Rusia Serang Gudang Senjata Pasokan AS dan Uni Eropa di Chortkiv Ukraina

Pasukan Rusia dikabarkan menyerang gudang senjata di Kota Chortkiv, Ukraina. Sementara itu, pertempuran berkecamuk di kota timur Sievierodonetsk.

Oleh DW.com diperbarui 13 Jun 2022, 18:35 WIB
Ilustrasi bendera Rusia (pixabay)

, Chortkiv - Pasukan Rusia mengatakan bahwa mereka menyerang sebuah gudang senjata di Kota Chortkiv, di wilayah Ternopil barat Ukraina. Menurut pasukan Rusia, senjata di lokasi tersebut dipasok oleh Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa.

Gubernur regional Ternopil Volodymyr Trush mengatakan bahwa serangan itu telah menyebabkan 22 orang terluka. Selain itu, sebuah instalasi militer dan empat bangunan tempat tinggal juga rusak dalam serangan itu.

"Serangan ini tidak masuk akal secara taktis ataupun strategis, sama seperti mayoritas mutlak serangan Rusia lainnya. Ini adalah teror, hanya teror," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tentang serangan di Chortkiv seperti dikutip dari DW Indonesia, Senin (13/6/2022).

Zelensky kemudian mengajukan permohonan kepada negara-negara Barat untuk memasok Ukraina dengan sistem pertahanan rudal modern. "Ini adalah kehidupan yang masih bisa diselamatkan dan tragedi yang bisa dicegah jika Ukraina didengarkan."

Serangan Rusia di wilayah barat Ukraina sebenarnya lebih jarang terjadi dibandingkan dengan wilayah timur negara itu, di mana pertempuran sengit berkecamuk antara pasukan Ukraina dan Rusia.

Pertempuran Terjadi di 1.105 km Garis Depan Ukraina

Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Valerii Zaluzhnyi mengatakan dalam sebuah tautan di Facebook pada hari Minggu (12/06) bahwa ia telah berbicara dengan Mark Milley, Kepala Staf Gabungan AS.

Menurut Zaluzhnyi, garis depan di Ukraina saat ini memiliki lebar 2.450 km, di mana 1.105 km di antaranya merupakan area pertempuran aktif.

Situasi di Kota Sievierodonetsk begitu rumit, tetapi pasukan Ukraina berhasil menghentikan pasukan Rusia yang hendak maju, kata Zaluzhnyi.

"Sebanyak 7 batalion kelompok taktis telah dikerahkan oleh musuh di sana. Meskipun terjadi baku tembak yang dahsyat, kami berhasil menghentikan musuh," tulisnya.

Zaluzhnyi juga menyebutkan bahwa dia meminta Milley untuk membantu Ukraina mendapatkan lebih banyak sistem artileri 155 mm dalam waktu dekat.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Enam Kendaraan Tempur Infanteri Marder Siap Dikirim

Sebuah mobil terbakar di sisi rumah sakit bersalin yang rusak akibat serangan udara di Mariupol, Ukraina (9/2/2022). Serangan Rusia telah merusak parah sebuah rumah sakit bersalin di kota pelabuhan Mariupol yang terkepung, kata pejabat Ukraina. (AP Photo/Evgeniy Maloletka)

Perusahaan Jerman, Rheinmetall, menyelesaikan modernisasi kendaraan tempur infanteri tipe Marder yang pertama. Enam kendaraan "siap," kata seorang juru bicara perusahaan dalam sebuah komentar kepada kantor berita Jerman dpa pada hari Minggu (12/06).

Rheinmetall sedang dalam proses memperbaiki 100 Marders, kata Ketua Armin Papperger kepada surat kabar Jerman "Bild am Sonntag."

Dengan adanya kemungkinan pengiriman ke Ukraina, Papperger menambahkan: "Kapan dan di mana Marder akan dikirim adalah murni keputusan pemerintah federal."

Menurut Papperger, 88 tank Leopard 1 dan beberapa tank Leopard 2 juga berada di depot di Rheinmetall untuk dimodernisasi.

Ukraina ingin Jerman mengirimkan senjata berat sehingga pasukan Ukraina dapat mempertahankan diri dengan lebih baik melawan Rusia. Namun, pemerintah Jerman belum memberikan izin untuk mengirim Marder ke Ukraina.

 


Rusia Dituding Sebagai Pelaku Kejahatan Perang

Ilutrasi serangan Rusia di Ukraina. (AP Photo/Evgeniy Maloletka)

Organisasi hak asasi manusia Amnesty International menuduh Rusia melakukan kejahatan perang di kota timur laut Ukraina di Kharkiv. Amnesty mengatakan bahwa serangan di Kharkiv telah menewaskan ratusan warga sipil.

"Pemboman berulang terhadap lingkungan perumahan di Kharkiv adalah serangan membabi buta yang menewaskan dan melukai ratusan warga sipil, dan dengan demikian merupakan kejahatan perang," tegas kelompok hak asasi manusia tersebut dalam sebuah laporan seperti dikutip dari DW Indonesia, Senin (13/6/2022).

"Hal ini berlaku baik untuk serangan yang dilakukan dengan menggunakan amunisi maupun yang dilakukan dengan menggunakan roket dan peluru artileri tak terarah."

Amnesty mengatakan bahwa mereka telah menemukan bukti penggunaan berulang bom cluster 9N210 dan 9N235, serta ranjau darat yang disebar oleh pasukan Rusia.


Pasukan Rusia Menembaki Pabrik Kimia Sievierodonetsk di Ukraina Timur

Ilustrasi serangan pasukan Rusia di Ukraina. (Dimitar DILKOFF / AFP)

Minggu 12 Juni 2022 pasukan Rusia dilaporkan membombardir pabrik kimia yang melindungi ratusan tentara dan warga sipil di Kota Sievierodonetsk, Ukraina timur. Kendati demikian gubernur Provinsi Luhansk mengatakan pabrik tersebut masih di bawah kendali Ukraina.

Gubernur Serhii Haidai, dalam laporan yang dikutip dari VOA Indonesia, Senin (13/6/2022), menyebut separatis pro-Rusia berbohong bahwa 300 hingga 400 tentara dan beberapa ratus warga sipil Ukraina terperangkap di fasilitas Azot itu.

“Wilayah pabrik hanya ditembaki,” kata Haidai. "Pertempuran sedang berlangsung di pinggiran kota, di jalan-jalan dekat pabrik itu." Ia mengatakan kebakaran besar terjadi di pabrik itu, Sabtu (11/6) selama penembakan yang dilakukan oleh Rusia.

Rusia mengklaim telah menguasai 97% Provinsi Luhansk. Tetapi merebut kota industri Sievierodonetsk, yang sebelum perang berpenduduk 100.000 ini tetap penting bagi tujuan luas Moskow untuk mengendalikan wilayah Donbas timur, yang mencakup provinsi Luhansk dan Donetsk.

Rusia merebut Semenanjung Krimea Ukraina pada tahun 2014 dan sejak itu dan pasukan Kiev telah memerangi separatis pro-Rusia di wilayah Donbas.

Leonid Pasechnik, pimpinan Republik Rakyat Luhansk yang menyatakan memisahkan diri dari Ukraina, mengakui, "Sievierodonetsk belum 100% dibebaskan. Jadi, tidak mungkin untuk menyebut situasi di Sievierodonetsk tenang, bahwa kota itu sepenuhnya milik kami."

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dalam pidato video Sabtu malam mengatakan tidak ada yang tahu berapa lama perang dengan Rusia akan berlanjut. Meski demikian Zelensky mengatakan pasukan Ukraina telah menentang penilaian awal bahwa Rusia akan menyerbu Ukraina timur ketika mengalihkan perhatian ke sana setelah sebelumnya gagal menggulingkan Zelensky atau merebut ibu kota, Kiev, saat menyerbu Ukraina 24 Februari.


Imbas Perang Ukraina-Rusia Sejak 24 Februari 2022, 287 Anak Tewas

Anak-anak duduk di tempat tidur di pusat pengungsi dari Ukraina di Messe di Berlin, Jerman pada 11 Maret 2022. Badan PBB untuk urusan pengungsi (UNHCR) mengatakan setidaknya 2,5 juta orang telah meninggalkan Ukraina, dengan lebih dari setengahnya sekarang di Polandia. (Odd ANDERSEN / AFP)

Korban terus berjatuhan akibat perang Rusia-Ukraina. Kantor Jaksa Agung Ukraina mengatakan pada Sabtu 11 Juni 2022 bahwa mereka mengetahui adanya kematian 24 anak lagi di Mariupol, pelabuhan tenggara yang dikepung selama berminggu-minggu sebelum pasukan Rusia berhasil merebutnya pada pertengahan Mei.

Secara total, kantor tersebut mengatakan, bahwa setidaknya 287 anak telah tewas sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022, sedangkan lebih dari 492 anak telah terluka.

"Selama pencatatan tindak pidana, diketahui bahwa 24 anak lagi tewas di Mariupol, wilayah Donetsk, akibat penembakan membabi buta oleh militer Rusia," kata kantor tersebut di aplikasi pesan Telegram seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (12/6/2022).

Wali kota Mariupol – kota yang hancur akibat pengepungan Moskow- mengatakan wabah kolera terjadi di kota itu karena sistem sanitasi rusak dan banyak jasad yang membusuk di jalan-jalan.

Rusia telah membantah pihaknya menargetkan warga sipil dan telah menolak tuduhan kejahatan perang dalam apa yang disebutnya sebagai "operasi militer khusus" yang ditujukan untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" Ukraina. Kiev dan sekutunya mengatakan Ukraina diserbu tanpa adanya provokasi.

Awal Juni, PBB mengatakan bahwa lebih dari 250 anak Ukraina telah tewas sejak perang dimulai dan lima juta lainnya masih berisiko mengalami kekerasan dan pelecehan.

Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya