Liputan6.com, Jakarta - Manajemen emiten jasa pengelola hotel dan pariwisata, PT Hotel Fitra International Tbk (FITT) meyakini sektor usaha perhotelan, gedung pertemuan dan restoran mulai menggeliat dan bangkit secara perlahan dan pasti pada 2022 di tengah tren pengendalian pandemi COVID-19.
Optimisme ini didukung dengan sejumlah indikator positif, mulai dari data Our World in Data, per Desember 2021 yang mencatat hampir 4 miliar penduduk dunia (sekitar 40 persen dari jumlah penduduk dunia berdasarkan situs resmi PBB) sudah menerima vaksin lengkap, di mana 113 jutaan di antaranya adalah penduduk Indonesia.
Advertisement
Selain itu, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) juga menyampaikan situasi pandemi saat ini cenderung menimbulkan prospek yang positif bagi industri pariwisata di Tanah Air lantaran karakteristik COVID-19 belakangan mengarah pada penyakit endemi.
Direktur Utama PT Hotel Fitra International Tbk (FITT), Joni Rizal mengatakan, pada kondisi ini, perseroan optimistis dengan arah bisnis 2022 yakni dengan terus berinovasi menciptakan strategi baru yang diselaraskan dengan tuntutan situasi.
"Hotel dan Convention Hall Fitra yang berada di Majalengka Jawa Barat akan memasuki era kebangkitan pada tahun ini dan dengan kerja keras seluruh komponen manajemen serta dukungan dari seluruh pihak yang berkepentingan, kami akan mengalami masa kejayaan pada waktunya,” ujar Joni Rizal, dalam paparan publik via Zoom di Convention Hall, Hotel Fitra Majalengka, Jawa Barat, Senin (20/6/2022).
Sementara itu, dari sisi kinerja keuangan dan operasional, perseroan sudah mulai memperlihatkan perbaikan, kendati belum sepenuhnya berbalik dari kondisi sebelum pandemi.
Direktur Operasional sekaligus merangkap Corporate Secretary Hotel Fitra International, Tomi Tris mengatakan, tingkat hunian kamar hotel dan tingkat tersewa convention hall perseroan juga naik dari waktu ke waktu.
"Selama 2020, occupancy yang didapat hanya sebesar 20-30 persen, dan beberapa klien menunda bahkan membatalkan event. Namun, sejak 2021, tingkat occupancy mulai naik, di awal tahun 2021 hanya 23,6 persen lalu anjlok menjadi 18,2 persen, dan kemudian perlahan di atas 53 persen di akhir tahun lalu,” kata dia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kinerja Keuangan
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Keuangan Hotel Fitra International, Sukino mengatakan, kinerja keuangan perusahaan mulai membaik dengan mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 37 persen pada kuartal I 2022 menjadi Rp 2,13 miliar dari periode yang sama 2021 Rp 1,56 miliar.
Rugi bersih entitas induk juga berhasil diturunkan 1,05 persen menjadi Rp 1,88 miliar dari periode yang sama tahun lalu rugi bersih Rp 1,90 miliar.
"Aset kami naik menjadi Rp 67,51 miliar di Maret 2022 dari Desember 2021, ekuitas naik menjadi Rp 39,32 miliar dari Rp 38,09 miliar, liabilitas mampu diturunkan menjadi Rp 28,19 miliar dari Rp 28,48 miliar sehingga rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio [DER] masih rendah di 0,72 kali,” kata Sukino.
Sukino menambahkan, pada 2021, FITT mencatatkan pendapatan naik 62 persen menjadi Rp 8,76 miliar dari 2020 Rp 5,40 miliar, rugi bersih juga berkurang 37 persen dari Rp 8,54 miliar menjadi Rp 5,42 miliar, sementara beban usaha turun 10 persen menjadi Rp 6,34 miliar dari Rp 7 miliar.
Advertisement
Terapkan Efisiensi
Di sisi lain, perseroan juga memperoleh persetujuan relaksasi dan restrukturisasi pinjaman dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) yakni perpanjangan jatuh tempo fasilitas kredit investasi dari April 2024 menjadi April 2025 dan April 2026 menjadi April 2027.
Bukan hanya itu, Joni Rizal mengatakan, beberapa strategi usaha pada 2022 yang akan dilakukan ialah berupaya menekan beban pokok, meningkatkan efisiensi biaya operasional, dan pada saat yang sama terus menjalankan program promo dan paket program staycation yang sudah diterapkan sejak awal terjadinya pandemi.
Saat ini perseroan memiliki dua anak usaha yaitu PT Bumi Majalengka Permai dan PT Fitra Amanah Wisata. PT Bumi Majalengka Permai mengelola Fitra Hotel.
Perseroan pun akan menerapkan efisiensi dan penghematan biaya di semua departemen melalui kebijakan yang bersifat sementara, antara lain dengan menonaktifkan video tron dan lift, pengurangan pemakaian mesin laundry yang semula sembilan menjadi lima mesin, dan menurunkan biaya, termasuk memberlakukan kebijakan Work from Home (WFH) kepada karyawan.
"Kinerja tim marketing senantiasa kami tingkatkan melalui berbagai strategi, antara lain menjalin kerja sama dengan pelanggan yang telah melakukan kerja sama sebelumnya, termasuk mencari pelanggan baru dan menjalin kerjasama dengan event organizer serta perusahaan- perusahaan agen perjalanan wisata,” pungkasnya.
Absen Tebar Dividen
Sebelumnya, PT Hotel Fitra International Tbk (FITT) absen membagikan dividen 2021 karena masih mengalami kerugian pada 2021.
"Untuk tahun ini kita belum membagikan dividen, karena walaupun kita sudah pencapaian target melampaui target. Tetapi dalam pembukuan kita masih mengalami kerugian sekitar 5 miliar-an,” kata Direktur Utama Hotel Fitra International Joni Rizal dalam paparan publik secara virtual, Senin (20/6/2022).
Direktur Keuangan Hotel Fitra, Sukino mengatakan, kinerja keuangan perusahaan mulai membaik dengan mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 37 persen pada kuartal I 2022 menjadi Rp 2,13 miliar dari periode sama 2021 Rp 1,56 miliar. Rugi bersih entitas induk juga diturunkan 1,05 persen menjadi Rp 1,88 miliar dari periode yang sama tahun lalu rugi bersih Rp 1,90 miliar.
"Aset kami naik menjadi Rp 67,51 miliar pada Maret 2022 dari Desember 2021, ekuitas naik menjadi Rp 39,32 miliar dari Rp 38,09 miliar, liabilitas mampu diturunkan menjadi Rp 28,19 miliar dari Rp 28,48 miliar sehingga rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio [DER] masih rendah di 0,72 kali,” kata Sukino.
Sukino menambahkan, pada 2021, FITT mencatatkan pendapatan naik 62 persen menjadi Rp 8,76 miliar dari 2020 Rp 5,40 miliar, rugi bersih juga berkurang 37 persen dari Rp 8,54 miliar menjadi Rp 5,42 miliar, sementara beban usaha turun 10 persen menjadi Rp 6,34 miliar dari Rp 7 miliar.
Joni menuturkan, pihaknya tidak memakai dana belanja modal sejak 2021 hingga kini. Perseroan memakai dana operasional.
"Dana yang ada kita gunakan untuk operasional, jadi untuk tahun ini dan tahun kemarin kita tidak menggunakan dana belanja modal,” ujar dia.
Advertisement