Rupiah Menguat Terbatas, Dibayangi Kenaikan Suku Bunga The Fed

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa pagi menguat dibayangi sentimen kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Jun 2022, 10:15 WIB
Petugas menghitung uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Senin (9/11/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa pagi menguat dibayangi sentimen kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve.

Rupiah bergerak menguat 10 poin atau 0,07 persen ke posisi 14.826 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.836 per dolar AS.

"Sepertinya untuk rupiah masih akan mengalami tekanan dari sentimen kenaikan suku bunga The Fed," kata analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama seperti dikutip dari Antara, Selasa (21/6/2022).

Menurut Revandra, walaupun ada peluang penguatan, tetapi rupiah kemungkinan masih sulit untuk kembali ke level awal pekan lalu.

Apalagi, bank sentral masih berencana untuk cukup agresif dalam menaikkan tingkat suku bunga.

Indeks dolar juga meskipun mengalami pelemahan, tetapi masih berada di level yang cukup tinggi.

"Tanpa adanya perubahan kebijakan moneter Indonesia, tampaknya rupiah masih akan sulit untuk mengalami penguatan signifikan," ujar Revandra.

Revandra memperkirakan Selasa (21/6) ini rupiah akan bergerak di kisaran level 14.790 per dolar AS hingga 14.880 per dolar AS.

Pada Senin (20/6), rupiah ditutup melemah 11 poin atau 0,08 persen ke posisi 14.836 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.825 per dolar AS.


Rupiah Berpotensi Loyo pada Selasa 21 Juni 2022

Teller menunjukkan mata uang rupiah di bank, Jakarta, Rabu (22/1/2020). Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penguatan nilai tukar rupiah yang belakangan terjadi terhadap dolar Amerika Serikat sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia dan mekanisme pasar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada perdagangan Senin (20/6/2022) Rupiah ditutup melemah 11 poin walaupun sempat melemah 15 poin di level Rp 14.836. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya Rupiah berada di posisi 14.824.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Selasa, 21 Juni 2022.

"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.820 hingga Rp 14.870,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Senin (20/6/2022).

Secara internal pergerakan rupiah awal pekan dipengaruhi oleh Pemerintah dan Bank Indonesia yang perlu mewaspadai dari kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS  sebesar 75 basis poin menjadi 1,5-1,75 persen minggu lalu,  yang dampaknya sudah terasa dari melemahnya mata uang rupiah. 

Dengan kenaikan suku bunga tersebut, maka arus modal asing kembali keluar di pasar surat utang karena spread antara yield SBN dan yield treasury di tenor yang sama semakin menyempit. Investor asing cenderung mengalihkan dana ke negara maju, memicu capital outflow di emerging market.

Selain itu, penyempitan likuiditas karena bank dalam posisi mengejar pertumbuhan kredit yang tinggi pasca-pandemi melandai tapi terhalang oleh kenaikan tingkat suku bunga.  

Perebutan dana antara pemerintah dan bank dalam menjaga tingkat pembiayaan defisit anggaran akan membuat dana deposan domestik berpindah ke SBN. Crowding out sangat membahayakan kondisi likuiditas di sektor keuangan.


Penyumbang Utama Inflasi

Karyawan bank menunjukkan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Senin (2/11/2020). Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin (2/11) sore ditutup melemah 0,1 persen ke level Rp14.640 per dolar AS, dari perdagangan sebelumnya yaitu Rp14.690 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kemudian masalah imported inflation naik akibat membengkaknya biaya impor bahan baku dan barang konsumsi. Situasi ini dipicu pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Berdasarkan survei Pemantauan Harga yang dilakukan Bank Indonesia (BI) pada minggu ketiga Juni 2022 menunjukkan, perkembangan inflasi sampai dengan minggu ketiga Juni 2022 diperkirakan sebesar 0,43 persen month to month (mtm)

Sedangkan penyumbang utama inflasi Juni 2022 sampai dengan minggu ketiga  yaitu cabai merah sebesar 0,14 persen (mtm), cabai rawit sebesar 0,10 persen (mtm), bawang merah sebesar 0,06 persen (mtm), telur ayam ras 0,05 persen sebesar (mtm), dan tomat sebesar 0,03 persen (mtm).

Guna untuk menanggulangi ini semua, BI akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait dan terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya