Liputan6.com, Jakarta - - Pertemuan antarpetinggi partai politik sudah mulai meramaikan panggung politik jelang Pemilu 2024. Misalnya, adanya kesepakatan membentuk poros politik bernama Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang diprakarsai oleh Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa.
Kendati begitu, KIB belum memutuskan tokoh yang akan diusung menjadi capres di Pilpres 2024.
Advertisement
Walau memang, nama-nama yang diperkirakan akan maju sebagai calon presiden sudah mulai terdengar. Salah satunya nama Airlangga Hartarto berdasarkan keputusan Musyawarah Nasional (Munas) 2019.
Berdasarkan hasil sejumlah survei elektabilitas Airlangga belum masuk tiga besar capres yang diperhitungkan. Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily mengaku tak ambil pusing mengenai hasil sejumlah survei tersebut.
Menurut dia, nama-nama populer yang memiliki elektabilitas tinggi bukan jaminan dapat maju sebagai capres dalam pesta demokrasi lima tahunan itu.
"Pada akhirnya, calon-calon populer kalau mereka tidak dicalonkan oleh partai politik sebagaimana ketentuan konstitusi, mereka tidak bisa untuk mencalonkan diri menjadi presiden," kata Ace kepada Liputan6.com.
Kata dia, saat ini pihaknya masih memiliki waktu beberapa bulan untuk terus menaikan elektabilitas dan bersosialisasi kepada masyarakat. Selain itu Ace memastikan agar KIB tetap bersatu hingga dapat menentukan nama capres yang akan diusung.
Sebab koalisi yang dibangun oleh Partai Golkar, PAN, dan PPP mengibaratkan pembahasan capres layaknya kesimpulan dari sebuah buku. Ace menyebut untuk awalan KIB akan dilakukan pendahuluan atau pembahasan mengenai kerangka kerja strategi pemenangan, visi-misi, hingga berbagai isu-isu nasional.
"Saya kira kita di dalam membangun koalisi ini enggak bisa dilakukan dalam konteks tergesa-gesa tidak bisa kita membangun koalisi ini karena keterpaksaan banyak dari pengalaman Pilpres pasca reformasi sebagian besar koalisi itu di ujung ujung menjelang pendaftaran baru dibentuk koalisi. Kami ingin menghindari itu," jelas Ace.
Sementara itu, Lembaga Poltracking Indonesia merilis survei terkait elektabikitas calon presiden (capres) 2024. Hasilnya, nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo unggul dibandingkan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dan Gubenur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Ganjar Pranowo Teratas
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda AR menyampaikan, hasil survei lembaganya terkait elektabilitas Capres 2024 terbilang konsisten dengan yang lainnya, yakni Ganjar Pranowo selalu teratas.
"Itu selalu konsisten yang tertinggi yaitu Ganjar, Prabowo, Anies," tutur Hanta dalam acara rilis survei nasional di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (9/6/2022).
Hanta merinci, dalam simulasi elektabilitas 18 nama Capres 2024, Ganjar Pranowo memperoleh angka 24,8 persen; Prabowo Subianto 21,2 persen; Anies Baswedan 15,5 persen. Kemudian disusul figur dengan persentase di bawah lima persen yakni Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) 2,6 persen; Ridwan Kamil 2,5 persen; Sandiaga Uno 1,8 persen; Erick Thohir 1,6 persen; dan seterusnya.
"Dalam simulasi 15 nama Capres 2024, Ganjar Pranowo memperoleh angka elektabilitas 25,5 persen, diikuti Prabowo Subianto 21,2 persen dan Anies Baswedan 16,1 persen," jelas dia.
Kemudian, dalam simulasi elektabilitas 10 nama Capres 2024, Ganjar Pranowo memperoleh angka 26,9 persen; Prabowo Subianto 22,5 persen; Anies Baswedan 16,8 persen. Sementara dalam simulasi tiga nama, tetap angka elektabilitas Ganjar Pranowo yang tertinggi.
"Jadi kesimpulan sementara Capres berpotensi kita baru tiga nama ini, Ganjar Pranowo 30,6 persen; Prabowo Subianto 26,8 persen; Anies Baswedan 19,8 persen; memilih menjawab tidak mau jawab 8,5 persen; tidak tahu 14,3 persen," kata Hanta.
Poltracking Indonesia menggunakan metode sampel multistage random sampling dengan metode wawancara langsung tatap muka pada 16 Mei sampai dengan 22 Mei 2022. Adapun jumlah sampel 1220 responden dengan margin of error kurang lebih 2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Advertisement