Liputan6.com, Jakarta Mi instan menjadi salah satu hidangan favorit banyak orang, lantaran mudah disajikan dengan cepat dan tanpa membutuhkan keahlian khusus, mie instan juga sangat digandrungi karena harganya yang sangat murah, serta cocok disantap dengan berbagai lauk.
Selain kaya akan protein dan karbohidrat, mie juga memiliki tekstur yang kenyal sehingga sangat disukai oleh semua kalangan, dari anak kecil hingga lansia.
Advertisement
Tentu kita tahu, mi instan sendiri dikenal dengan dua jenis, yaitu mie instan goreng dan berkuah, namun sejalan dengan berbagai perkembangan zaman, hingga saat ini terdapat berbagai macam pilihan rasa dan jenis mie instan, sehingga membuat konsumen memiliki banyak pilihan.
Saking banyak penikmat mie instan, terdapat 20 negara yang jumlah konsumen mie instan ini terbanyak. Negara mana saja? Dilansir dari world instant noodles associations (WINA) per 13 Mei 2022, berikut daftarnya:
1. China/Hong Kong 43,99 miliar porsi mie instan
2. Indonesia 13,27 miliar porsi mie instan
3. Vietnam 8,56 miliar porsi mie instan
4. India 7,56 miliar porsi mie instan
5. Japan 5,85 miliar porsi mie instan
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
AS hingga Bangladesh
6. Amerika Serikat 4,98 miliar porsi mie instan
7. Philippines 4,44 miliar porsi mie instan
8. Republic of Korea 3,79 miliar porsi mie instan
9. Thailand 3,63 miliar porsi mie instan
10. Brazil 2,85 miliar porsi mie instan
11. Nigeria 2,62 miliar porsi mie instan
12. Russia 2,10 miliar porsi mie instan
13. Nepal 1,59 miliar porsi mie instan
14. Malaysia 1,58 miliar porsi mie instan
15. Mexico 1,36 miliar porsi mie instan
16. Taiwan 900 juta porsi mie instan
17. Saudi Arabia 850 juta porsi mie instan
18. Myanmar 760 juta porsi mie instan
19. Australia 450 juta porsi mie instan
20. Bangladesh 430 juta porsi mie instan
Advertisement
India Larang Ekspor Gandum, Siap-Siap Harga Mi Instan hingga Daging Naik
Sebelumnya, India menangguhkan sementara ekspor gandum ke luar negeri. Penghentian ekspor diambil untuk melindungi kebutuhan dalam negeri negara itu yang saat ini sedang mengalami lonjakan harga.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, pelarangan gandum oleh India akan berdampak pada pakan ternak yang sebagian menggunakan campuran gandum. Ketika harga gandum naik bisa menyebabkan harga daging dan telur juga naik.
"Pengusaha harus segera mencari sumber alternatif gandum dan ini harusnya menjadi kesempatan bagi alternatif bahan baku selain gandum seperti tepung jagung, singkong, hingga sorgum yang banyak ditemukan di Indonesia," kata Bhima kepada merdeka.com, Jakarta, Senin (16/5).
India merupakan produsen gandum nomor 2 terbesar di dunia setelah China dengan kapasitas produksi 107,5 juta ton. Sementara Indonesia mengimpor gandum tiap tahun sebesar 11,7 juta ton atau setara USD3,45 miliar.
Angka impor nya naik 31,6 persen dibanding tahun sebelumnya. Jadi kalau India larang ekspor gandum, sangat berisiko bagi stabilitas pangan didalam negeri. Dengan inflasi yang mulai naik, dikhawatirkan garis kemiskinan akan meningkat.
Harga Gandum Internasional Bakal Naik
Pelarangan ekspor ini akan berdampak pada harga gandum di pasar internasional telah naik 58,8 persen dalam satu tahun terakhir. Imbas pada inflasi pangan akan menekan daya beli masyarakat.
Contohnya tepung terigu, mie instan sangat butuh gandum, dan Indonesia tidak bisa produksi gandum. Banyak industri makanan minuman skala kecil yang harus putar otak untuk bertahan ditengah naiknya biaya produksi.
Kedua, pelarangan ekspor gandum yang belum diketahui sampai kapan waktunya membuat kekurangan pasokan menjadi ancaman serius.
Perang Ukraina-Rusia sudah membuat stok gandum turun signifikan, ditambah kebijakan India, tentu berimbas signifikan ke keberlanjutan usaha yang butuh gandum.
Advertisement