The Fed Naikkan Suku Bunga, IHSG Menguat 0,62 Persen

Pada penutupan perdagangan, Kamis (16/6/2022), IHSG melambung 0,62 persen ke posisi 7.050,32 setelah the Fed dongkrak suku bunga.

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Jun 2022, 15:57 WIB
Suasana pergerakan perdagangan saham perdana tahun 2018 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona hijau pada perdaganan Kamis, (16/6/2022). IHSG menguat setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) menaikkan suku bunga acuan dan investor asing melakukan aksi beli saham.

Pada penutupan perdagangan, IHSG melambung 0,62 persen ke posisi 7.050,32. Indeks LQ45 menguat 0,37 persen ke posisi 1.017,89. Seluruh indeks acuan kompak menghijau. Pada perdagangan Kamis pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.138,49 dan terendah 7.025,93.

Sebanyak 326 saham menguat sehingga angkat IHSG. 206 saham melemah dan 154 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.391.852 kali dengan volume perdagangan 28,8 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 17,7 triliun.

Investor asing membeli saham Rp 389,90 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.741.

Sebagian besar sektor saham meroket kecuali indeks sektor saham IDXtechno melemah 1,25 persen. Indeks sektor saham IDXenergy menguat 2,25 persen dan catat penguatan terbesar.

Diikuti indeks sektor saham IDXindustry menanjak 1,24 persen, indeks sektor saham IDXisklikal menguat 1,18 persen, indeks sektor saham IDXhealth dan IDXtransportasi masing-masing 1,07 persen.

Bursa saham Asia bervariasi. Indeks Hang Seng turun 2,17 persen, indeks Thailand melemah 1,45 persen, indeks Shanghai merosot 0,61 persen, indeks Singapura susut 0,23 persen dan indeks Taiwan merosot 1 persen.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Ketidakpastian Masih Bayangi Pasar Saham

Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Angka tersebut naik signifikan dibandingkan tahun 2016 yang hanya mencatat penutupan perdagangan pada level 5.296,711 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menuturkan, IHSG mampu menguat di tengah sentimen kenaikan suku bunga acuan the Fed didorong sejumlah faktor.

Pertama, konflik Ukraina-Rusia memang buruk dan memicu kenaikan harga komoditas. Kenaikan harga komoditas itu berdampak positif untuk Indonesia sebagai pengekspor komoditas.  

Kedua, Indonesia sebagai alternatif tujuan investasi di Asia Tenggara karena sebagai pengekspor komoditas. Ketiga, fundamental ekonomi Indonesia yang lebih baik dengan tingkat utang terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 40 persen. Ia menambahkan, Indonesia juga berhasil kendalikan investasi.

“Indonesia jadi perhatian tujuan investasi pelaku pasar dan investor,” kata dia.

Namun, ia prediksi penguatan IHSG hanya jangka pendek seiring pelaku pasar akan mencermati respons Bank Indonesia (BI) terhadap kenaikan suku bunga the Fed.

 


Ketidakpastian Membayangi IHSG

Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan bursa saham 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Apalagi Bank Indonesia, menurut Nico harus menjaga jarak tingkat suku bunga dengan negara lain agar dapat tetap menarik bagi investor.

"The Fed dua persen, Indonesia 3,5 persen, jarak appetite keuntungan makin kecil. Mau tak mau Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga,” kata dia.

Ia perkirakan Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) pada kuartal III 2022. Hal ini sebagai respons terhadap kebijakan the Fed yang menjadi acuan bank sentral negara lain. Namun, Nico menilai, pelaku pasar juga akan mencermati apakah langkah the Fed berhasil untuk meredam inflasi melalui kenaikan suku bunga.

“Bank Indonesia juga melihat inflasi inti. Kenaikan harga barang apakah diikuti dengan kenaikan pendapatan. Suku bunga tidak apa-apa naik asalkan juga daya beli tetap dijaga,” kata dia.

Ia mengatakan, penguatan IHSG terjadi seiring pasar apresiasi the Fed yang tegas dan berkomitmen untuk meredam inflasi. Namun, hal itu belum mampu hilangkan ketidakpastian.


Top Gainers-Losers dan Aksi Investor Asing

Pengunjung melintas dekat layar monitor pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan saham 2019 menguat 10,4 poin atau 0,16% ke 6.204. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saham-saham yang catat top gainers:

-Saham SNLK melambung 19,40 persen

-Saham FPNI melambung 16,50 persen

-Saham TRIN melambung 15,53 persen

-Saham ESTA melambung 14,85 persen

-Saham KINO melambung 12,36 persen

 

Saham-saham yang masuk top losers antara lain:

-Saham LFLO melemah 9,09 persen

-Saham KIOS melemah 6,96 persen

-Saham TIRT melemah 6,94 persen

-Saham KOBX melemah 6,92 persen

-Saham KONI melemah 6,86 persen

 

Saham-saham yang dibeli investor asing antara lain:

-Saham BMRI senilai Rp 313,6 miliar

-Saham BBCA senilai Rp 138 miliar

-Saham KLBF senilai Rp 36 miliar

-Saham CPIN senilai Rp 16,8 miliar

Saham ITMG senilai Rp 16,3 miliar

 

Saham-saham yang dijual investor asing antara lain:

-Saham BBNI senilai Rp 103,6 miliar

-Saham ANTM senilai Rp 62,2 miliar

-Saham UNTR senilai Rp 60,8 miliar

-Saham ASII senilai Rp 60,4 miliar

-Saham ARTO senilai Rp 43,3 miliar

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya