Liputan6.com, Jakarta - Aktivitas jual beli saham di pasar modal adalah hal yang lumrah. Transaksi tersebut difasilitasi oleh bursa efek. Seperti prinsip perdagangan pada umumnya, seseorang akan mengharapkan imbal hasil yang tinggi dengan menjual barang, dalam hal ini saham.
Seseorang atau investor dapat meraup cuan lebih tinggi saat ia berhasil membeli saham di harga murah, dan menjualnya di harga tinggi. Harga-harga ini dapat dipantau melalui beberapa pendekatan.
Advertisement
Namun, sebelum memutuskan kapan untuk beli dan jual, Founder Genesis Trading System, Hadrian Maynard mengatakan investor perlu memilih saham yang bagus terlebih dahulu, baik untuk investasi jangka panjang maupun jangka pendek atau trading.
"Cari saham yang punya value, seperti anjuran Warren Buffett: Price is what you pay, value is what you get. Jadi kalau trading tetap cari saham yang punya value," kata Hadrian dalam webinar Indonesia Investment Education,” Sabtu (11/6/2022).
Dia menuturkan, saham bisa saja undervalue maupun overvalue dalam jangka panjang. Namun, untuk investasi jangka pendek atau trading, saham dengan valuasi yang bagus akan memberikan ketenangan karena dinilai memiliki risiko yang relatif lebih kecil.
"Under atau over value, yes itu jangka panjang. Jangka pendeknya naik turun. Kalau trading nikmatin aja. Tapi karena sahamnya punya value, tenang saja. Kalau sahamnya jelek, maka scalping atau stop loss-nya harus disiplin,"kata dia.
Secara garis besar, Hadrian mengatakan, beli saham di harga modal kebanyakan orang. Sehingga jika rugi, berarti yang lain juga rugi. Sementara waktu terbaik yang disarankan untuk membeli saham adalah saat harga melewati garis trendline pertama kali untuk saham uptrend.
“Kalau untung boleh sendiri-sendiri, kalau rugi usahakan ramai-ramai,” celetuknya.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Memakai Analisis Teknikal
Jika ditelaah, pendekatan yang dilakukan Hadrian untuk menentukan kapan waktu terbaik untuk beli atau jual adalah menggunakan analisis teknikal menggunakan chart atau diagram.
Salah satu yang paling banyak digunakan digunakan oleh analis maupun trader, yakni candlestick chart. Secara garis besar, informasi grafik ini sama seperti bar chart. Yaitu meliputi rentang perdagangan saham pada periode tertentu seperti menit, hari, bulan, maupun tahun. Lalu kapan waktu yang tepat untuk jual?
Menurut penjelasan Hadrian, untuk jual saham ini tidak serumit saat masuk. Ketika ingin jual, investor atau trader bisa menggunakan acuan target yang ditentukan sendiri. Misalnya, ketika target ditentukan pada level kenaikan 20 persen, saat saham mencapai titik itu, maka bisa dijual.
Penjualan juga bisa dilakukan dengan cara stop loss. Yakni mematok batasan kerugian. Investor menentukan toleransi rugi, misalnya 10 persen. Saat harga saham turun 10 persen, saham tersebut bisa dijual. Selain pemantauan melalui diagram.
Advertisement
Momentum Jual Beli Saham
Momentum jual dan beli saham bisa dicermati melalui volume transaksi harian. Pada pendekatan ini, Hadrian memetakannya dalam tiga hukum.
"Pertama. Harga naik dan volume naik, kita BUY. Harga turun volume naik, kita SELL,” ungkap Hadrian.
Hukum kedua, lanjutnya, jika harga turun dan volume kecil, maka Buy on Weakness (BoW). Sementara jika harga naik dan volume kecil, Sell on Strength (SoS).
Untuk hukum volume yang ketiga ini, investor atau trader perlu wait and see sebelum mengambil keputusan beli atau jual. Menurut Hadrian, jika harga naik dan volume naik namun tidak tembus resistance, maka ada indikasi distribusi.
Artinya bisa saja saham naik atau bergerak sebaliknya. Sementara jika harga turun dan volume naik namun tidak tembus support, mengindikasikan akumulasi. Pada indikasi tersebut, saham bisa bergerak naik seiring banyaknya pembeli saat harga murah. Namun bisa juga tidak menutup kemungkinan yang terjadi sebaliknya.
Kinerja IHSG pada 6-10 Juni 2022
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung lesu dalam sepekan pada 6-10 Juni 2022. Hal ini juga diikuti rata-rata nilai transaksi harian yang merosot dalam sepekan.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu, 11 Juni 2022, laju IHSG turun 1,34 persen dalam sepekan terakhir. IHSG merosot dari 7.182,961 pada pekan lalu menjadi 7.086,64. Demikian juga kapitalisasi pasar bursa susut 1,46 persen menjadi Rp 9.269,642 triliun. Kapitalisasi pasar bursa tersebut merosot Rp 137 triliun dari pekan lalu Rp 9.406,90 triliun.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, selama sepekan IHSG melemah diiringi dengan aliran dana investor asing sebesar Rp1,24 triliun.
“Kami mencermati, dalam sepekan ini pergerakan IHSG banyak dipengaruhi oleh sentimen dari global. Di mana kita ketahui bersama, bahwa para investor masih cenderung wait and see jelang rilis data inflasi AS yang menurut konsensus masih berada di atas 8 persen,” ujar Herditya saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, hal tersebut akan makin meningkatkan keyakinan The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) untuk meningkatkan suku bunganya secara agresif dan diperkirakan akan naik sebesar 50 basis poin (bps).
Selain itu, ECB atau Bank Sentral Eropa yang juga akan menaikkan suku bunganya sekitar Juli sebesar 25 bps.
"Tentu saja dengan adanya tingkat inflasi yang tinggi akan menyebabkan perlambatan ekonomi global dan kenaikan suku bunga akan menjadi sentimen negatif ke depannya," kata dia.
Herditya menambahkan, dengan perlambatan ekonomi global, salah satu sentimen yang dapat diperhatikan adalah pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi global oleh berbagai lembaga keuangan dunia.
“Di sisi lain, secara teknikal kami masih memperkirakan adanya awal dari fase bearish di IHSG, sehingga pergerakan IHSG saat ini masih cenderung inline dengan apa yang kami sampaikan menggunakan teknikal,” ujar dia.
Untuk pekan depan, Herditya prediksi, IHSG berpotensi menguat tetapi sementara terlebih dahulu. Hal ini karena investor masih mencermati kebijakan the Fed dan ECB serta pengaruhnya ke perekonomian,” ujar dia.
Ia prediksi, IHSG bergerak di level support 7.033 dan resistance 7.156 pada pekan depan.
Advertisement