Kebijakan WFO Kembali Diberlakukan, Good Doctor Tawarkan Urus Asuransi dengan Mudah

Asuransi untuk karyawan yang kembali WFO bisa dilakukan di aplikasi Good Doctor

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 18 Jun 2022, 06:00 WIB
Sejumlah pekerja berjalan melintas pelican cross di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta, Selasa (2/11/2021). Sektor non-esensial kini boleh mempekerjakan hingga 75 persen karyawannya dari kantor. Sebelumnya, angka ini dibatasi hingga 50 persen. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Seiring dengan banyaknya perusahaan yang mulai menerapkan bekerja dari kantor atau work from office (WFO) para karyawan diimbau untuk tetap mematuhi protokol kesehatan (prokes) seperti pakai masker di ruang publik dan tempat yang ramai orang.

Sehubungan dengan semakin banyaknya karyawan yang WFO, PT Good Doctor Technology Indonesia (Good Doctor) telah menyelenggarakan serangkaian program aktivasi setiap hari selama periode Juni hingga Juli 2022 di berbagai tempat berbeda, seperti pusat perbelanjaan dan gedung perkantoran.

Managing Director PT Good Doctor Technology Indonesia, Danu Wicaksana, mengatakan dalam kegiatan tersebut tim aktivasi Good Doctor mendemonstrasikan kemudahan menghubungkan asuransi para karyawan dalam aplikasi seluler Good Doctor.

Setelah polis asuransi mereka berhasil ditautkan, karyawan perusahaan yang memiliki akses ke layanan kesehatan Good Doctor dapat menikmati berbagai manfaat seperti transaksi non-tunai untuk telekonsultasi dan pembayaran obat, promo khusus, serta akses gratis ke artikel kesehatan.

Di Indonesia, kata Danu, semakin banyak perusahaan yang ingin memasukkan telemedicine dan layanan kesehatan digital lainnya sebagai bagian dari paket tunjangan kesehatan bagi karyawan.

Danu, mengatakan, menurut perusahaan konsultan manajemen global, Kearney, di Indonesia, untuk sponsor asuransi swasta, aplikasi kesehatan membuka peluang-peluang baru --- seperti menyediakan asuransi kesehatan berkualitas menengah dan terjangkau melalui aplikasi eksklusif --- untuk polis asuransi kesehatan tertentu.

Sementara untuk sponsor perusahaan, aplikasi kesehatan sebagai solusi terlengkap untuk menjaga transparansi dalam catatan dan penggantian biaya karyawan serta menawarkan opsi perawatan kesehatan yang berkualitas lebih baik untuk meningkatkan kepuasan karyawan dan mengurangi ketidakhadiran.

 


Layanan Telemedicine Mempermudah Semuanya

Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di Tol Dalam Kota, Jakarta, Rabu (18/5/2022). Meningkatnya volume kendaraan di Ibu Kota terjadi karena sejumlah pegawai telah kembali kerja dari kantor atau work from office (WFO). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebagai salah satu platform telemedicine terbesar di Indonesia, Good Doctor memaparkan dua keuntungan besar menggunakan telemedicine, yaitu waktu tunggu pasien yang lebih singkat dan biaya yang lebih murah.

"Berobat di rumah sakit offline membutuhkan waktu empat sampai dengan lima jam dengan risiko tinggi terpapar COVID-19, menguras energi, dan membutuhkan usaha tinggi," kata Danu dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Jumat, 17 Juni 2022. 

"Sedangkan dengan layanan Good Doctor hanya membutuhkan waktu 40 s.d 45 menit karena konsultasi 24 per 7 di mana pun dan kapan pun," Danu menambahkan.

Ketika kita perlu berkonsultasi dengan dokter, kemacetan saat perjalanan ke rumah sakit, bepergian tengah malam ke rumah sakit, atau menggunakan transportasi umum untuk ke rumah sakit yang tentu saja semakin membuat tidak nyaman, tidak akan kita alami lagi.

Konsultasi secara daring mampu melindungi dokter dan pasien dari terpapar virus Corona atau virus dan penyakit menular lainnya, pengiriman obat secara instan (pasien hanya menunggu di rumah), transaksi dilakukan secara nontunai, dan rata-rata lima kali lebih murah sehingga menghemat limit rawat jalan.

 


Studi Kasus

Sejumlah pekerja berjalan menuju halte di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta, Selasa (2/11/2021). Sektor non-esensial kini boleh mempekerjakan hingga 75 persen karyawannya dari kantor. Sebelumnya, angka ini dibatasi hingga 50 persen. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Studi kasus yang dilakukan oleh PT Good Doctor Technology Indonesia sepanjang 2020 sampai dengan 2021 menunjukkan delapan gejala paling umum yang dialami oleh karyawan yang melakukan sesi telemedicine.

Dari delapan gejala itu, kata Danu, yang paling umum adalah nasofaringitis akut, faringitis akut, dan laringofaringitis akut. Tanpa layanan Good Doctor, mereka akan mengunjungi dokter secara offline dan menghabiskan manfaat rawat jalan mereka.

Berdasarkan studi kasus yang dilakukan itu, jika mereka berkunjung ke rumah sakit offline akan mengeluarkan biaya untuk dokter dan obat-obatan sekitar Rp404.805.

"Sedangkan jika mereka menggunakan jasa Good Doctor hanya mengeluarkan biaya Rp109.936. Diasumsikan manfaat rawat jalan mereka sekitar Rp2,5 juta per tahun maka mereka hanya bisa berobat ke rumah sakit offline sebanyak enam kali dalam setahun, sedangkan dengan menggunakan layanan Good Doctor, mereka dapat melakukannya sebanyak 23 kali dalam setahun," katanya.

 

 


Survei Kesehatan Lainnya

Sejumlah pekerja menunggu lampu merah pelican cross di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta, Selasa (2/11/2021). Sektor non-esensial kini boleh mempekerjakan hingga 75 persen karyawannya dari kantor. Sebelumnya, angka ini dibatasi hingga 50 persen. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebuah survei yang dilakukan oleh perusahaan konsultan sumber daya manusia dan jasa keuangan global, Mercer, terhadap lebih dari 14.000 karyawan di seluruh dunia menunjukkan bahwa salah satu tren kesehatan yang diinginkan karyawan adalah akses ke layanan kesehatan digital. Kabar baiknya adalah semakin banyak perusahaan yang mengakomodasi manfaat itu.

Perusahaan yang bekerja sama dengan Good Doctor, seperti start-up teknologi, FMCG, perbankan dan asuransi, manufaktur, dan sektor publik, memiliki tingkat aktivasi tertinggi.

Menurut Danu, dengan telemedicine, perusahaan dapat memenuhi manfaat kesehatan yang diinginkan oleh talenta mereka. Telemedicine merupakan sumber daya yang penting untuk mendukung kesehatan fisik dan mental karyawan. Kesehatan fisik dan mental merupakan modal utama bagi karyawan untuk bekerja.

Karyawan yang sehat akan dapat bekerja secara produktif. Karyawan yang produktif akan menentukan keberhasilan suatu bisnis. Sebaliknya karyawan yang sakit akan membebani perusahaan.

Sekalipun karyawan yang tidak sehat tetap masuk bekerja, kualitas pekerjaannya akan menurun atau pekerjaan itu akan membutuhkan lebih banyak orang untuk menyelesaikannya. Salah satu layanan telemedicine, yaitu telekonsultasi dapat dimanfaatkan untuk berkonsultasi masalah kesehatan hingga mengobati penyakit ringan atau sedang. Dengan layanan ini, karyawan dapat menerapkan gaya hidup sehat hingga mencegah mereka mengalami penyakit berat.

"Ketidakhadiran karyawan karena sakit akan mengurangi produktivitas perusahaan. Apalagi jika karyawan tersebut sakit parah, tentunya biaya pelayanan kesehatan yang dikeluarkan oleh perusahaan akan lebih besar," ujar Danu.

 

Infografis 9 Pertimbangan untuk WFO Saat Kasus Covid-19 Melandai. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya