Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril menyampaikan data terbaru jumlah pasien BA.4 dan BA.5.
Menurutnya, awalnya pasien yang terinfeksi subvarian Omicron ini ditemukan di Bali 4 orang, 4 lagi di DKI Jakarta, kemudian ada tambahan 12 orang pada tanggal 12 Juni dari daerah Jawa Barat.
Advertisement
“Semuanya saat ini sudah selesai isolasi mandirinya dan dinyatakan sembuh. Rata-rata semuanya bergejala ringan."
"Kecuali satu orang umur 20 tahun perempuan di Jakarta memang ada keluhan sesak napas sehingga dia masuk ke kategori sedang, tapi alhamdulillah hari ini sudah dipulangkan dan sudah sembuh,” kata Syahril dalam konferensi pers FMB9ID_IKP Kamis (16/6/2022).
Dari data 20 orang yang terinfeksi BA.4 dan BA.5, 3 di antaranya adalah anak-anak usia di atas 5 hingga 12 tahun.
“Tiga anak-anak dan sisanya dewasa dan semua sudah vaksinasi. Ada yang sudah booster ada yang belum.”
Syahril juga menyinggung terkait Whole Genome Sequencing (pengurutan gen menyeluruh/WGS). Menurutnya, WGS diambil oleh Kementerian Kesehatan untuk deteksi menyeluruh terutama kepada 5 provinsi yang tingkat kasusnya tinggi.
Kelima provinsi yang dimaksud adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
“Whole Genome Sequencing dilakukan untuk memastikan apakah saat ini pasien-pasien sudah subvarian BA.4 dan BA.5 atau masih campuran sehingga kita saat ini masih menunggu rincian hasil pemeriksaan.”
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Strategi Kemenkes Hadang BA.4 dan BA.5
Salah satu pasien diketahui merupakan Warga Negara Asing (WNA) yang terinfeksi di Bali. Terkait hal ini, Syahril mengatakan hingga saat ini memang ada kebijakan yang diterapkan untuk pertemuan internasional.
“Untuk pertemuan-pertemuan internasional termasuk di Bali itu dilakukan tes antigen, apabila positif maka dilakukan tes PCR. Nah untuk Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) secara umum itu diimbau adanya peningkatan kewaspadaan di seluruh pintu masuk.”
Strategi lain untuk menghadapi BA.4 dan BA.5 yakni Kemenkes sudah membuat suatu edaran yang dikirim ke seluruh dinas kesehatan dan rumah sakit untuk mewaspadai potensi lonjakan kasus akibat BA.4 dan BA.5.
Dalam edaran tersebut, dinas kesehatan dan rumah sakit diminta untuk menyiapkan seluruh sumber dayanya untuk memberikan suatu layanan.
“Dari hulu ke hilir sebetulnya sistem sudah terbentuk ya, jadi kita melakukan tarcing dan testing kemudian di tingkat rumah sakit dengan pengalaman yang lebih dari 2 tahun ini kita sudah mempunyai kesiapan yang lebih baik.”
“Dari sumber daya manusianya, sarana prasarana, alat medis, alat pelindung diri maupun sistemnya. Jadi mudah-mudahan kita lebih siap apabila terjadi lonjakan kasus lagi.”
Advertisement
Gejala Tak Selalu Ringan
BA.4 dan BA.5 sudah terdeteksi di Indonesia, tapi sebagian masyarakat sudah abai dan beranggapan bahwa jika pun terinfeksi maka gejalanya akan ringan.
Menurut ahli epidemiologi Dicky Budiman, anggapan ini keliru. Pasalnya, COVID-19 varian atau subvarian apapun jika dibiarkan maka dampaknya terhadap organ tubuh akan serius.
“Kalau tubuh terinfeksi secara berulang, dampaknya akan serius pada organ. Semakin ke sini, COVID-19 semakin terbukti dapat memicu dampak serius jangka panjang bukan hanya pada organ paru saja tapi juga organ yang tak diduga sebelumnya seperti otak, saraf, bahkan gangguan pertumbuhan bayi bagi ibu hamil,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara, Kamis (16/6/2022).
Artinya dampak COVID-19 tidak main-main, lanjut Dicky. Bahkan, COVID-19 pada anak-anak bisa meningkatkan risiko munculnya penyakit degeneratif di masa depan.
“Dan harus diingat bahwa kemampuan BA.4 dan BA.5 dalam mereinfeksi atau menginfeksi ulang menunjukkan bahwa membiarkan tubuh kembali terinfeksi tidak akan menyelesaikan masalah dan tidak membuat imunitas menetap.”
Tidak Boleh Main-Main
Hal yang paling aman untuk melindungi diri dari infeksi menurut Dicky adalah vaksinasi dan menjaga perilaku adaptif seperti memakai masker dan protokol lainnya.
Dicky juga memprediksi bahwa kasus-kasus kematian mendadak dan kasus stroke yang meningkat pada kelompok dewasa muda bisa saja memiliki kaitan dengan infeksi COVID-19.
“Kasus kematian mendadak dan stroke yang meningkat pada dewasa muda itu besar dugaan salah satunya terkait dengan infeksi COVID, yang pada prediksinya ke depan akan semakin banyak.”
“Jadi ini yang harus disadari bahwa prinsip mencegah infeksi COVID-19 harus tetap diutamakan daripada terinfeksi COVID-19.”
Bicara soal BA.4 dan BA.5, seharusnya masyarakat lebih tersadarkan bahwa virus ini terus bermutasi, imbuh Dicky. Mutasi lebih mungkin terjadi ketika masyarakat tidak menerapkan langkah-langkah pencegahan yang bisa meminimalisasi penularan.
“Dan ketika protokol kesehatan publik kita biarkan longgar maka virus bebas bermutasi dan semakin mengurangi efektivitas alat yang kita punyai yaitu vaksin.”
“Kita tidak boleh main-main, kita tidak boleh abai dan terus berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan termasuk berbagai negara dalam menekan kasus sampai modal imunitas global memadai.”
Advertisement