Parlemen Dukung Keputusan Uni Eropa yang Melarang Penjualan Mobil Bensin dan Diesel pada 2035

Parlemen Eropa, pada Rabu (8/6/2022) memilih untuk mendukung larangan dari Uni Eropa (UE), yang akan melarang penjualan mobil bensin dan diesel baru mulai 2035

oleh Arief Aszhari diperbarui 13 Jun 2022, 19:04 WIB
Mobil siap ekspor terparkir di PT Indonesia Kendaraan Terminal, Jakarta, Rabu (27/3). Pemerintah berencana memacu ekspor industri otomotif dengan harmonisasi skema PPnBM, yaitu tidak lagi dihitung dari kapasitas mesin, tapi pada emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Parlemen Eropa pada Rabu (8/6/2022) memilih untuk mendukung larangan dari Uni Eropa (UE) yang akan melarang penjualan mobil bensin dan diesel baru mulai 2035. Keputusan tersebut, sekaligus menolak upaya untuk melemahkan proposal terkait percepatan peralihan ke kendaraan listrik di Benua Biru.

Dilansir Reuters, Senin (13/6/2022), pemungutan suara untuk mendukung pilar utama dari rencana UE untuk mengurangi emisi sebesar 55 persen pada 2030, dari tingkat pada 1990.

Target tersebut, membutuhkan peran dari sektor industri, energi, dan transportasi untuk menurunkan emisi secara cepat dan signifikan.

Anggota parlemen mendukung proposal yang dibuat oleh komisi Eropa pada tahun lalu, untuk meminta pengurangan 100 emisi CO2 dari mobil baru pada 2035. Hal itu, akan membuat tidak akan lagi menjual kendaraan berbahan bakar fosil di UE mulai 2035.

Sementara itu, upaya yang dilakukan oleh beberapa anggota parlemen untuk melemahkan target pengurangan CO2 sebesar 90 persen pada 2035 ini ditolak.

Undang-Undang (UU) terkait hal itu memang belum selesai. Pemungutan suara menegaskan posisi parlemen, untuk negosiasi mendatang dengan negara-negara UE mengenai penyelesaian UU.

Tujuannya, adalah untuk mempercepat peralihan Eropa ke kendaraan listrik, dan mendorong pembuat mobil untuk berinvestasi besar-besaran dalam industri elektrifikasi.

Kemudian, dibantu juga dengan UU UE lainnya, yang akan mewajibkan negara-negara untuk memasang jutaan pengisian daya kendaraan listrik.

"Membeli dan mengendarai mobil tanpa emisi, akan menjadi lebih murah bagi konsumen," kata Huitema, Ketua Pedundingan Parlemen mengenai kebijakan tersebut.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pabrikan mobil

Pembuat mobil, termasuk Ford dan Volvo secara terbuka mendukung rencana UE untuk menghentikan penjualan mobil bermesin bensin dan diesel pada 2035. Sementara yang lain, termasuk Volkswagen juga bertujuan untuk berhenti berjualan mobil konvensional pada tahun yang sama.

Namun, berdasarkan email yang masuk ke redaksi Reuters, kelompok industri termasuk asosiasi mobil Jerman, VDA melobi anggota parlemen untuk menolak target pada 2035 itu. Menurutnya, melarang penjualan mobil bensi dan diesel masih terlalu dini, mengingat infrastruktur pengisian yang belum pasti.

"Posisi kami transparan. Ini adalah misi kami untuk mengembangkan solusi terbaik dengan semua orang yang terlibat," ujar Juru Bicara VDA.

Mobil listrik dan plug-in hybrid (PHEV) menyumbang 18 persen dari keseluruhan penjualan mobil di UE pada 2021. Meskipun penjualan mobil secara keseluruhan turun, di tengah kekurangan chip semi konduktor.

Infografis 5 Tips Tidur Malam Berkualitas di Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya