Menko Airlangga: Peningkatan Kasus Covid-19 Bukan Dampak Mudik

Berdasarkan pengalaman, Airlangga mengatakan peningkatan kasus baru terjadi setiap munculnya varian baru dari virus corona dan bukan karena mudik.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Jun 2022, 18:15 WIB
Petugas Puskesmas Taman Sari melakukan skrining Covid-19 dengan swab tes dan PCR di pusat perniagaan Glodok, Jakarta, Jumat (11/2/2022). Pemerintah terus berupaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 khususnya varian omicron untuk wilayah Taman Sari Jakarta Barat. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Terjadi peningkatan kasus positif Covid-19 dalam beberapa hari terakhir. Namun Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan peningkatan kasus ini bukan dampak arus mudik Lebaran 2022.

Menko Airlangga menjelaskan, peningkatan kasus baru dimulai setelah 41 hari setelah Lebaran. Jika dilihat hal ini diluar hitungan inkubasi virus. Oleh karena itu bisa disimpulkan peningkatan kasus bukan dampak mucik. 

"Lebaran itu sudah 41 hari, jadi relatif flat," kata Airlangga Hartarto di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (13/6/2022).

Berdasarkan pengalaman, Airlangga mengatakan peningkatan kasus baru terjadi setiap munculnya varian baru dari virus corona. Misalnya, pada tahun 2021 lalu terjadi peningkatan kasus di Indonesia akibat munculnya varian delta.

Kemudian pada akhir tahun hingga awal tahun ini terjadi kenaikan kasus akibat munculnya varian omicron. Begitu juga dengan saat ini, kenaikan kasus harian di Indonesia karena adanya varian omicron Ba.4 dan BA.5.

"Berdasarkan pengalaman, kenaikan ini karena ada varian baru. Sebelumnya ada delta dan omicron dan sekarang BA 4 dan BA 5," ungkapnya.

Senada, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin memastikan kenaikan kasus Covid-19 baik di Indonesia maupun di luar negeri tidak disebabkan hari libur keagamaan. Peningkatan kasus terjadi semata karena munculnya varian baru dari Covid-19.

"Setiap terjadi lonjakan besar ini penyebabnya bukan hari raya keagamaan besar," kata Budi.

Dia menjelaskan, pada perayaan natal tahun 2021, kenaikan kasus terjadi di hari ke 27. Begitu juga dengan lonjakan kasus pada hari raya lebaran tahun 2021 yang terjadi pada hari ke-34.

"Di Natal kemarin dan hari raya tahun lalu, kenaikan kasus terjadi pada hari ke 27 dan hari ke-34. Sekarang kita amati lagi kenaikan terjadi pada hari ke 40," kata dia.

Hal yang sama juga terjadi di berbagai negara di dunia. Lonjakan kasus baru terjadi disebabkan munculnya varian baru covid-19. Bukan pasca perayaan hari raya keagamaan tertentu.

"Jadi kenaikan ini karena varian baru dan ini terjadi juga di luar Indonesia yang hari raya keagamaannya berbeda dengan Indonesia," pungkasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kasus COVID-19 Hari Ini di Dunia, Infeksi dari 3 Wilayah Asia Ini Terpantau Naik

Petugas melakukan tes usap PCR kepada warga di Laboratorium Genomik Solidaritas Indonesia (GSI), Kamis (3/2/2022). Lonjakan kasus COVID-19 kembali terjadi diduga akibat varian Omicron yang mudah menular. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Menurut data dari COVID-19 Dashboardby the Center for Systems Science and Engineering (CSSE) di Johns Hopkins University (JHU), Senin (13/6/2022), kasus COVID-19 hari ini di dunia menembus 535.266.036. Dengan penambahan 42.031 kasus dalam 28 hari terakhir.

Sudah 6.309.439 kematian tercatat akibat infeksi COVID-19, dengan penambahan 13.888.642 kematian dalam 28 hari terakhir.

Sementara total vaksin COVID-19 yang sudah disuntikkan mencapai 11.549.762.520 dosis.

Amerika Serikat terpantau masih berada di urutan pertama negara dengan penambahan kasus COVID-19 terbanyak dalam 28 hari terakhir. 

Dalam 10 besar wilayah dengan penambahan kasus Virus Corona COVID-19 terbanyak 28 hari terakhir, sejumlah di antaranya berasal dari Asia. Berikut ini urutannya:

  1. AS
  2. Taiwan
  3. Jerman
  4. Australia
  5. Brasil
  6. Jepang
  7. Portugal
  8. Italia
  9. Prancis
  10. Korea Selatan

Dari daftar 10 besar wilayah dengan kasus COVID-19 terbanyak dalam 28 hari tersebut, ada Taiwan, Jepang, Korea Selatan yang masuk wilayah Asia.

Sementara itu, mengutip situs World o Meter, Indonesia masih terpantau berada dalam urutan ketujuh negara dengan total kasus COVID-19 terbanyak di Asia yakni 6.060.488.

Total kasus COVID-19 di Asia terpantau menembus 158.901.068, dengan penambahan 100.795 kasus baru. Sedangkan angka kematian total akibat infeksi Virus Corona itu tercatat 1.435.159, dengan penambahan 154 kematian baru.

Berikut ini urutan sepuluh negara di Asia dengan total kasus terbanyak:

  1. India
  2. Korea Selatan
  3. Turki
  4. Vietnam
  5. Jepang
  6. iran
  7. Indonesia
  8. Malaysia
  9. Thailand
  10. Korea Utara 

Kasus COVID-19 Naik di India, Masalah Varian Baru Disorot

Sementara itu, kasus mingguan COVID-19 di India dilaporkan naik di beberapa distrik. Ada 17 distrik di India, termasuk tujuh di antaranya di Kerala, yang mengalami laju kenaikan lebih dari 10 persen.

Pakar kesehatan di India meminta agar masyarakat tidak panik karena kenaikan kasus ini. Varian baru juga tidak ditemukan untuk saat ini.

"Kami belum menemukan adanya variant of concern baru. India sekarang memiliki BA.4 dan BA.5, selain BA.2, yang penularannya sedikit lebih tinggi dibandingkan sub-lineage Omicron lainnya," ujar DR N K Arora, kepala National Technical Advisory Group on Immunisation (NTAGI), dilansir India Times, Senin (13/6/2022).

Hal lain yang menjadi sorotan adalah peningkatan mobilitas karena liburan musim panas, serta adanya pelonggaran pembatasan travel secara nasional dan internasional, serta pembukaan aktivitas ekonomi. Alhasil, ada penyebaran infeksi di kalangan individu-individu yang rentan.

Dr Arora berkata orang-orang yang tertular saat ini terbatas di daerah kota-kota besar. Para pasien juga sudah mendapatkan vaksin, sehingga gejalanya seperti demam biasa dan mirip influenza ringan.

Meski demikian, pakar kesehatan meminta agar masyarakat tetap menjaga prokes, seperti memakai masker.

"Tidak perlu panik, tetapi harus diingat bahwa COVID-19 masih ada di sekitar kita, dan kita perlu mengikuti perilaku yang appropriate dan terutama menghindari tempat-tempat ramai dan menjadikan masker sebagia bagian integral dari kehidupan sehari-hari," ujar Dr. Arora.

 

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Infografis Boleh Lepas Masker Kode Keras Pandemi ke Endemi Covid-19 (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya