Ende Akan Buat Jejak Khusus Wisata Sejarah dan Ideologi Pancasila

Ende memanfaatkan dua branding utama untuk meningkatkan masa tinggal wisatawan, yakni Bumi Pancasila dan Geopark Kelimutu.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 12 Jun 2022, 20:01 WIB
Rumah pengasingan Bung Karno di Ende, NTT. (dok. BPOLBF)

Liputan6.com, Jakarta - Tak hanya Labuan Bajo, sektor wisata juga dikembangkan Badan Pengelola Otoritas Labuan Bajo Flores (BPOLBF) di Ende, Nusa Tenggara Timur. Sejak 2020, Ende diperkenalkan lewat dua branding utama, yaitu Bumi Pancasila Ende dan Geopark Kelimutu.

"Ende masuk ke dalam Key Tourism Area Kelimutu - Ende dalam rencana ITMP (Integrated Tourism Master Plan) Flores," kata Direktur Utama BPOLBF, Shana Fatina, dalam rilis yang diterima Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Branding tersebut lekat dengan jejak sejarah yang ditinggalkan Presiden I Republik Indonesia, Sukarno, saat diasingkan ke Ende selama empat tahun. Selama masa itu, ia berhasil merumuskan Pancasila yang kini menjadi ideologi negara.

BPOLBF pun mengungkapkan rencana untuk membangun trail (jejak) khusus wisata sejarah dan ideologi. Di dalamnya termasuk rencana penataan kawasan jalur napak tilas Bung Karno di Ende, mulai dari Taman Renung, Pantai Kota Raja, rumah pengasingan, serambi Soekarno dengan SVD Katedral Ende, dan lainnya.

Di samping itu, pihaknya juga menyiapkan Kelimutu sebagai geopark. Berbagai langkah diambil, seperti penguatan sarana prasarana, menguatkan delapan desa sekitar sebagai desa wisata pendukung, menyiapkan wisata treking, hingga pembukaan jalur wisata baru. BPOLBF juga bekerja sama dengan komunitas di sekitar Moni dan Detusoko untuk menyiapkan produk-produk ekonomi kreatif.

"Pola perjalanan wisata di Ende kita ingin tingkatkan minimal menjadi tiga hari dua malam, dengan aktivitas-aktivitas tersebut," ujarnya.

Pihaknya juga berkolaborasi dengan sejumlah pihak, seperti Komunitas Ende Sare, masyarakat Ende, dan pemerhati wisata, untuk memantapkan pembuatan jalur wisata. Pihaknya juga menyusun coffee table book Ende yang berisi informasi menyeluruh dan foto-foto destinasi di Ende.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Momentum Kedatangan Jokowi

Rumah pengasingan Bung Karno di Ende, NTT. (dok. BPOLBF)

Shana mengatakan pariwisata Ende mendapatkan momentum lewat kehadiran Presiden Joko Widodo saat memperingati kelahiran Pancasila, 1 Juni 2022, dengan menghadiri Parade Kebangsaan. Kegiatan itu masuk dalam Kharisma Event Nusantara 2022. Ribuan masyarakat, kata dia, memenuhi sudut Kota Ende. Kamar hotel pun penuh oleh wisatawan. 

"Dengan semakin tinggi tingkat vaksinasi, bahkan Bapak Presiden sudah mengizinkan membuka masker pada kegiatan di ruang terbuka, tentunya ini menandakan kegiatan kebudayaan, festival, dan aktivitas wisata sudah bisa dilakukan dengan semakin optimal. Wisatawan pun semakin percaya diri untuk melakukan perjalanan," ujar Shana.

BPOLBF sudah menandatangani MOU dengan Pemkab Ende untuk mengembangkan pariwisata dan ekraf yang terintegrasi, sebagai bagian dari pola perjalanan Labuan Bajo-Flores. Ada lima poin yang disepakati, dua di antaranya meliputi koordinasi sinergi program dan pola perjalanan; pemberdayaan masyarakat seperti program pelatihan ekraf lokal, peningkatan kapasitas pengelolaan desa wisata, dan promosi produk parekraf warga.

Poin ketiga adalah terkait pemasaran produk tematik Ende, melalui Famtrip, materi promosi, konten, video, dan media sosial. "Serta, pameran parekraf di target pasar Jakarta, Bandung, Surabaya, dll," kata dia.

Berikutnya, kedua pihak sepakat untuk meningkatkan produk wisata di Kelimutu, Desa Nggela, Desa Detusoko Barat, Desa Wologai Tengah, Desa Woloara, dan Desa Wolotopo Timur.  Terakhir, mendukung Victory Ekraf NTT sebagai pasar ekraf lokal Moni yang mengakomodasi produk-produk NTT.

 


Rumah Pengasingan dan Taman Renungan

Taman Renungan Bung Karno di Ende, NTT. (dok. BPOLBF)

Bicara jejak sejarah Bung Karno tak bisa dilepaskan dari rumah pengasingan yang terletak di Jalan Perwira, Kota Ende. Tempat ini menjadi saksi kehidupan Bung Karno bersama istrinya, Inggit Garnasih, dua anaknya, dan ibu mertuanya.

Jika berkunjung ke sini, wisatawan dapat melihat ruang tamu tempat Bung Karno biasa menerima tamu kala itu. Beragam perabotan rumah tangga, fasilitas rumah seperti sumur, kamar mandi pun masih bisa dilihat hingga sekarang di rumah itu.

Walau tidak dipungut biaya untuk masuk ke sana, kebersihan dan kerapian rumah pengasingan yang juga sering disebut Museum Bung Karno ini masih sangat terjaga. Nuansa sarat sejarah pun terasa sangat kental di sini.

Tidak jauh dari Rumah Pengasingan Bung Karno, terdapat sebuah tempat bersejarah lainnya, Taman Renungan Pancasila. Sebuah patung Bung Karno dari perunggu yang sedang menatap ke arah laut menghiasi taman ini. Di taman ini juga terdapat pohon sukun dan taman remaja dalam satu areal.

Pohon sukun adalah tempat Bung Karno merenung mengisi waktu luang semasa pengasingan. Di sinilah Bung Karno sering duduk termenung untuk memperoleh ilham dalam menggali butir-butir Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pohon Sukun yang tumbuh saat ini adalah pohon pengganti yang ditanam pada 1981 karena yang asli sudah mati sekitar 1960. 


Danau Kelimutu

Taman Nasional Kelimutu resmi dibuka kembali dan ada aturan yang perlu dipatuhi (dok.instagram/@btn_kelimutu/https://www.instagram.com/p/CSSyTMNplye/Komarudin)

Sementara, Kelimutu ditetapkan sebagai taman nasional yang menyimpan keindahan alam yang tiada dua. Destinasi wisata alam itu tersohor dengan Danau Kelimutu, yakni danau tiga warna yang indah, yakni Tiwu Ata Polo, Tiwu Ata Mbupu, dan Tiwu Nuwa Muri Ko'o Fai.

Pembentukan ketiga danau ini ditengarai karena aktivitas vulkanik Gunung Kelimutu pada masa lampau. Ketiga danau warna yang terletak di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende ini menyuguhkan fenomena alam yang unik nan memesona. Pesona itu berasal dari warna ketiga danau yang berbeda satu sama lain. Warnanya juga diketahui selalu berubah dari waktu ke waktu.

Beberapa peneliti hanya memperkirakan fenomena yang ada terutama akibat pengaruh aktivitas vulkanik, kandungan biologis di sekitarnya, serta kandungan geologis yang ada di bawah kawah danau. Riset Pasternak puluhan tahun lalu menunjukkan bahwa Gunung Kelimutu, termasuk gunung api tipe stratovolcano yang tidak banyak mengeluarkan material vulkanis.

Suku terbesar di wilayah Kabupaten Ende, yakni Suku Lio, meyakini Kelimutu adalah tempat sakral yang disebut dalam bahasa setempat "keli eo bhisa gia" (gunung yang sakral).

Infografis lokasi wisata religi di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya