPH Migas.

“Ya solar kan JBT (jenis BBM tertentu), pertalite Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) kemudian kuotanya sudah ditentukan masing-masing 15,1 juta kl dan 23,05 juta kl, sementara kita proyeksikan kebutuhan lebih dari itu,” kata Saleh kepada Liputan6.com, Kamis (2/6/2022).

Sehingga penyaluran JBT dan JBKP harus tepat sasaran. Oleh sebab itu konsumen solar ini mesti tercatat atau registrasi dulu di MyPertamina, kemudian diverifikasi. Jika berhak bisa mendapatkan solar.

Apabila telah disetujui, maka konsumen memiliki akses dan dapat membeli solar subsidi. Tentunya, agar petugas Pertamina tahu maka pembeli dihimbau untuk menunjukkan bukti sudah akses MyPertamina dengan bukti seperti QR Code.

Begitupun sebaliknya, bagi yang tidak terverifikasi. Maka konsumen tersebut tidak berhak menerima subsidi, dan harus membeli Jenis BBM umum (JBU).

Lebih lanjut, untuk menerapkan kebijakan pembelian BBM bersubsidi melalui MyPertamina,  perlu dilakukan revisi Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak. Lantaran, Perpres tersebut mengatur siapa saja yang berhak membeli BBM subsidi.

“Betul (harus direvisi), tujuannya untuk menyesuaikan konsumen pengguna,” pungkasnya.  


Pertalite dan Solar Bakal Dibatasi, Siapa Saja yang Boleh Beli?

Pengendara motor antre mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Kelapa Dua, Jakarta , Kamis (14/4/2022). Pemerintah memberi sinyal akan menaikkan harga Pertalite dan solar. Hal ini menjadi langkah pemerintah dalam menghadapi dampak kenaikan harga minyak mentah dunia. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Pemerintah tengah menggodok aturan soal pembatasan pembelian BBM jenis Pertalite dan Solar. Kebijakan ini rencana diterapkan agar penyalurannya dapat lebih tepat sasaran.

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan sepakat atas inisiatif pembatasan pembelian BBM Pertalite dan Solar tersebut. Dia menilai, sudah saatnya pemerintah memberikan subsidi kepada orang bukan lagi dalam bentuk barang.

Dalam hal ini, ia memaparkan sejumlah golongan yang menurutnya berhak menerima kompensasi untuk diperbolehkan membeli Pertalite dan Solar.

"Kriterianya saya kira kendaraan roda 2, angkutan umum, angkutan sembako, operasional UMKM, mobil pribadi dengan tahun di bawah 2012, dan kendaran petani kecil dan menengah," ungkap dia kepada Liputan6.com, Selasa (31/5/2022).

Bila tak dibatasi, Mamit menyebut pemerintah ke depan pasti bakal terus kerepotan. Pasalnya, berapapun kuota yang dialokasikan dalam APBN untuk subsidi BBM jenis gasoline pasti akan jebol, lantaran siapapun bisa mengkonsumsi barang subsidi tersebut.

"Hal ini karena tidak ada larangan yang jelas dari pemerintah terkait dengan hukuman jika tidak tepat sasaran," ujar dia.

Seiring dengan kemajuan teknologi saat ini, ia beranggapan penyaluran BBM bersubsidi akan lebih mudah. Asalkan semua pihak mempunyai visi yang sama untuk mengurangi beban subsidi.

"Dampaknya bagi negara pasti akan sangat membantu karena beban keuangan akan semakin berkurang. Selain itu, negara akan menggunakan dana tersebut untuk pembangunan sektor yang lain, tidak melulu subsidi energi," tuturnya.

Masyarakat yang secara kriteria berhak membeli Pertalite dan Solar tentunya tengah menunggu kapan aturan itu akan diterapkan. Liputan6.com lantas coba mengkonfirmasi hal tersebut kepada BPH Migas, namun belum mendapat jawaban hingga berita ini naik.  

Infografis Isyarat Kenaikan Tarif Listrik dan Pertalite (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya