Liputan6.com, Jakarta Puluhan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mitra binaan PT Angkasa Pura II Kantor Cabang Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) diserbu ribuan warga Kota Tangerang di Area Stadion Benteng Reborn, Kamis (16/6/2022).
"Kami perkenalkan pak, ini kripik pisangnya sudah sampai ekspor ke Jepang," ujar salah seorang pelaku UMKM yang menawarkan barang dagangannya ke Arya Sinulingga, Stafsus Menteri BUMN Erick Thohir, Kamis (16/6/2022).
Advertisement
Bukan hanya pameran dengan jenis makanan saja, di bazaar tersebut terdapat produk lain, seperti olahan kopi, hasil kerajinan tangan seperti anyaman, sepatu, pakaian dan aksesoris yang merupakan produk dari 52 UMKM mitra Binaan PT Angkasa Pura II Cabang Bandara Soetta.
Booth UMKM tersebut mencuri perhatian masyarakat yang tengah menunggu dibukanya Pasar Murah yang digelar oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Stadion Benteng Reborn Kota Tangerang.
Sementara, Deputy EGM of Finance & HRD Bandara Soetta, Kenny Priani mengatakan, kegiatan baazar tersebut menjadi kesempatan baik untuk pelaku UMKM untuk memperkenalkan dan memasarkan produknya kepada masyarakat.
"Dari 59 UMKM yang ada, 52 diantaranya adalah mitra Binaan PT Angkasa Pura II cabang Bandara Soekarno-Hatta. Produk mitra binaan kita banyak ya, makanya kita pantau terus perkembangannya," kata Kenny.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pemasaran Produk
Selain menyediakan panggung untuk pemasaran produk lanjut Kenny, PT Angkasa Pura II juga mendukung UMKM mitra binaannya berupa modal usaha dan pelatihan untuk mengembangkan usaha pelaku UMKM itu sendiri.
"Yang kita lakukan untuk UMKM, salah satunya dengan memberikan modal kepada mereka untuk mengembangkan usahanya. Selain itu, kita juga membina mereka tidak hanya memberikan modal saja, membina mereka dengan promosi, pelatihan promosi, bagaimana cara melakukan packaging yang baik dan pelatihan-pelatihan lain kita berikan kepada mitra binaan kita," tutur Kenny.
Selain itu, di lokasi yang sama juga digelar vaksinasi dosis ketiga atau booster secara gratis dan terbuka untuk umum. (Pramita Tristiawati)
Advertisement
Sederet Tantangan UMKM Indonesia Go Digital
Sebelumnya, berdasarkan data rekapitulasi internal Kementerian Koperasi dan UKM, Juni 2022 tercatat jumlah pelaku UMKM terhubung dengan ekosistem digital mencapai 19 juta UMKM.
Sejalan dengan hal tersebut, Bank Indonesia memproyeksikan nilai transaksi e-commerce pada 2022 sebesar Rp526 triliun.
Dikutip dari bahan KemenkopUKM, Rabu (15/6/2022), belum ada kategori/label khusus untuk membedakan UMKM reseller/produsen pada e-commerce.
Berdasar hasil pengamatan sebagian besar profil UMKM yang menggunakan platform e-commerce untuk berjualan adalah reseller. Dimana 90 persen dari barang yang dijual di e-commerce adalah barang impor.
Saat ini beberapa media sosial yang merupakan platform digital di luar e-commerce juga sudah membuka fitur jual-beli/marketplace, dan belum teridentifikasi sebagai socio commerce, bagian dari PPMSE.
Dalam pengembangan UMKM go digital tentunya tak terlepas dari tantangan dan permasalahan, diantaranya pernah terjadi praktik crossborder ilegal terjadi di e-commerce.
Contohnya fenomena Mr. Hu sempat viral di 2021. Simulasi atas laporan ini menunjukkan dari dari 1 SKU saja negara berpotensi dirugikan lebih kurang Rp 14 miliar.
Kemudian, adanya crossborder ilegal juga berdampak terjadinya predatory pricing. Yaitu, Produk UMKM Indonesia dengan harga lebih tinggi jadi sulit bersaing karena pelaku predatory pricing cenderung memiliki kemampuan manufaktur dan modal lebih kuat.
Sebaran Barang Palsu
Permasalahan selanjutnya, maraknya sebaran barang palsu pada PPMSE juga patut diwaspadai. Laporan Review of Notorious Markets for Counterfeiting and Piracy memasukkan tiga lokapasar yang beroperasi di Indonesia (dari 42 secara global) dalam daftar pengawasan terkait penjualan atau penyediaan barang palsu & aktivitas pembajakan.
KemenkopUKM mencatat tingkat literasi digital Indonesia berdasarkan Indeks Literasi Digital tahun 2021 termasuk ke dalam kategori sedang dengan skor indeks 3,49.
Pilar Digital Culture merupakan pilar dengan skor tertinggi, sedangkan pilar Digital Safety adalah pilar paling rendah. Di sisi lain, UMKM yang adalah 99 persen pelaku usaha di Indonesia juga didominasi oleh pelaku Usaha Mikro.
Tantangan lainnya terkait akselerasi pemerataan akses internet di seluruh Indonesia sebagai fondasi ekonomi digital Indonesia. Berdasarkan data Kominfo tahun 2021 lebih kurang ada sebanyak 12.500 desa di Indonesia belum mendapatkan akses jaringan internet 4G.
Penggunaan internet masih terpusat di Pulau Jawa (43,92 persen), Sumatra(16,63 persen), Sulawesi (5,53 persen) Kalimantan (4,88 persen), Nusa Tenggara (2,71 persen), Papua (1,38 persen), Bali (1,17 persen), dan Maluku (0,81 persen).
Baca Juga
Advertisement