Kasus COVID-19 Hari Ini di Dunia, Infeksi dari 3 Wilayah Asia Ini Terpantau Naik

Dalam 10 besar wilayah dengan penambahan kasus Virus Corona COVID-19 terbanyak 28 hari terakhir, sejumlah di antaranya berasal dari Asia. Berikut ini urutannya:

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 13 Jun 2022, 17:03 WIB
Ilustrasi Pandemi Covid-19 Credit: pexels.com/cottonbro

Liputan6.com, Jakarta - Menurut data dari COVID-19 Dashboardby the Center for Systems Science and Engineering (CSSE) di Johns Hopkins University (JHU), Senin (13/6/2022), kasus COVID-19 hari ini di dunia menembus 535.266.036. Dengan penambahan 42.031 kasus dalam 28 hari terakhir.

Sudah 6.309.439 kematian tercatat akibat infeksi COVID-19, dengan penambahan 13.888.642 kematian dalam 28 hari terakhir.

Sementara total vaksin COVID-19 yang sudah disuntikkan mencapai 11.549.762.520 dosis.

Amerika Serikat terpantau masih berada di urutan pertama negara dengan penambahan kasus COVID-19 terbanyak dalam 28 hari terakhir. 

Dalam 10 besar wilayah dengan penambahan kasus Virus Corona COVID-19 terbanyak 28 hari terakhir, sejumlah di antaranya berasal dari Asia. Berikut ini urutannya:

  1. AS
  2. Taiwan
  3. Jerman
  4. Australia
  5. Brasil
  6. Jepang
  7. Portugal
  8. Italia
  9. Prancis
  10. Korea Selatan

Dari daftar 10 besar wilayah dengan kasus COVID-19 terbanyak dalam 28 hari tersebut, ada Taiwan, Jepang, Korea Selatan yang masuk wilayah Asia.

Sementara itu, mengutip situs World o Meter, Indonesia masih terpantau berada dalam urutan ketujuh negara dengan total kasus COVID-19 terbanyak di Asia yakni 6.060.488.

Total kasus COVID-19 di Asia terpantau menembus 158.901.068, dengan penambahan 100.795 kasus baru. Sedangkan angka kematian total akibat infeksi Virus Corona itu tercatat 1.435.159, dengan penambahan 154 kematian baru.

Berikut ini urutan sepuluh negara di Asia dengan total kasus terbanyak:

  1. India
  2. Korea Selatan
  3. Turki
  4. Vietnam
  5. Jepang
  6. iran
  7. Indonesia
  8. Malaysia
  9. Thailand
  10. Korea Utara 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kasus COVID-19 Naik di India, Masalah Varian Baru Disorot

Ilustrasi pandemi Corona | unsplash.com/@adamsky1973

Sementara itu, kasus mingguan COVID-19 di India dilaporkan naik di beberapa distrik. Ada 17 distrik di India, termasuk tujuh di antaranya di Kerala, yang mengalami laju kenaikan lebih dari 10 persen.

Pakar kesehatan di India meminta agar masyarakat tidak panik karena kenaikan kasus ini. Varian baru juga tidak ditemukan untuk saat ini.

"Kami belum menemukan adanya variant of concern baru. India sekarang memiliki BA.4 dan BA.5, selain BA.2, yang penularannya sedikit lebih tinggi dibandingkan sub-lineage Omicron lainnya," ujar DR N K Arora, kepala National Technical Advisory Group on Immunisation (NTAGI), dilansir India Times, Senin (13/6/2022).

Hal lain yang menjadi sorotan adalah peningkatan mobilitas karena liburan musim panas, serta adanya pelonggaran pembatasan travel secara nasional dan internasional, serta pembukaan aktivitas ekonomi. Alhasil, ada penyebaran infeksi di kalangan individu-individu yang rentan.

Dr Arora berkata orang-orang yang tertular saat ini terbatas di daerah kota-kota besar. Para pasien juga sudah mendapatkan vaksin, sehingga gejalanya seperti demam biasa dan mirip influenza ringan.

Meski demikian, pakar kesehatan meminta agar masyarakat tetap menjaga prokes, seperti memakai masker.

"Tidak perlu panik, tetapi harus diingat bahwa COVID-19 masih ada di sekitar kita, dan kita perlu mengikuti perilaku yang appropriate dan terutama menghindari tempat-tempat ramai dan menjadikan masker sebagia bagian integral dari kehidupan sehari-hari," ujar Dr. Arora.


WHO: Asal-usul COVID-19 Tak Meyakinkan, Data dari China Hilang

Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal World Health Organization (WHO) (AP Photo)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan penyelidikan terbarunya tentang asal-usul COVID-19 tidak mendapat kesimpulan yang meyakinkan. Faktor utamanya karena data dari China hilang.

Mengutip ABC Indonesia, Minggu (12/6/2022), laporan dari panel pakar WHO mengatakan semua data yang tersedia menunjukkan Virus Corona baru yang menyebabkan COVID-19 mungkin berasal dari hewan, kemungkinan kelelawar.

Kesimpulan serupa pernah disampaikan oleh badan PBB sebelumnya pada tahun 2021 menyusul kunjungan mereka ke China.

Disebutkan, dengan hilangnya data dari China, di mana kasus pertama dilaporkan pada Desember 2019, berarti tidak mungkin untuk mengidentifikasi secara pasti bagaimana virus ini pertama kali ditularkan ke manusia.

Laporan panel pakar WHO ini kemungkinan menambah keraguan untuk menentukan bagaimana dan di mana virus COVID pertama kali muncul.

Kini sudah ada upaya merombak WHO dan prosedur darurat kesehatannya ketika badan tersebut berusaha untuk memulihkan reputasinya setelah bertahun-tahun dikritik atas penanganan pandemi.


Susun Cara Lebih Baik Selisiki Asal Mula Wabah

Kepala WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus (AFP)

WHO mengatakan laporan itu, yang pertama dari beberapa laporan panel pakar, juga tentang menyusun cara yang lebih baik untuk menyelidiki asal mula wabah di masa depan.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyurat kepada Pemerintah China dua kali pada Februari tahun ini untuk mencari informasi lebih lanjut.

Laporan itu mengatakan China telah memberikan beberapa data berdasarkan permintaan.

Asal mula pandemi, yang telah menewaskan sedikitnya 15 juta orang, telah dipolitisasi. Para ilmuwan mengatakan penting untuk menetapkan apa yang terjadi untuk mencegah wabah serupa.

Penyidik ​​Kehabisan Waktu

Tim yang dikenal sebagai Kelompok Penasihat Ilmiah untuk Menentukan Asal-usul Patogen Novel (SAGO) menyatakan tidak mungkin untuk memberikan kesimpulan pasti karena kurangnya data.

Mereka juga mengatakan jarak waktu yang lama setelah wabah awal muncul merupakan tantangan dalam penyelidikan ini.

“Semakin lama, semakin sulit jadinya,” kata Maria Van Kerkhove, pejabat senior WHO di sekretariat SAGO.

Namun, katanya, WHO akan mendukung semua upaya berkelanjutan untuk lebih memahami bagaimana pandemi dimulai.

"Kami berutang pada diri kami sendiri, kami berutang kepada jutaan orang yang telah meninggal dan miliaran orang yang terinfeksi," ujar Maria.

Laporan itu mengatakan tidak ada informasi baru yang diberikan tentang kemungkinan bahwa SARS-CoV-2 diperkenalkan ke manusia melalui insiden laboratorium, namun "tetap penting mempertimbangkan semua data ilmiah yang masuk akal" untuk mengevaluasi kemungkinan ini.

Dalam catatan kaki laporan ini, diuraikan bagaimana anggota panel pakar dari Brasil, China dan Rusia tidak setuju dengan perlunya penyelidikan lebih lanjut pada hipotesis laboratorium.

Infografis yang menyebut bahwa delirium merupakan gejala baru dari COVID-19, penyakit yang disebabkan Virus Corona SARS-CoV-2, tersebar di media sosial dan grup WhatsApp. (Sumber: Istimewa)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya