Deteksi Gangguan Pencernaan dengan Endoscopic Ultrasound

EUS ini bisa menilai dan menerobos saluran pencernaan.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 19 Jun 2022, 07:00 WIB
Prof. Dr. dr. Rino Alvani Gani, Sp.PD-KGEH. Dok RS Pondok Indah

Liputan6.com, Jakarta Untuk memeriksa gangguan pencernaan, bahkan kanker saluran cerna pada tubuh ternyata bisa dilakukan dengan EUS (Endoscopic Ultrasound).

Menurut dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastroenterologi hepatologi Rino Alvani Gani, EUS merupakan perpaduan alat endoskopi dan ultrasonografi.

"Gawai USG di ujung alat endoskopi yang dimasukkan ke dalam tubuh memberikan pandangan lebih detail dan rinci pada struktur saluran cerna dan organ-organ di sekitarnya," katanya, dalam diskusi media penanganan gangguan pencernaan, ditulis Minggu (19/6/2022).

Rino menjelaskan pemeriksaan EUS dapat melihat organ tubuh seperti:

- Esofagus (kerongkongan): lubang esofagus, dinding, struktur di luar dinding esofagus

- Lambung: isi lambung, dinding lambung, struktur di luar lambung (pankreas), pembuluh darah di sekitar lambung, kantong empedu, hati, limpa, ginjal kanan dan kiri serta kelenjar adrenal.

- Usus 12 jari: dinding usus 12 jari, pankreas, saluran empedu, pembuluh darah.

"Usus itu 5 lapisan. Dengan EUS, bisa dilihat 5 lapisan itu. Bila kanker tersebut misalnya, menembus 5 lapisan tersebut, maka kanker tsb sudah masuk stadium lanjut. Kalau 1-3, bisa perawatan kanker tidak perlu operasi besar. EUS ini bisa menilai kanker tersebut hingga menerobos saluran pencernaan," ujarnya.

Rino juga mengatakan, selama ini keterbatasan utama USG biasa melalui kulit perut adalah banyaknya udara/gas yang menutupi aliran suara ultra.

"Dengan EUS, udara/gas tersebut dapat diisap terlebih dahulu sehingga struktur organ/pembuluh darah dapat lebih jelas terlihat," katanya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Efek samping EUS

Kelebihan lain EUS ini, lanjut Rino, adalah efek samping yang sangat minimal. "Efek sampingnya tidak berbeda dengan endoskopi biasa, tergantung dari apa yang dilakukan. Kalau hanya diagnostik, efek samping hanya 1: 10.000 tindakan."

"Sedangkan kalau ada tindakan teraupetik seperti penusukan ke pankreas atau jaringan lain di luar pencernaan, maka ada risiko pendarahan. Tapi risiko itu pun relatif kecil, berkisar 1-2 % sehingga jarang sekali efek samping," katanya.

 

 

 


Evaluasi EUS

Dikutip Mayoclinic, EUS digunakan untuk menemukan penyebab gejala seperti nyeri perut atau dada, untuk menentukan tingkat penyakit di saluran pencernaan dan paru-paru Anda, dan untuk mengevaluasi temuan dari tes pencitraan seperti CT scan atau MRI .

EUS dapat membantu dalam evaluasi:

- Kanker usus besar,

- kerongkongan,

- paru-paru,

- pankreas atau perut,

- Kanker ampullary dan dubur

- Limfoma

- Kerongkongan Barrett

- Tumor neuroendokrin

- Pankreatitis dan kista pankreas

- Batu saluran empedu

- Sarkoidosis


EUS dapat menilai beberapa kondisi

EUS bukan hanya dapat menilai seberapa dalam tumor menembus dinding perut Anda pada kanker esofagus, lambung, dubur, pankreas, dan paru-paru.

EUS juga, dikutip Mayo Clinic, dapat membantu menentukan luasnya (stadium) kanker, jika ada.

Selain itu, menentukan apakah kanker telah menyebar (bermetastasis) ke kelenjar getah bening atau organ lain, memberikan informasi yang tepat tentang sel kanker paru-paru non-sel kecil, untuk memandu pengobatan serta mengevaluasi temuan abnormal dari tes pencitraan, seperti kista pankreas.

EUS juga dapat menjadi panduan drainase pseudokista dan kumpulan cairan abnormal lainnya di perut.

 

(Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya