Kasus Positif Covid-19 per 15 Juni 2022 Tembus 1.242

Penambahan kasus positif pada 15 Juni 2022 tercatat 1.242 sehingga akmulasinya di Indonesia menjadi 6.063.251.

oleh Bogi Triyadi diperbarui 16 Jun 2022, 16:43 WIB
Petugas jaga mengecek data pasien COVID-19 yang dibawa petugas medis di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Kamis (10/9/2020). Pemerintah menyiapkan 2.700 tempat tidur di RSD Wisma Atlet untuk merawat pasien COVID-19 dengan kondisi sedang dan ringan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Kasus Covid-19 per 15 Juni 2022 naik drastis. Penambahan kasus positif tercatat 1.242 sehingga akmulasinya di Indonesia menjadi 6.063.251.

Di hari sebelumnya, penambahan kasus positif Covid-19 tercatat sebanyak 930. Dengan demikian, penambahan kasus hari ini lebih tinggi ketimbang kemarin dengan selisih 312 kasus.

Penambahan juga terjadi pada kasus sembuh sebanyak 525 sehingga akumulasinya menjadi 5.900.574. Kasus meninggal juga bertambah sebanyak delapan orang sehingga akumulasinya menjadi 156.670.

Sementara kasus aktif bertambah 709 sehingga totalnya menjadi 6.007. Selain itu, data juga memperlihatkan jumlah spesimen sebanyak 79.001 dan suspek sebanyak 4.455.

Laporan turut merinci lima provinsi dengan penambahan kasus positif terbanyak. Kelima provinsi itu ialah DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, dan Bali.

DKI Jakarta melaporkan 730 kasus baru dan 154 orang sembuh. Jawa Barat 256 kasus konfirmasi baru dan 143 sembuh dari Covid-19.

Banten 146 kasus baru dan 95 sembuh. Jawa Timur di peringkat keempat dengan 63 kasus baru dan 55 orang sembuh. Sedangkan Bali 33 kasus baru dan 19 pasien telah dinyatakan sembuh.

Provinsi lain tak menunjukkan penambahan kasus yang terlalu signifikan. Sebanyak 15 provinsi bahkan tanpa penambahan kasus sama sekali.

Provinsi-provinsi itu adalah Aceh, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, dan Maluku Utara.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kasus BA.4 dan BA.5

Aktivitas warga di kawasan Blok-M, Jakarta, Senin (14/3/2022). Menurut Jubir Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro, peralihan pandemi ke endemi tak bisa lepas dari jumlah kasus harian dan angka kematian rendah serta tingkat keterisian RS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Jumlah kasus baru BA.4 dan BA.5 pada Selasa, 14 Juni 2022, tercatat 20 kasus. Angka subvarian Omicron ini disampaikan Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril.

"Sampai hari ini, ada 20 subvarian Omicron yang terdiri atas dua kasus BA.4 dan 18 kasus BA.5," katanya di Jakarta seperti dikutip Antara.

Dengan demikian, laju kasus subvarian Omicron tersebut bertambah 12 kasus dari laporan sebelumnya yang berjumlah delapan kasus.

BA.4 dan BA.5 di Indonesia bermula dari laporan empat kasus di Bali pada 6 Juni lalu dan bertambah empat kasus lagi di Jakarta dalam beberapa hari kemudian. Sejak terdeteksi, subvarian ini telah menarik perhatian para ahli, salah satunya ahli epidemiologi Dicky Budiman.

Menurut Dicky, subvarian ini memiliki karakter yang lebih efektif. Sebab, terdiri dari kombinasi kecepatan menginfeksi Omicron dan kemampuan mengikat sel dari Delta.

 


Kombinasi Omicron dan Delta

Pemotor melintasi mural bertema covid-19 di Tanah Tinggi, Tangerang, Sabtu (29/1/2022). Kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia terus bertambah dan wilayah penyebarannya semakin meluas. Diperkirakan, kasus omicron sudah mendominasi penularan virus corona di Jawa Bali. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

BA.4 dan BA.5 adalah subvarian Omicron. Sehingga masih bagian dari Omicron walaupun karakternya sudah sangat berbeda dari BA.1 dan BA.2.

"BA.4 atau khususnya BA.5 ini dia memiliki karakter yang merupakan kombinasi antara kecepatan menginfeksi yang dia warisi dari Omicron leluhurnya," kata Dicky Budiman.

"Dan dia mengadopsi juga mutasi dari COVID-19 varian Delta L452 yang membuat dia mudah terikat di receptor ACE2 dan mudah masuk ke dalam sel tubuh manusia untuk menginfeksi dan akhirnya mudah untuk bereplikasi di paru," tambahnya.

Hal tersebut membuat sebagian gejala orang yang terinfeksi BA.4 dan BA.5, khususnya yang belum divaksinasi lengkap, terlihat hampir mirip dengan gejala Delta. "Misalnya hilang penciuman, rasa lelah, dan pada kasus yang berat bisa seperti Delta, harus dibawa ke rumah sakit, ini merujuk data di Portugal," papar Dicky.

Selain itu, BA.4 dan BA.5 bisa menginfeksi ulang. Jadi, meski sudah terinfeksi oleh Omicron sebelumnya, tetap bisa terinfeksi lagi dengan BA.4 dan BA.5.

Mengingat karakter subvarian BA.4 dan BA.5 lebih efektif, maka tak heran jika akan ada banyak kasus infeksi baru. "Namun, bedanya dalam konteks Indonesia, 2 tahun ini kita sudah membentuk modal imunitas yang artinya orang akan banyak yang tidak bergejala," pungkas Dicky.

Infografis Waspada Covid-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 Terdeteksi di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya