Liputan6.com, Seoul - Pada Minggu 12 Juni 2022 Korea Utara diduga melakukan uji coba misil ke laut, kata militer Korea Selatan. Ini beberapa hari setelah pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyerukan peningkatan kemampuan pertahanan untuk mengatasi ancaman dari luar.
Mengutip laporan VOA Indonesia, Senin (13/6/2022), Ketua Gabungan Kepala Staf Korea Selatan dalam pernyataan mengatakan pihaknya pada Minggu pagi mendeteksi beberapa peluncuran yang diyakini sebagai misil Korea Utara.
Advertisement
Pernyataan itu mengatakan Korea Selatan mempertahankan kesiagaan kuat militernya berkoordinasi secara erat dengan Amerika di tengah meningkatnya pemantauan terhadap Korea Utara.
Selama pertemuan dewan keamanan nasional yang membahas dugaan peluncuran itu, para pejabat Korea Selatan menyatakan prihatin Korea Utara sedang meningkatkan sistem persenjataan yang secara langsung mengancam Korea Selatan.
Menurut kantor presiden, Korea Selatan juga akan menanggapi dengan tegas upaya Korea Utara tersebut.
Uji coba misil Korea Utara itu kurang menarik perhatian pihak luar daripada peluncuran misil sebelumnya. Tetapi misil jarak jauh yang canggih itu menjadi ancaman keamanan serius bagi wilayah metropolitan terpadat di Korea Selatan, yang jaraknya hanya 40-50 kilometer dari perbatasan dengan Korea Utara.
Dugaan peluncuran misil itu merupakan yang terbaru dari serangkaian uji senjata Korea Utara tahun ini yang dikatakan para pakar asing merupakan upaya untuk menekan saingannya, Washington dan Seoul agar melonggarkan sanksi internasional terhadap Pyongyang dan membuat konsesi lainnya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dugaan Peluncuran Misil Terbaru jadi yang Ketujuh
Pejabat Korea Selatan dan AS baru-baru ini mengatakan Korea Utara hampir merampungkan uji coba nuklir pertamanya dalam kurun waktu sekitar lima tahun. Pada bulan Maret, Korea Utara melancarkan uji coba rudal balistik antar benua yang mampu mencapai daratan AS, melanggar moratorium 2018 pada uji coba rudal besar.
Dalam pidato pada pertemuan partai yang berkuasa pekan lalu, pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un menggarisbawahi perlunya memperkuat kemampuan militer negaranya, dengan mengatakan lingkungan keamanan saat ini "sangat serius."
Pidato Kim yang disiarkan media pemerintah itu tidak menyebut Amerika atau Korea Selatan. Tetapi ia masih menetapkan "tugas-tugas militan" yang harus dilakukan angkatan bersenjata dan ilmuwannya, pernyataan yang akan terus ditekankannya dengan rencana peningkatan persenjataannya yang mendapat sorotan luas.
Kemungkinan uji coba nuklir baru oleh Korea Utara itu akan menjadi yang ketujuh dari peluncuran sejenis.
Beberapa ahli mengatakan Korea Utara kemungkinan akan menggunakan tes tersebut untuk membangun hulu ledak yang akan dipasang pada senjata nuklir taktis untuk mencapai sasaran di Korea Selatan.
Advertisement
Korea Utara Tunjuk Choe Son Hui Jadi Menlu Perempuan Pertama, Sosok Familiar Bagi AS
Sebelumnya, Korea Utara dilaporkan memiliki Menteri luar negeri baru. Ia adalah seorang diplomat veteran perempuan yang fasih berbicara bahasa Inggris dan familiar bagi AS.
Sosok Choe Son Hui diketahui berpengalaman dalam berunding puluhan tahun dengan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara besar lainnya.
Media pemerintah pada Sabtu 11 Juni 2022 mengumumkan ditunjuknya Choe Son Hui menjadi menteri luar negeri perempuan pertama Korea Utara. Seperti juga dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (12/6/2022), ia juga termasuk salah satu pejabat perempuan tertinggi dalam sejarah.
Sejauh ini tidak jelas apakah dipilihnya Choe, yang dilakukan dalam pertemuan politik besar selama beberapa hari di Pyongyang, menunjukkan perubahan yang lebih luas dalam pendekatan Korea Utara terhadap AS.
Seperti diketahui, Korea Utara meninggalkan pembicaraan nuklir pada 2019 dan berulang kali mengabaikan undangan untuk berdialog oleh pemerintahan Presiden Joe Biden.
Sebaliknya, Korea Utara meluncurkan 31 rudal balistik tahun ini, memecahkan rekor peluncuran yang dilakukan pada 2019 sebanyak 25 rudal. Selain itu, juga terdapat sejumlah tanda bahwa Korea Utara sedang bersiap untuk melakukan uji coba nuklir lagi, kata Badan Energi Atom Internasional pada pekan ini.
Selama periode ketegangan AS-Korea Utara pada masa lalu, Choe mengambil pendekatan yang lebih lembut.
Dalam perjalanan karirnya, para analis mengatakan, kenaikan pangkat Choe bisa mewakili kesediaan Korea Utara untuk berdialog dengan Washington.
WHO: Kondisi COVID-19 di Korea Utara Tak Kunjung Membaik, Justru Makin Parah
Sementara itu, seorang pejabat tinggi di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan badan kesehatan PBB menganggap wabah virus corona di Korea Utara "semakin buruk, bukan lebih baik", meskipun negara rahasia itu baru-baru ini mengklaim bahwa COVID-19 melambat di sana.
Dilansir dari laman 9News Australia, Jumat (3/6/2022), pada konferensi pers pada hari Rabu, kepala kedaruratan WHO Dr Mike Ryan meminta pihak berwenang Korea Utara untuk informasi lebih lanjut tentang wabah COVID-19 di sana, dengan mengatakan "kami memiliki masalah nyata dalam mendapatkan akses ke data mentah dan situasi aktual di lapangan."
Dia mengatakan WHO belum menerima informasi istimewa tentang epidemi - tidak seperti wabah biasa ketika negara-negara dapat berbagi data yang lebih sensitif dengan organisasi sehingga dapat mengevaluasi risiko kesehatan masyarakat bagi komunitas global.
"Sangat, sangat sulit untuk memberikan analisis yang tepat kepada dunia ketika kita tidak memiliki akses ke data yang diperlukan," katanya.
WHO sebelumnya telah menyuarakan keprihatinan tentang dampak COVID-19 pada populasi Korea Utara, yang diyakini sebagian besar tidak divaksinasi dan sistem kesehatannya yang rapuh dapat berjuang untuk menangani lonjakan kasus yang dipicu oleh Omicron yang sangat menular dan subvariannya.
Ryan mengatakan WHO telah menawarkan bantuan teknis dan pasokan kepada pejabat Korea Utara beberapa kali, termasuk menawarkan vaksin COVID-19 setidaknya pada tiga kesempatan terpisah.
Pekan lalu, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan pejabat tinggi lainnya membahas revisi pembatasan anti-epidemi yang ketat, media pemerintah melaporkan, ketika mereka mempertahankan klaim yang disengketakan secara luas bahwa wabah COVID-19 pertama di negara itu melambat.
Advertisement
Pembatasan Aktivitas
Sebelumnya, pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un dan pejabat tinggi lain di negara itu membahas revisi pembatasan anti-epidemi yang ketat, menurut laporan media pemerintah, sambil mempertahankan klaim yang diragukan secara luas bahwa gelombang pertama perebakan COVID-19 di negara itu tengah melambat.
Hasil diskusi dalam pertemuan Politbiro Korea Utara pada Minggu (29/5) menunjukkan bahwa negara itu akan segera melonggarkan sejumlah pembatasan ketat yang diberlakukan setelah mengakui adanya perebakan varian omicron pada bulan lalu atas kekhawatiran terhadap situasi ekonomi dan pasokan pangan.
Klaim Korea Utara bahwa pihaknya telah mengendalikan COVID-19 tanpa program vaksinasi yang luas, lockdown maupun pemberian obat-obatan disambut ketidakpercayaan yang tinggi, khususnya terkait pernyataan negara tersebut bahwa hanya beberapa puluh orang yang tewas dari jutaan orang yang telah terinfeksi – tingkat kematian yang jauh lebih rendah dibandingkan di mana pun di dunia.
Pemerintah Korea Utara mengatakan bahwa 3,7 warganya menderita demam dan diduga mengidap COVID-19.Advertisement