Liputan6.com, Jakarta Setiap orang memiliki cerita tersendiri perihal pengalamannya berangkat ke Tanah Suci untuk menjalankan ibadan haji.
Begitu pun dengan Sudirman, seorang penyandang disabilitas asal Luwuk Timur, Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah, yang menggunakan uang simpanan dari hasil berjualan pulsa untuk menunaikan ibadah haji.
Advertisement
"Tidak pernah terbayang sebelumnya, apalagi langsung shalat Jumat di Masjid Nabawi," kata Sudirman seperti dikutip dari Antara.
Setelah menunggu selama 12 tahun, Sudirman yang mengumpulkan Rp20.000 per hari dari jualan pulsa akhirnya terbang dari kampung halaman dan tiba di Madinah.
"Jual pulsa, setiap ada lebih saya tabung minimal 20 ribu sehari, dikumpulin. Dibantu orang tua juga," kata bapak satu anak itu.
Ia berangkat ke Tanah Suci bersama tantenya, sedangkan sang istri belum mendapatkan panggilan untuk berhaji.
Dengan kondisinya yang terbatas karena postur tubuhnya yang kecil tidak seperti orang lain, ia merasa sangat terbantu selama beribadah di Tanah Suci, banyak yang membantu dan sudah layaknya keluarga.
Namun ia tidak mau diperlakukan seperti orang yang tidak mampu karena kondisi tubuhnya. Ia ingin diperlakukan seperti layaknya jamaah haji lain.
"Di sini semua baik, makanan enak, seperti punya keluarga baru. Sejak masuk embarkasi sampai di sini selalu dibantu tidak pernah bawa sendiri," katanya mengapresiasi layanan yang diberikan petugas haji Indonesia.
Orang tua memberikan motivasi agar Sudirman naik haji, menyempurnakan rukun Islam kelima.
"Jangan patah semangat, pasti ada jalan ke sini," katanya memotivasi untuk naik haji.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jemaah Haji kloter 1 langsung Umrah di Masjidil Haram
Jemaah haji Indonesia gelombang II yang tiba di Mekkah, langsung melakukan umrah wajib di Masjidil Haram. Jemaah haji gelombang kedua ini merupakan kloter 24 Embarkasi Jakarta - Pondok Gede (JKG 24) sebanyak 393 orang yang mendarat di Bandara Jeddah pukul 03.00 Waktu Arab Saudi (WAS).
Sebelum umrah wajib, para jemaah ditempatkan di Al Lu'luah Hotel nomor 301 yang berada di Sektor 3 Raudhah, Makkah untuk beristirahat sebelum ke Masjidil Haram. Kedatangan jemaah di Makkah lebih cepat dari jadwal yang ditentukan pukul 07.00 waktu setempat karena kloter 24 Embarkasi Jakarta Pondok Gede menikmati layanan fast track.
Jali, jemaah asal Lebak mengatakan ia tidak menunggu lama di Bandara Jeddah sejak turun dari pesawat. “Alhamdulillah, saya dan jemaah lainnya tidak menunggu lama di Bandara Jeddah, setelah diambil paspor langsung bersiap memakai ihram, naik bus untuk ke Makkah,” kata Jali, dikutip laman Kemenag.
Jemaah asal Embarkasi Jakarta Pondok Gede proses imigrasinya dilakukan di Jakarta, melalui layanan fast track. Senada disampaikan Ahmad Rodi, jemaah yang mengajar ngaji di kampungnya. “Alhamdulillah, proses di di bandara sejak turun di pesawat cepat, tidak menungu lama, setelah pakai ihram langsung ke Makkah,” kata Rodi yang menunggu haji selama 12 tahun.
Advertisement
6 Bus disiapkan untuk Umrah
Sekitar pukul 08.00 WAS, jamaah haji gelombang II langsung ke Masjidil Haram naik ke bus shalawat. Para petugas mengarahkan jemaah sebelum naik bus shalawat. "Bapak, ibu, nanti dihafalkan ya nomor, rute dan warna bus. Nanti cek di kartu yang diberikan," imbau petugas.
Sebanyak 6 bus bus shalawat disiapkan untuk mengantarkan jemaah untuk umrah wajib ke Masjidil Haram. Di sektor 3 disiapkan 16 bus dan akan ditambah seiring kedatangan jemaah haji lainnya.
Salah satu jemaah haji, Fauzi asal Banten bersyukur semua pelayanan yang diberikan memuaskan. "Dari bandara ke sini pelayanan bagus, petugas ramah-ramah semua, termasuk saat di Jeddah disambut orang Arab, jemaah dikasih bunga," katanya.
Jamaah haji gelombang II secara bertahap tiba di Tanah Suci. Kedatangan jemaah dengan layanan fast track ini juga disambut langsung oleh Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arsad Hidayat, Kepala Daerah Kerja Bandara Haryanto, dan Konjen RI di Jeddah Eko Hartono.
Dengan layanan ini, jemaah tak lagi menjalani pemeriksaan keimigrasian setiba di Arab Saudi. Pemeriksaan yang mereka lalui hanya X-Ray untuk mengecek barang bawaan di tas tentengan.
Edukasi Tempat Sejarah Nabi
Dalam bus, sambil menanti pembagian kamar hotel, jemaah diedukasi seputar keutamaan Kota Madinah.
Petugas PPIH Indonesia Sektor 3 Madinah, Muhammad Nasril, mengatakan penyampaian edukasi itu memanfaatkan waktu luang sambil menanti pembagian kamar bagi jemaah. Selain mengenai Masjid Nabawi dan keutamaan kota Madinah, ada juga petugas yang menjelaskan tentang kesehatan karena suhu di Madinah mencapai 45 derajat Celsius.
Kepada jemaah, Muhammad Nasril menjelaskan tentang keutamaan dan keistimewaan ziarah ke Kota Madinah, termasuk pemanfaatan waktu ziarah ke Masjid Nabawi, salat di sana, dan ziarah ke makam Rasulullah saw.
Petugas asal Aceh itu menambahkan, dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah saw mendoakan keberkahan untuk Madinah sebagai Kota Haram. Rasulullah menamainya dengan nama Thaibah juga Thabah (yang baik dan mulia).
Jika memungkinkan, kata Nasril, nantinya jemaah juga dianjurkan bisa mencapai Raudhah, taman Surga, tempat antara mimbar dan rumah Rasulullah. Namun saat ini pemerintah Arab Saudi mewajibkan Tasrih (Permit) bagi yang ingin ke Raudhah.
"Untuk saat ini, jadwal ke Raudhah ada perubahan dengan sebelum pandemi, harus ada Tasrih, bapak ibu tenang, alhamdulillah petugas haji Indonesia dari PPIH Arab Saudi Daker Madinah sedang mengurus Tasrih tersebut, nantinya kalau sudah selesai Tasrih akan diserahkan ke ketua Kloter atau TPIHI. Tinggal menyesuaikan dengan waktu yang telah ditetapkan," katanya.
Ia juga meminta kepada jemaah untuk menjaga kesehatan. "Selama berada di Madinah, fokus ibadah, jaga kesehatan, perbanyak minum jangan tunggu haus, menggunakan masker membawa semprot karena suhu sangat panas di sini, persiapkan fisik untuk ke Mekkah, melaksanakan ibadah haji," tuturnya.
Advertisement