5 Alasan Mengapa Wanita Lebih Cepat Menua Dibandingkan dengan Pria

Berikut ini deretan alasan mengapa wanita terlihat lebih cepat menua dibandingkan pria.

oleh Camelia diperbarui 11 Jun 2022, 17:16 WIB
Ilustrasi Wanita (pixabay.com)

Liputan6.com, Jakarta Bukan rahasia lagi bahwa wanita hidup lebih lama daripada pria. Ini sepertinya kabar baik bagi para wanita, namun ada satu hal yang tidak mereka duga. Ternyata wanita lebih cepat menua daripada pria.

Dan tidak mengherankan, para wanita memiliki banyak alasan untuk ini mulai dari kehamilan hingga menopause. Dilansir dari Bright Side, berikut ini deretan alasan mengapa wanita terlihat lebih cepat menua dibandingkan pria. 

Wanita lebih banyak alami stres daripada pria

Wanita lebih rentan terhadap gangguan mental, terutama jika mereka berhubungan dengan pekerjaan, menurut Dr. Judith Mohring. Selain itu, perbedaan hormonal adalah yang menjelaskan semuanya. Fluktuasi hormon berhubungan dengan depresi. Terlebih lagi, Seasonal Affective Disorder mempengaruhi wanita lebih dari pria. Stres terus-menerus pasti mengarah pada penuaan dini.

Wanita yang telah melahirkan menua lebih cepat

Sebuah penelitian yang dilakukan di George Mason University membuktikan bahwa kehamilan membuat Anda terlihat 11 tahun lebih tua. Masalahnya, wanita yang pernah melahirkan memiliki telomere yang lebih pendek dibandingkan mereka yang belum pernah memiliki anak. Semakin pendek telomer Anda, semakin tua penampilan Anda. Selain itu, stres saat hamil tidak jarang juga mempercepat proses penuaan.

Kulit pria lebih tebal

Menurut dokter kulit, kulit pria 25% lebih tebal dari kulit wanita. Persentase dapat bervariasi dari orang ke orang tetapi angka umumnya tetap sama. Namun, meskipun ada lebih sedikit kerutan di wajah pria, kerutan yang ada lebih dalam daripada wanita.

Tingkat testosteron berbeda

Estrogen bertanggung jawab untuk wajah wanita muda sementara testosteron khas pada pria. Tingginya kadar testosteron memperlambat penuaan. Meskipun estrogen juga berfungsi sebagai hormon anti-penuaan, produksinya menurun lebih cepat daripada testosteron. Itu sebabnya wanita paling mudah mendapatkan kerutan.

Wanita alami menopause 

Hilangnya hormon selama menopause mempercepat proses penuaan. Ketika wanita mengalami menopause, tubuh mereka berhenti memproduksi kolagen sebanyak dulu. Hal ini menyebabkan hilangnya elastisitas kulit.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 


Stres Terbukti Mempercepat Penuaan, Ini Kunci Mengatasinya

ilustrasi penuaan dini/pexels

Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Translational Psychiatry menemukan bahwa stres kronis dapat menyebabkan penuaan lebih cepat. Namun, regulasi emosi dan pengendalian diri dapat membantunya.

Semua orang sering diingatkan untuk mengurangi atau mengelola stres. Terutama dalam jangka waktu yang lama. Studi penelitian ini dilakukan dengan 444 orang berusia antara 18 dan 50 tahun, yang sampel darahnya dinilai berdasarkan perubahan kimia terkait usia dan penanda kesehatan lainnya. Peserta ditanyai mengenai tingkat stres dan ketahanan psikologis mereka.

Penelitian ini untuk menilai peran stres dan pengendalian diri terhadap penuaan, berdasarkan sampel darah dan laporan diri partisipan. Para peneliti menemukan bahwa stres kumulatif dikaitkan dengan percepatan penuaan dan resistensi insulin, berdasarkan regulasi emosi yang buruk dan faktor perilaku seperti merokok dan Indeks Massa Tubuh (BMI).

 Mengingat sifatnya yang cross-sectional, penelitian ini terbatas karena hanya dapat memberikan bukti korelatif untuk menghubungkan stres dan penuaan, sehingga penelitian longitudinal diperlukan di masa depan untuk mendukung setiap temuan kausal.


Kuncinya Pengaturan Suasana Hati

Ilustrasi Wajah Awet Muda Credit: pexels.com/Flory

Leela R. Magavi, MD, seorang psikiater terlatih Johns Hopkins dan direktur medis regional untuk Mindpath Health, mengatakan, "Studi ini mendalilkan bahwa regulasi emosi dan pengendalian diri dapat mengurangi efek merusak dari stres pada penuaan dan kesejahteraan secara keseluruhan secara longitudinal."

Magavi menjelaskan, untuk individu dengan gangguan mood dan kecemasan yang stres diberikan obat-obatan dan terapi yang dapat menargetkan keadaan suasana hati dan kecemasan. Diharapkan hal tersebut memiliki kapasitas untuk melindungi individu.  

"Farmakoterapi dan psikoterapi dapat membantu individu memerangi tekanan hidup yang tak terelakkan, dan menghargai hadiah hidup yang kecil dan tak ternilai selama saat-saat syukur," katanya dikutip dari Very Well Mind.

 Menurutnya cara ini memungkinkan mereka untuk memulihkan diri.

"Mempelajari cara merespons situasi stres dengan lebih baik dapat membantu meningkatkan kognisi, dan dengan demikian, mengarah pada kesuksesan dalam berbagai domain kehidupan, termasuk hubungan dan kinerja kerja," ujar Magavi. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya