Omicron BA.4 dan BA.5 Mengintai, Kemenkes: PTM Tetap Boleh

Pembelajaran Tatap Muka (PTM) tetap boleh meski ada Omicron BA.4 dan BA.5.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 19 Jun 2022, 20:39 WIB
Sejumlah siswa terlihat saat pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di SD Pangudi Luhur Jakarta, Rabu (25/5/2022). Pemerintah pusat menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 1 untuk wilayah aglomerasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selama dua pekan, terhitung sejak 24 Mei. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia Mohammad Syahril menyampaikan, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) tetap boleh digelar di tengah ancaman subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

Hingga saat ini, belum ada kebijakan baru terkait pelaksanaan PTM. Anak-anak masih diperkenankan mengikuti PTM dengan syarat protokol kesehatan yang ketat.

"Kalau kebijakan baru belum ada, tetap sama pada intinya PTM diperbolehkan, kita melaksanakan dengan protokol ketat," terang Syahril saat sesi diskusi Awas, Omicron Kembali Mengintai Indonesia, ditulis Minggu (19/6/2022).

Data Kemenkes per Selasa (14/6/2022), ada tiga kasus dari 20 pasien Omicron BA.4 dan BA.5 adalah anak berusia 5 hingga 12 tahun. Meski anak tersebut belum menerima vaksin COVID-19, gejala yang timbul relatif ringan.

Namun, Syahril mewanti-wanti agar pemakaian masker diperketat demi menghindari risiko paparan virus Corona. Walau aturan masker diperlonggar di luar ruangan, dalam kondisi tertentu tetap wajib dipakai. Misalnya, saat berada di tengah kerumunan.

"Anak-anak harus dilatih ditugasi bagaimana protokol kesehatan tetap dilakukan, memakai masker dalam kelas, begitu juga di luar kelas kerumunan banyak orang tetap pakai masker," pesannya.

Selain penyebaran Omicron BA.4 dan BA.5, Syahril mengimbau anak juga mewaspadai infeksi penyakit menular lainnya seperti hepatitis misterius yang hingga kini belum diketahui penyebabnya. Anak sebaiknya dibekali edukasi cara pencegahan sederet penyakit infeksi penyakit menular.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Tidak Panik Hadapi Lonjakan Kasus

Sejumlah warga berjalan di Kawasan Sudirman, Jakarta, Kamis, (17/2/2022). Provinsi DKI Jakarta disebut sudah melewati gelombang ketiga Covid-19 yang dipicu oleh penyebaran virus corona varian Omicron. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Mohammad Syahril menambahkan, munculnya subvarian Omicron baru BA.4 dan BA.5 menjadi penyebab kasus COVID-19 kembali meningkat.

"Naik turunnya kasus, termasuk nanti hospitalisasi atau mungkin juga angka kematian merupakan dinamika dari masih dalam masa pandemi," tambahnya.

Indonesia kembali mengalami tren kenaikan kasus Covid-19 pada pekan ini. Pasien terkonfirmasi positif (RT-PCR/TCM dan antigen) per Sabtu (18/6/2022) bertambah 1.264 kasus.

Syahril berpesan kepada masyarakat agar tidak terlalu panik dalam menyikapi kondisi lonjakan kasus COVID-19. Kasus yang mengalami penurunan agar tidak terlalu bereuforia.

Pemicu terjadinya lonjakan kasus adalah kemunculan varian baru COVID-19. Seperti halnya ketika dunia menghadapi varian Omicron dan Delta beberapa bulan lalu.

"Sekarang pun, kenaikan kasus yang terjadi dipengaruhi oleh munculnya varian baru Omicron BA.4 dan BA.5," terang Syahril dalam pernyataan tertulis yang diterima Health Liputan6.com.

Namun, Syahril optimis, Pemerintah mampu menekan laju lonjakan kasus. Hal ini terlihat dari positivity rate Indonesia.

Positivity rate  adalah indikator penilaian dalam pengendalian kasus COVID-19. Berdasarkan standar yang ditetapkan WHO, Indonesia dinilai masih aman karena masih berada di bawah angka 5 persen.


Tidak Separah Omicron dan Delta

Petugas PMI DKI Jakarta menyempotkan disinfektan ke sepeda bike sharing Gowes di kawasan Bundaran HI, Senin (7/2/2022). Penyemprotan disinfektan untuk sterilisasi di beberapa titik guna mencegah penyebaran varian omicron yang saat ini sedang mengalami peningkatan (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Adanya kemunculan Omicron BA.4 dan BA.5, menurut Mohammad Syahril angka hospitalisasi juga rendah.

"Standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah di bawah 5 persen. Kita sampai dengan saat ini masih 2,15 persen untuk positivity rate. Walaupun saat ini ada kenaikan kasus, angka hospitality-nya masih rendah," terang Syahril.

Sementara itu, angka kematian juga masih rendah. Hal ini menunjukan bahwa kenaikan kasus yang mungkin banyak disebabkan oleh varian baru Omicron BA.4 dan BA.5 tidak separah varian Omicron dan Delta.

"Pengendalian kita adalah bagaimana individu tidak terinfeksi. Dan kalaupun tertular, dapat melakukan isolasi mandiri. Sehingga mengurangi angka hospitalisasi, kecuali bagi yang komorbid untuk mengendalikan komorbidnya itu," tegas Syahril.


Faskes sudah Siap

Petugas PMI DKI Jakarta melakukan penyemprotan cairan disinfektan di halte bus kawasan Bundaran HI, Senin (7/2/2022). Penyemprotan disinfektan untuk sterilisasi di beberapa titik guna mencegah penyebaran COVID-19 varian omicron yang sedang mengalami peningkatan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Terkait fasilitas kesehatan, Mohammad Syahril mengaku, saat ini Pemerintah Indonesia sudah cukup siap dalam menghadapi lonjakan kasus COVID-19 varian baru Omicron BA.4 dan BA.5.

Kemenkes sudah menyiapkan surat edaran kepada seluruh dinas kesehatan, serta rumah sakit untuk mewaspadai adanya lonjakan kasus Omicron. Hal ini guna menyiapkan seluruh sumber daya dalam  memberikan layanan.

"Nah, dari hulu ke hilir sebetulnya sistem kita sudah terbentuk. Jadi, kita melakukan long tracing maupun tracing. Kemudian pihak rumah sakit dengan pengalaman 2 tahun ini, kita memiliki kesiapan yang lebih baik, mulai dari sumber daya manusia (SDM), sarana prasarana, alat medis maupun sistemnya," ungkap Syahril.

Infografis Ragam Tanggapan Omicron BA.4 dan BA.5 Terdeteksi di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya