Liputan6.com, Jakarta - Sejak perang di Ukraina pecah, banyak miliarder yang berbondong-bondong meninggalkan Rusia, di tambah serangkaian sanksi ekonomi dari Barat yang menghantui negara itu.
Dilansir CNN Business, Rabu (15/6/2022) sebuah laporan oleh perusahaan yang membantu jutawan pindah ke luar negeri, yaitu Henley & Partners, mengungkapkan bahwa jumlah miliarder yang meninggalkan Rusia bertambah hampir tiga kali lebih banyak daripada tahun 2019.
Advertisement
Ketika sanksi Barat menekan ekonominya, Rusia diperkirakan akan melihat kerugian bersih sekitar 15.000 masyarakat dengan kekayaan bersih tinggi — yang didefinisikan sebagai orang dengan aset lebih dari USD 1 juta — tahun 2022 ini, dibandingkan dengan 5.500 yang terjadi pada tahun 2019.
Jumlah tersebut setara dengan sekitar 15 persen dari populasi miliarder Rusia, menurut laporan Henley & Partners.
"Angka migrasi kekayaan adalah ukuran yang sangat penting dari kesehatan ekonomi," kata Andrew Amoils, kepala penelitian di perusahaan analitik New World Wealth yang menyumbangkan data untuk laporan Henley & Partners.
"Ini juga bisa menjadi pertanda hal-hal buruk yang akan datang karena masyarakat dengan kekayaan bersih tinggi sering kali menjadi orang pertama yang pergi... jika kita melihat keruntuhan negara besar mana pun dalam sejarah, biasanya didahului oleh migrasi orang kaya dari negara itu," dia menambahkan.
Sebelumnya, pada tahun 2020 dan 2021, tingkat migrasi di antara orang kaya dan berkuasa di Rusia turun tajam karena Covid-19 menutup perjalanan internasional dan menutup perbatasan.
Tetapi tren orang kaya yang meninggalkan negara itu terlihat kembali dalam dekade menjelang pemulihan pandemi, dan sekarang semakin cepat setelah invasi Rusia di Ukraina pada Februari 2022.
Selain itu, Dana Moneter Internasional menyebut ekonomi Rusia diperkirakan menyusut sekitar 8,5 persen tahun ini.
UEA Diprediksi Bakal Salip AS dan Inggris Jadi Rumah Baru Miliarder
Data Henley & Partners juga menunjukkan bahwa eksodus miliarder dari Rusia tahun ini diperkirakan lebih dari sembilan kali lipat dibandingkan tahun 2021.
"Jauh sebelum pengenaan sanksi... ada tsunami modal meninggalkan negara itu, sebagian besar didorong oleh gaya pemerintahan Presiden Vladimir Putin yang semakin berubah-ubah dan tuntutan kesetiaannya yang dibuat pada kelas menengah dan orang kaya Rusia," ungkap Misha Glenny, seorang penulis dan jurnalis, dalam analisis untuk Henley & Partners.
Tahun ini, sebagian besar orang Rusia yang bermigrasi diperkirakan akan pindah ke negara-negara di Eropa selatan di mana banyak yang sudah memiliki rumah kedua.
Tetapi Uni Emirat Arab juga dengan cepat menjadi semakin menarik bagi miliarder negara itu, sebagian karena tarif pajaknya yang nol.
UEA diprediksi akan menyalip Amerika Serikat dan Inggris sebagai tujuan utama para miliarder yang berpindah-pindah tahun ini.
Henley & Partners memperkirakan negara tersebut akan menyambut 4.000 masyarakat dengan kekeyaan tinggi pada akhir tahun, dibandingkan dengan sekitar 1.000 setiap tahun sebelum pandemi Covid-19.
Advertisement
Jadi Pusat Bisnis Internasional, UEA Menarik Minat Miliarder
Andrew Amoils, kepala penelitian di perusahaan analitik New World Wealth mengatakan para elit tertarik untuk pindah ke UEA sebagai "pusat bisnis internasional dengan ekonomi berpenghasilan tinggi.
Selain itu, negara tersebut juga dikenal memiliki "reputasi sebagai oasis aman di kawasan Timur Tengah dan Afrika."
Penelitian oleh sebuah konsultan teknologi Capgemini, mengungkapkan bahwa populasi masyarakat kaya secara global tumbuh hampir 8 persen tahun lalu.