Liputan6.com, Jakarta Pemerintah akan mengenakan bea meterai Rp 10 ribu untuk term and condition (T&C) berbagai platform digital. Hal ini termasuk belanja online di e-commerce.
Hal tersebut dipastikan Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat DJP Neilmaldrin Noor. Pengenaan bea materai ini sesuai dengan UU 10 tahun 2020 tentang Bea Materai.
Advertisement
"Atas Transaksi pada e-commerce dapat dikenakan bea meterai dalam hal terdapat dokumen yang merupakan objek bea meterai sesuai dengan Pasal 3 UU 10 tahun 2020," tutur dia kepada Liputan6.com, Selasa (14/6/2022).
Beberapa jenis dokumen yang dapat dikenai pada transaksi e-commerce seperti:
a. surat perjanjian, surat keterangan, surat pernyataan, atau surat lainnya yang sejenis;
b. dokumen yang menyatakan jumlah uang dengan nominal lebih dari Rp 5 juta.
"Dalam hal tidak terdapat dokumen-dokumen sebagaimana tersebut, maka tidak akan dikenakan bea meterai," kata dia.
Namun Neilmaldrin Noor menyatakan belum mengetahui kapan pengenaan bea meterai pada belanja online ini berlaku. Menurutnya, ketentuan ini masih menunggu aturan pelaksananya.
"Kita tunggu hasil pembahasan peraturan pelaksanaannya," tandas dia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Survei Google: Orang Indonesia Mulai Suka Belanja Online Bahan Pokok
Sebelumnya, semakin banyak masyarakat Indonesia Indonesia yang ingin membeli produk bahan pokok seperti makanan dan minuman dari rumah. Hal tersebut terungkap dalam data Google Trends yang menunjukkan penelusuran terkait bahan pokok naik 24 persen di kuartal I 2022 jika dibanding kuartal I 2021.
“Tren ini sejalan dengan laporan 2021 e-Conomy SEA yang menunjukkan bahwa ekonomi digital Indonesia didorong oleh e-commerce, yang tumbuh sekitar 52 persen per tahun dan nilainya diperkirakan akan mencapai USD 104 miliar (CAGR) hingga 2025,” jelas Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf, Jakarta, Kamis (12/5/2022).
Pandemi telah menciptakan tambahan 21 juta pengguna internet di Indonesia hingga akhir Semester I 2021. Maka tidak mengherankan jika saat ini ada begitu banyak pengguna yang berbelanja bahan pokok secara online.
"Mengingat kemudahan dan kemajuan yang terjadi di berbagai area utama seperti logistik dan manajemen inventaris," kata Randy.
Laporan e-Conomy menunjukkan bahwa di Asia Tenggara, belanja bahan pokok yang dilakukan secara online baru 2 persen dibandingkan dengan 25 persen populasi yang kini senang berbelanja online untuk produk-produk selain bahan pokok.
Laporan lain dari L.E.K Insights pada November 2021 menunjukkan bahwa penjualan bahan pokok secara online tumbuh 4 hingga 5 kali lipat dari 2019 hingga 2020 dan nilainya diperkirakan akan mencapai 5 hingga 6 miliar USD hingga 2025.
Advertisement
Paling Banyak Dicari
Secara khusus, Google Trends (di Tab Shopping di Google Search) juga mencatat kenaikan minat penelusuran pada sejumlah bahan pokok utama selama periode satu tahun dari kuartal I 2021 hingga Q1 2022:
- Penelusuran untuk sayur tumbuh 90 persen
- Penelusuran untuk garam tumbuh 60 persen
- Penelusuran untuk madu tumbuh 50 persen
- Penelusuran untuk mie tumbuh 25 persen
- Penelusuran untuk telur tumbuh 22 persen
- Penelusuran untuk susu tumbuh 18 persen.
“Kami percaya bahwa omnichannel groceries merupakan tahap lanjutan atas metode berbelanja kebutuhan sehari-hari, dimana pelanggan dapat merasakan pengalaman yang seamless baik secara online maupun offline, juga mendapatkan produk yang dibutuhkan langsung di lokasi mereka berada,” kata Edward Kilian Suwignyo, CMO, Blibli.
"Untuk itu, infrastruktur, rantai pasok, juga logistik yang terintegrasi memegang peranan penting dalam memberikan nilai tambah untuk memenuhi kebutuhan pelanggan mulai dari menghadirkan pilihan produk berkualitas dan lengkap, harga kompetitif, hingga pengiriman cepat.”
Laporan Year in Search 2021 untuk Brand juga menunjukkan bahwa orang Indonesia mencari pilihan makanan yang lebih sehat, vitamin, dan suplemen di internet. Penelusuran untuk makanan “plant-based” juga tumbuh 233 persen tahun lalu.
Reporter: Anggun P Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Strategi Pemerintah Capai Ekonomi Digital USD 146 Miliar di 2025
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menyiapkan strategi memanfaatkan peluang ekonomi digital di masa mendatang.
Berdasarkan data dari e-Conomy SEA 2021 Report, ekonomi digital Indonesia di 2021 mencapai USD 70 Milliar, dan diprediksi tumbuh menjadi USD 146 miliar pada 2025 dengan pertumbuhan tahunan (CAGR) sebesar 20 persen.
"The world is going digital, tidak saja mengubah cara kita membeli, namun juga bagaimana kita mengambil keputusan dan membuat model-model bisnis baru," kata Menperin Agus dalam sambutannya dalam acara Inspiring Industry Transformation Startup4industry 2022, Jakarta, Selasa (19/4/2022).
Nilai ekonomi digital tersebut, menurut Menperin Agus, sangatlah besar dan harus dapat dimanfaatkan. Oleh karena itu, salah satu strategi yang harus ditempuh pemerintah Indonesia adalah mempercepat transformasi teknologi baik di sektor industri maupun masyarakat.
"Bapak dan Ibu yang saya banggakan, Kita percaya bahwa sejak Making Indonesia 4.0 diluncurkan, telah banyak upaya dan kerja yang telah dilakukan untuk merealisasikan hal tersebut," jelasnya.
Beberapa di antaranya melalui pembangunan Pusat Industri Digital 4.0, ditunjuknya 5 lighthouse industri 4.0, dan juga tumbuh dengan pesatnya tech startup Indonesia serta talenta-talenta digital merupakan beberapa upaya dan kerja yang telah dilakukan.
"Kini, saatnya kita menunjukkan secara nyata, bagaimana transformasi teknologi dapat membantu industri tumbuh dan berkembang," jelasnya.
Baca Juga
Penjualan Brand Lokal dan UMKM Naik 7 Kali Lipat di Kampanye 12.12, Produk Fesyen dan Kosmetik Terlaris
ShopeeFood Checkout Murah Jadi Pilihan Favorit Pengguna, Penjualan Merchant Meningkat 6 Kali Lipat
Brand Lokal dan UMKM Bersinar di Akhir Tahun, Penjualan Melonjak hingga 7 Kali Lipat di Puncak 12.12 Birthday Sale
Advertisement