Liputan6.com, Cilacap - Surga dan neraka merupakan hal prerogatif Allah SWT. Siapapun tidak berhak mengklaim dirinya atau orang lain masuk surga atau neraka.
Perihal masuk surga juga tidak disebabkan karena amalan seorang hamba. Hal ini didasarkan pada hadis Rasulullah SAW:
لا يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ، وَلَا يُجِيرُهُ مِنَ النَّارِ، وَلَا أَنَا إِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنَ اللهِ
“Tidak ada amalan seorang pun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan menyelematkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah” (H.R. Muslim).”
Hadis inilah yang sering dipahami secara parsial (sempit). Pemahaman yang sempit akan menyebabkan tindakan yang keliru pula seperti mengabaikan bahkan meninggalkan amal ibadah karena dirasa percuma melaksanakan amal ibadah karena tidak menjamin seseorang masuk surga.
Baca Juga
Advertisement
Padahal pemahaman tersebut bertentangan dengan Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 122:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً
“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selamanya.”
Dalam Al-Qur’an Surat Al-Ankabut ayat 58 Allah SWT berfirman:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ غُرَفاً
Artinya, “Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, sungguh, mereka akan Kami tempatkan pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga.”.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Rahmat Allah
Dua ayat tersebut secara tegas mengatakan bahwa orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh akan dimasukkan ke dalam surga. Atas dasar hal tersebut, lalu bagaimana memahami hadis tersebut dengan benar?
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitab Fathul Bari Syarh Shahihil Bukhari bahwa hadis di atas memiliki banyak penafsiran, setidaknya ada tiga pendapat ulama ahli hadits dalam mengartikan hadits di atas.
1. Melaksanakan amal ibadah merupakan suatu rahmat dari Allah
Taufiq untuk bisa melakukan suatu amal ibadah merupakan bentuk rahmat dari Allah yang sudah diberikan sejak sebelum seorang hamba melakukan ibadah;
2. Orang yang melaksanakan amal ibadah berhak mendapatkan rahmat Allah
Seorang hamba berhak mendapatkan rahmat, apabila ia sudah melakukan ketaatan. Dengan kata lain, orang-orang yang tidak melakukan ketaatan tidak berhak mendapatkan rahmat Allah.
Imam Ibnu Hajar mengibaratkan seorang budak yang berharap mendapatkan upah dari tuannya tanpa bekerja terlebih dahulu, tentu merupakan hal yang tidak mungkin. Sebab, upah akan diberikan apabila ia telah bekerja untuk tuannya.
3. Inti masuk surga murni rahmat dari Allah, namun nikmat surga tergantung amalnya
Meskipun masuk surga itu murni rahmat Allah SWT, akan tetapi nikmat di dalamnya akan berbeda sesuai dengan kadar amal yang dimiliki seseorang, jika kadar amalnya banyak, maka akan mendapatkan nikmat Allah yang juga banyak. Begitu juga sebaliknya, seorang muslim yang nilai ketaatannya sedikit, akan masuk surga yang di dalamnya terdapat kenikmatan yang sedikit pula.
Kesimpulannya bahwa rahmat Allah SWT yang menyebabkan orang masuk surga berhak diperoleh orang-orang yang telah melakukan ketaatan kepada Allah SWT. Dan bentuk ketaatan diejawantahkan melalui kemauan dan kemampuan seorang hamba melaksanakan amal ibadah.
Demikian pemahaman atas hadis Nabi SAW di atas sebagaimana disarikan dari NU Online.
Penulis: Khazim Mahrur
Advertisement