Kasus COVID-19 Ngegas Lagi, Satgas IDI: Meski Jengah, Prokes Harus Digalakkan Lagi

Ada 930 kasus COVID-19 kemarin, ayo kembali disiplin jalankan prokes seperti disampaikan Satgas COVID-19 IDI.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 15 Jun 2022, 08:00 WIB
Warga yang mengenakan masker berjalan melintasi mural berisi imbauan terkait COVID-19 di Menteng, Jakarta, Kamis (7/10/2021). Pemerintah menyiapkan langkah implementasi prokes 3M, implementasi surveilans 3T, percepatan vaksinasi dan persiapan fasilitas rumah sakit. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Kasus harian COVID-19 pada Selasa, 14 Juni 2022 bertambah signifikan bila dibandingkan hari-hari sebelumnya. Terkait hal ini Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Ikatan Dokter Indoensia (IDI) Profesor Zubairi Djoerban mengatakan untuk kembali menggalakkan penerapan protokol kesehatan (prokes).

"Rasanya prokes harus digalakkan lagi - agar kita dapat menekan risiko penularan sebelum telat," kata Zubairi.

Ia pun sadar bahwa sebagian masyarakat mungkin merasa sudah bosan berhadapan dengan COVID-19. Namun, bagaimanapun prokes merupakan salah satu kunci penting mencegah penularan kasus yang lebih luas.

"Saya tahu beberapa orang jengah dengan COVID-19. Tapi saya harus ingatkan kembali (soal penerapan prokes)," kata Zubairi dalam cuitan di Twitter @ProfesorZubairi pada Selasa, 14 Juni 2022.

Hal di atas diungkapkan pria yang juga dokter spesialis penyakit dalam konsultan karena melihat data, kemarin, Selasa, 14 Juni 2022 ada 930 orang terkonfirmasi COVID-19, sementara pada hari sebelumnya di angka 591.

Data kemarin juga menunjukkan ada 10 kematian lalu positivity rate Indonesia 4,8 persen dan Jakarta 5 persen. Padahal, di hari-hari sebelumnya positivity rate Indonesia berada di angka 1 atau 2.

Positivity rate adalah perbandingan antara jumlah kasus positif COVID-19 dengan jumlah tes yang dilakukan. Secara nasional, positivity rate yang disebutkan Zubairi hampir mendekati standar WHO yakni 5 persen. Semakin tinggi positivity rate, apalagi bila sudah di atas standar WHO maka kondisi pandemi bisa kurang baik.


BA.4 dan BA.5 Biang Kerok Kenaikan

Menkes Budi Gunadi Sadikin tentang COVID-19. (Foto: jabarprov.go.id)

 Namun, Menteri Kesehatan RI mengatakan bahwa kenaikan kasus akhir-akhir ini terjadi karena adanya varian baru yakni BA.4 dan BA.5.

"Kita confirm, dipicu oleh varian baru. Ini juga terjadi di negara lain," kata Budi usai Rapat Terbatas pada Senin, 13 Juni 2022.

Beberapa negara yang sudah kemasukan BA.4 dan BA.5 juga melaporkan kenaikan kasus seperti disampaikan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di kesempatan yang sama.

Airlangga menyebut Australia dalam sehari bisa mencapai 16 ribuan, India 8.500, Singapura 3.100, Thailand 2.400 dan Malaysia 1.700.

 

 


Menular Cepat tapi Hospitalisasi dan Kematian Rendah

Berkaca dari pengalaman Afrika Selatan menghadapi dua subvarian Omicron, laju penularan BA.4 dan BA.5 sepertiga dari puncak kasus Delta dan Omicron.

Lalu, tingkat hospitalisasi sekitar sepertiga dari kasus Delta dan Omicron. Lalu, angka kematian sekitar 1/10 dari kasus kematian dari gelombang Delta dan Omicron.

"Jadi, memang BA.4 dan BA.5 menyebabkan kenaikan kasus di beberapa negara dunia tapi puncak dari kenaikan kasus, hospitalisasi dan kematian jauh lebih rendah dari Omicron awa-awal-awal," kata Budi.

Hingga hari Senin, 13 Juni 2022, sudah terdeteksi 8 orang terpapar BA.4 dan BA.5 di Indonesia. Terdiri dari 3 WNA dan 5 WNI asal Jakarta berdasarkan hasil pemeriksaan whole genome sekuencing 6 dan 10 Juni 2022.

Salah satu pasien adalah pria WNI 27 tahun yang terkonfirmasi BA.4 saat berada di Bali untuk meliput acara The Global Platform for Disaster Risk Reduction 23-28 Mei 2022. Pasien pria tersebut ternyata berasal dari Jakarta. Hal ini menandakan bahwa penularan anak Omicron telah terjadi di ibu kota RI.

"Jadi, memang transmisi lokal ini sudah terjadi di Jakarta," kata Budi.

Bila dilihat data per provinsi sebenarnya kenaikan tidak terjadi di semua provinsi. Hanya beberapa yang mengalami kenaikan seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten dan Bali. Namun, secara keseluruhan Budi bakal terus memonitor.

"Kami akan terus memonitor kondisinya, masih relatif baik dibandingkan dengan negara lain," katanya.


Gejala Pasien BA.4 dan BA.5

Akhirnya terungkap biang kerok kasus Covid-19 naik kembali. Simak penjelasan Menkes Budi berikut ini! (unsplash/martin sanchez).

Dari 8 pasien terpapar BA.4 dan BA.5 di RI hanya satu yang bergejala sedang yakni seorang perempuan 20 tahun asal Jakarta. Sisanya tidak ada gejala ataupun ringan seperti sakit tenggorokan atau demam seperti disampaikan Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dokter spesialis paru konsultan Erlina Burhan.

Pada perempuan yang bergejala sedang itu mengeluhkan batuk, sesak napas, sakit kepala, mual muntah. Sementara dua lainnya bergejala ringan.

"Prediksi saya mungkin pada dia replikasi virus terjadi di saluran napas bawah ya jadi bisa sampai sesak napas. Karena pada sebagian kasus Omicron ini replikasi di situ tapi sebagian besar ada di saluran napas atas," kata Erlina.

"Atau bisa juga dia sesak napas karena kondisi lain," lanjutnya pada webinar Minggu kemarin.

Secara umum, gejala BA.4 dan BA.5 sama seperti Omicron terdahulu. "Hingga saat ini para ahli sepakat gejala BA.4 dan BA.5 gejala mirip Omicron terdahulu. Tidak akan berbeda yang bermakna," lanjut wanita yang sehari-hari praktik di RSUP Persahabatan Jakarta ini.

 

Infografis Gejala dan Pencegahan Covid-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya