Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah masih terus melemah pada Rabu pagi jelang pengumuman hasil rapat bank sentral Amerika Serikat The Fed.
Kurs rupiah pagi ini bergerak melemah 31 poin atau 0,21 persen ke posisi 14.730 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.699 per dolar AS.
Advertisement
"Pelemahan rupiah terhadap dolar AS mungkin belum berakhir hari ini karena sentimen The Fed," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara, Rabu (15/6/2022).
Menurut Ariston, banyak pelaku pasar kini berekspektasi suku bunga acuan AS akan dinaikkan lebih tinggi oleh The Fed pada dini hari nanti, yaitu sebesar 75 basis poin dari ekspektasi sebelumnya 50 bps.
Hal tersebut karena inflasi konsumen dan produsen AS bulan Mei masih di level tinggi dan belum terlihat tren penurunan.
Tapi di sisi lain, lanjut Ariston, pelaku pasar juga menduga bahwa setelah rapat kali ini, kenaikan suku bunga the Fed akan berkurang.
"Dan ini mungkin mendorong sebagian pelaku pasar kembali masuk ke pasar setelah kejatuhan dalam harga aset berisiko kemarin. Ini mungkin bisa mendorong penguatan rupiah terhadap dolar AS," ujar Ariston.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pelonggaran Aktivitas
Ia menambahkan, di tengah pelonggaran aktivitas di masa pandemi, pasar mulai berburu aset berisiko untuk mendapatkan peluang di tengah pertumbuhan ekonomi, termasuk di Indonesia.
Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak melemah ke level 14.730 per dolar AS dengan support di 14.650 per dolar AS.
Pada Selasa (14/6) lalu, rupiah ditutup melemah 17 poin atau 0,12 persen ke posisi 14.699 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.682 per dolar AS.
Advertisement
Gubernur BI: Rupiah Melemah 1,2 Persen di Mei 2022 Dampak Ketidakpastian Global
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan nilai tukar rupiah terDepresiasi atau melemah 1,2 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) untuk periode awal akhir April 2022 hingga saat ini. Perry mengungkap pelemahan nilai tukar rupiah itu disebabkan oleh aliran modal asing keluar.
Keluarnya aliran modal asing itu akibat dari ketidakpastiannya pasar keuangan global. Ia juga mengungkap terdepresiasinya nilai tukar rupiah ini sejalan dengan mata uang regional lainnya.
“Nilai tukar rupiah terdepresiasi sejalan dengan mata uang regional lainnya dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Nilai tukar rupiah pada 23 mei 2022 terdepresiasi 1,2 persen dibanding dengan akhir April 2022,” katanya dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Selasa (24/5/2022).
Depresiasi tersebut disebabkan oleh aliran modal asing keluar seiring dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global di tengah terjaganya pasokan valas domestik. Khususnya,kata dia, dari korporasi dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian indoneisa.
“Dengan perkembangan ini, nilai tukar rupiah sampai 23 Mei 2022 terdepresiasi sekitar 2,87 persen year-to-date dibandingkan dengan tingkat akhir 2021,” kata dia.
Kendati demikian, Perry Warjiyo menyebut tingkat depresiasi ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan yang terjadi di beberapa negara tetangga. Contohnya, India yang mengalami depresiasi sebesar 4,11 persen, Malaysia 5,1 persen, dan Korea Selatan 5,97 persen.
Tetap Terjaga
Lebih lanjut, Perry memprediksi kedepannya stabilitas nilai tukar rupiah akan tetap terjaga. Ini didukung oleh kondisi fundamental ekonomi indonesia yang tetap terjaga.
“Tercermin dari rendahnya defisit transaksi berjalan, memadainya pasokan valas dari korporasi yang terus berlanjut serta komitmen dari Bank Indonesia,” ujarnya.
“Dalam hal ini Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan fundamental ekonomi Indoneisa,” terangnya.
Advertisement