Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga paling agresif dalam hampir 30 tahun.
Suku bunga The Fed naik sebesar 0,75 poin persentase di tengah perjuangan mengatasi lonjakan inflasi, pada Rabu (15/6/2022).
Advertisement
Dilansir dari Channel News Asia, Kamis (16/6/2022) kenaikan suku bunga The Fed sebesar 0,75 poin persentase datang dengan The Fed yang berada di bawah tekanan kuat untuk mengekang melonjaknya harga gas dan makanan yang telah membuat jutaan orang di AS berjuang untuk memenuhi kebutuhan.
Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan kenaikan suku bunga itu "penting" untuk menurunkan inflasi, dan pembuat kebijakan "memiliki alat yang dibutuhkan dan tekad yang diperlukan untuk memulihkan stabilitas harga atas nama keluarga Amerika."
Dia menekankan bahwa tujuan kenaikkan suku bunga adalah untuk menekan inflasi tanpa menggelincirkan ekonomi AS, tetapi mengakui selalu ada risiko jika melangkah terlalu jauh.
Federal Open Market Committee yang menetapkan kebijakan The Fed menaikkan suku bunga pinjaman acuan ke kisaran 1,5 hingga 1,75 persen, naik dari nol pada awal tahun.
Itu adalah kenaikan 75 basis poin pertama sejak November 1994.
Powell mengungkapkan kepada wartawan bahwa langkah tersebut sangat besar, tetapi dia tidak mengharapkan "langkah sebesar ini menjadi hal biasa."
"Namun, dari perspektif hari ini, kenaikan 50 basis poin atau 75 basis poin tampaknya paling mungkin terjadi pada pertemuan kami berikutnya," jelas Powell.
"Sangat penting bahwa kita menurunkan inflasi jika kita ingin memiliki periode berkelanjutan dari kondisi pasar tenaga kerja yang kuat yang menguntungkan semua orang," tambah sang ketua The Fed.
Apa Kata Pengamat?
Wall Street menyambut langkah agresif The Fed dalam menaikkan suku bunga, dan penutupan pasar berlangsung naik tajam mengikuti komentar Powell.
Tetapi Presiden Bank Federal Reserve Kansas City Esther George, seorang penentang inflasi yang terkenal, tidak setuju dengan pemungutan suara komite. Dia lebih memilih kenaikan setengah poin yang lebih kecil.
Sampai baru-baru ini, bank sentral AS tampaknya akan menyetujui kenaikan 0,5 poin persentase, tetapi para ekonom mengatakan lonjakan inflasi yang cepat menempatkan The Fed di belakang kurva, yang berarti perlu bereaksi keras untuk membuktikan tekadnya memerangi kenaikan harga.
Sementara itu, Diane Swonk dari Grant Thornton, yang telah lama menjadi pengamat The Fed mengatakan "Tidak diketahui jelas ekonomi akan sekuat yang diharapkan The Fed."
Dia menyebut pandangan bank sentral itu "luar biasa" dan membandingkan situasi saat ini dengan awal 1980-an ketika kepala The Fed saat itu, Paul Volcker menaikkan suku bunga hingga 20 persen untuk menghentikan inflasi, menjatuhkan ekonomi ke dalam resesi.
"Bersiaplah untuk apa yang akan terjadi selanjutnya. Ini adalah Fed Volcker-Esque. Itu berarti The Fed bersedia mengambil kenaikan pengangguran dan resesi untuk mencegah terulangnya kesalahan seperti tahun 1970-an," kata Diane Swonk di Twitter.
"Sebagai anak yang tumbuh di Detroit, saya ingat masa itu dengan baik. Masa itu jelek dengan bekas luka yang dalam," ungkapnya.
Advertisement
Kenaikkan Suku Bunga The Fed Terjadi Sejak Maret 2022
Para gubernur bank sentral AS The Fed mulai menaikkan suku bunga dari nol pada Maret 2022 karena permintaan yang kuat dari konsumen Amerika untuk rumah, mobil, dan barang-barang lainnya bentrok dengan gangguan transportasi dan rantai pasokan di beberapa negara, dimana Covid-19 masih menjadi tantangan.
Masalah itu memicu inflasi, yang secara dramatis menjadi lebih buruk setelah Perang Rusia-Ukraina pecah pada akhir Februari dan negara-negara Barat memberlakukan sanksi keras terhadap Moskow,memicu lonjakan harga makanan dan bahan bakar ke tingkat yang sangat tinggi.
Harga bensin AS telah mencapai USD 5.00 per galon untuk pertama kalinya dan membuat rekor baru setiap hari.
Para ekonom meramal bulan Maret adalah puncak kenaikan harga konsumen, tetapi tingkat itu melonjak lagi di bulan Mei, melonjak 8,6 persen dalam 12 bulan terakhir, dan harga grosir juga melonjak, hampir seluruhnya karena melonjaknya biaya energi, terutama bensin.