Liputan6.com, Bandung - Sebanyak 130 petugas tim Satuan Tugas (Satgas) Pemeriksa Hewan Kurban Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mulai dikerahkan ke lapangan.
Anggotanya adalah petugas gabungan dari Dinas Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung serta relawan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI). Satgas tersebut telah disebar ke 30 kecamatan di Kota Bandung.
Advertisement
Pada tahun ini, Tim Satgas Pemeriksa Hewan Kurban diterjunkan lebih awal guna mencegah penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
"Hari ini melepas tim pemeriksa hewan kurban yang biasanya rutin setiap tahun, saat ini kita lebih dini menurunkan tim pemeriksa hewan kurban karena sedang marak adanya penyakit PMK, biasanya kita bentuk di H-10 sekaligus mereka ikut mengawal untuk PMK," kata Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar, ditulis Sabtu, 18 Juni 2022.
Gin Gin mengungkapkan, Tim Satgas Pemeriksa Hewan Kurban akan melakukan pemeriksaan terhadap hewan kurban yang akan diperjualbelikan sampai hewan dipotong.
Setelah dilakukan pemeriksaan hewan yang dinyatakan sehat akan diberikan name tag (tanda kalung) sehat.
Kalung tersebut lanjutnya, akan berisi barcode yang dapat dipindai melalui aplikasi e-Selamat.
"Aplikasi ini memuat data hewan kurban yang telah diperiksa oleh Tim Pemeriksa Hewan Kurban," ujar Gin Gin.
Gin Gin mengatakan, petugas tim pemeriksa akan mengunggah beragam informasi hewan kurban ke aplikasi e-Selamat berdasarkan hasil dari pemeriksaan.
Dari barcode tersebut calon pembeli bisa mengakses informasi mengenai hewan kurban tersebut.
Cek Kesehatan Hewan Kurban Lewat Aplikas e-Selamat
Masyarakat yang ingin memastikan kesehatan dan kelayakan hewan kurban bisa menggunakan aplikasi e-Selamat.
Apabila sudah memiliki aplikasi tersebut, maka bisa digunakan dengan hanya memindai kode ‘barcode’ yang tertera pada kalung di hewan kurban.
“Jadi setiap warga bisa mengetahui informasi data hewan termasuk fotonya. Sehingga bisa dipastikan hewan tersebut betul-betul sehat," ungkap Gin Gin.
Gin Gin yakin dengan aplikasi ini seleksi hewan kurban akan semakin ketat. Sebab, satu kode ‘barcode’ hanya digunakan untuk satu ekor hewan yang sudah diperiksa.
“Karena selama ini juga ada isu bahwa kalung yang dipasangkan bisa dipindahkan ke hewan tidak sehat. Barcode ini unik hanya untuk satu identitas hewan,” sebut Gin Gin.
Gin Gin mengatakan, tahun ini pihaknya akan memeriksa lebih dari 4.000 hewan kurban.
"Pengalaman tahun lalu kita hampir 4.000 hewan yang kita periksa tidak jauh dari itu nambah sekitar 10 persen lah," tukas Gin Gin. (Arie Nugraha)
Advertisement
Kementan Siap Vaksinasi Massal
Kementerian Pertanian (Kementan) pun telah siap menghalau wabah penyakit mulut dan kuku (PMK). Salah satu langkah yang dilakukan yakni dengan menggelar pelatihan bagi fasilitator atau training of trainers (ToT).
Mereka diharapkan mampu melatih dan mengajarkan kepada para tenaga kesehatan lainnya di daerah masing-masing untuk melaksanakan vaksinasi massal di daerah yang sudah ditentukan untuk mencegah wabah PMK.
"Dalam bimtek tersebut dihadirkan pakar dari produsen vaksin yang akan digunakan di Indonesia untuk memberikan informasi tentang vaksin dan penerapannya," kata Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri dalam keterangannya, Jumat (17/6/2022).
Kementan juga akan memberikan pemahaman pada peternak mengenai mekanisme pendataan ternak yang sekaligus digunakan untuk penandaan ternak pasca vaksinasi dan sebagai pembekalan petugas vaksinasi.
Kepada peternak juga ditekankan tentang pentingnya penerapan pertahanan pertama untuk pengendalian wabah atau biosecurity sederhana pada saat vaksinasi untuk menghindari kemungkinan petugas menjadi pemicu penyebaran penyakit yang lebih luas.
"Upaya ini sebagai usaha pemerintah untuk meningkatkan skil petugas vaksinasi di lapangan," ujar dia.
Penelusuran PMK
Kuntoro juga menegaskan, Kementan bersama jajaran Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan secara cepat dan responsif sudah melakukan penelusuran sejak kasus PMK pertama kali ditemukan. Dalam hitungan hari, jajaran Kementan sudah berhasil menemukan strain dari virus PMK.
"Upaya penanganan dan pengobatan juga sudah kami lakukan pada ternak bergejala ringan hingga berat," ujar Kuntoro.
Namun, kata dia, penularan virus yang bersifat airborne dan dapat menular dengan cepat hingga radius 10 kilometer, maka penyebaran PMK sangat tinggi. Upaya lain, pemerintah melakukan pemotongan bersyarat terhadap ternak yang tertular untuk mengurangi risiko penyebaran.
Advertisement