Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga paling agresif dalam hampir 30 tahun. Suku bunga The Fed naik 0,75 poin persentase di tengah perjuangan mengatasi lonjakan inflasi.
Pengamat ekonomi sekaligus Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, menjelaskan bahwa suku bunga Fed Fund Rate berada di kisaran 1,5 - 1,75 persen pada rapat FOMC bulan Juni ini. Kenaikan suku FFR tersebut mempertimbangkan kondisi di pasar tenaga kerja AS yang masih ketat serta inflasi AS yang juga masih cenderung tinggi.
Advertisement
"Meskipun demikian, Gubernur Fed Jerome Powell memberikan komentar bahwa kedepannya Fed akan mempertimbangkan perkembangan inflasi AS dalam menentukan arah suku bunga kedepannya apakah menaikkan 50 basis poin atau 75 basis poin," kata Josua kepada Liputan6.com, Kamis (16/6/2022).
Di samping itu, The Fed juga merilis proyeksi indikator ekonomi AS, dimana Fed menurunkan proyeksi pertumbuhan AS serta menaikkan proyeksi tingkat pengangguran AS dalam 3 tahun mendatang.
Setelah pernyataan Powell tersebut, dollar index, yang mengukur kinerja dolar AS terhadap mata uang utama cenderung melemah diikuti dengan penurunan yield UST.
Kendati begitu, nilai tukar rupiah pada hari ini juga diperdagangkan cenderung stabil dan yield SUN 10 tahun juga cenderung turun ke level 7,36 persen.
"Sementara terkait dengan arah suku bunga Bank Indonesia kedepannya, sesuai dengan pernyataan BI dalam RDG BI beberapa bulan terakhir dimana BI mempertimbangkan inflasi fundamental sebagai indikator utama dalam menentukan arah kebijakan moneter kedepannya," katanya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Normalisasi Suku Bunga
Meskipun inflasi umum diperkirakan akan berada di atas level 4 persen hingga akhir tahun ini, BI akan mempertimbangkan untuk menormalisasi suku bunga acuannya pada semester II 2022 ini.
Menurutnya, kenaikan inflasi hingga saat ini ini lebih dipengaruhi oleh supply side inflation sehingga inflasi fundamental belum menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Namun demikian, "BI juga perlu tetap menjangkar ekspektasi inflasi yang didorong oleh second round effect dari kenaikan supply side inflation," ujarnya.
Oleh sebab itu, hingga akhir tahun ini BI diperkirakan akan mempertimbangkan untuk menormalisasi suku bunga acuannya sebesar 50-75 basis poin dalam rangka menjangkar ekspektasi inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Advertisement
The Fed Berpotensi Kembali Naikkan Suku Bunga pada Juli 2022
Ketua Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell menuturkan, bank sentral dapat menaikkan suku bunga dengan besaran sama pada pertemuan kebijakan berikutnya pada Juli 2022. Sebelumnya the Fed dongkrak suku bunga acuan 0,75 persen pada pertemuan Juni 2022.
"Dari perspektif hari ini, kenaikan (suku bunga-red) 50 basis poin atau 75 basis poin tampaknya paling mungkin terjadi pada pertemuan kami berikutnya,” ujar Powell pada konferensi pers, dikutip dari CNBC, Kamis (16/6/2022).
Ia mengatakan, pihaknya mengantisipasi kenaikan suku bunga yang sedang berlangsung akan sesuai. "Perubahan laju itu akan terus bergantung pada data yang masuk dan prospek ekonomi yang berkembang,” ujar Powell.
Ia menambahkan, kenaikan suku bunga 75 basis poin merupakan luar biasa besar. “Saya tidak berharap pergerakan sebesar ini menjadi hal biasa,” ujar dia.
Bank sentral AS menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin menjadi 1,5 persen-1,75 persen, dan mencatat kenaikan paling agresif sejak 1994.
Powell membiarkan pintu terbuka untuk kenaikan besar lainnya sebagai kejutan positif bagi pasar karena banyak investor mendesak ketua the Fed menunjukkan komitmen dalam meredam lonjakan inflasi. Rata-rata indeks acuan di wall street menguat ke posisi tertinggi setelah pernyataan Powell.
Langkah The Fed
Bill Ackman dari Pershing Square menuturkan, awal pekan ini, the Fed telah membiarkan inflasi di luar kendali. Oleh karena itu, pasar saham dan kredit telah kehilangan kepercayaan pada the Fed.
Langkah the Fed pada Rabu pekan ini dengan inflasi berjalan pada kecepatan tercepat dalam lebih dari 40 tahun. Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengatakan dalam sebuah pernyataan kalau berkomitmen kuat untuk kembalikan inflasi ke target dua persen.
Menurut dot plot, harapan anggota FOMC, suku bunga acuan the Fed akan mencapai 3,4 persen pada akhir 2022, revisi naik 1,5 persen dari perkiraan Maret. Kemudian Komite melihat tingkat kenaikan menjadi 3,8 persen pada 2023. Persentase penuh lebih tinggi dari apa yang terlihat awal tahun ini.
“Namun, kami akan membuat keputusan dengan rapat dan kami akan terus mengkomunikasikan pemikiran kami sejelas mungkin,” ujar dia.
Advertisement