Liputan6.com, Jakarta - PT Arkora Hydro Tbk berencana mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Usai aksi tersebut, Direktur Utama PT Arkora Hydro Tbk, Aldo Artoko mengatakan perseroan mengincar peluang akuisisi sebagai bagian dari ekspansi perseroan.
“Kita mau mencoba semaksimal mungkin bisa mengembangakn potensi yang ada. Kita juga akan lebih aktif lagi mencari target-target akuisis yang bisa kita laksanakan,” kata Aldo dalam konferensi pers, Selasa (21/6/2022).
Advertisement
Aldo menerangkan, ada setidaknya dua kriteria yang ditekankan perseroan dalam melakukan akuisisi. Pertama, yakni dari sisi teknis dan kedua dari sisi ESG. Namun, yang tak kalah penting, perseroan juga mempertimbangkan faktor keekonomian.
"Kita harus make sure proyek-proyek tersebut tidak mempunyai dampak kepada biodifersity atau dampak yang buruk pada masyarakat sekitar. Dan tentunya keekonomian, menenai harga akuisisi dan sebagainya,” imbuh Aldo.
Tidak hanya itu, perseroan juga aktif mencari proyek hidro berpotensi besar di atas 25 MW. Saat ini, Arkora Hydro telah menyelesaikan pembangunan proyek mini hidro Cikopo-2 dengan total biaya USD 1,65 juta per MW. Cikopo-2 merupakan pembangkit listrik berkapasitas 7,4 MW yang dimiliki dan dioperasikan oleh Arkora Hydro.
Kemudian ada Proyek Tomasa, yakni pembangkit listrik berkapasitas 10 (2x5) MW. Proyek ini milik Arkora Hydro melalui anak usahanya, yaitu PT Akora Sulawesi Selatan. Tomasa proyek memasuki tahapan commercial operations date (COD) pada Maret 2020.
Adapun proyek Yaentu di Poso, Sulawesi Tengah saat ini sedang dalam konstruksi. Proyek Yaentu dengan kapasitas 10 (2x5) MW ini dikembangkan oleh PT Arkora Hydro Sulawesi (AHS), anak perusahaan tidak langsung milik Arkora Hydro. “Proyek ini sedang dalam pengerjaan. Hingga Maret 2022, proses pengerjaan proyek telah mencapai 50 persen. Proyek ini ditargetkan memasuki tahapan COD pada triwulan I 2023,” ungkap Aldo.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Lepas 20 Persen Saham ke Publik
Sebelumnya, PT Arkora Hydro Tbk, perusahaan bergerak di usaha pembangkitan tenaga listrik melalui sumber energi baru dan terbarukan menawarkan saham perdana sebanyak-banyaknya 579,90 juta saham dalam rangka penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO).
Mengutip laman e-ipo, Senin (20/6/2022), jumlah saham yang ditawarkan Arkora Hydro tersebut setara 20 persen dari total modal ditempatkan dan disetor setelah penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) yang merupakan saham baru dengan nilai nominal Rp 25 per saham.
Harga penawaran berkisar antara Rp 286-Rp310 per saham. Dengan demikian, total dana yang diraup dari IPO antara Rp 165,85 miliar-Rp 179,76 miliar.
Selain itu, perseroan juga telah menyetujui rencana program employee stock allocation (ESA) maksimal 10 persen dari jumlah saham yang ditawarkan dalam penawaran umum atau sebanyak-banyaknya 57,99 juta saham.
Apabila terjadi kelebihan pemesanan pada penjatahan itu, perseroan akan mengeluarkan sebanyak-banyaknya 77,32 juta saham dengan nilai nominal Rp 25. Jumlah saham tersebut 2,59 persen dari modal ditempatkan dan disetor penih setelah IPO.
Advertisement
Dana IPO
Perseroan akan memakai dana IPO antara lain sekitar 63 persen untuk penambahan penyertaan modal pada perusahaan anak.
Anak perusahaan akan memakai dana IPO itu antara lain 54 persen sebagai tambahan penyertaan modal di PT Arkora Hydro Sulawesi, 29 persen sebagai tambahan penyertaan modal di PT Arkora Energi Baru, dan 17 persen sebagai tambahan penyertaan modal di PT Arkora Tenaga Matahari.
Sisanya akan digunakan untuk melunasi sebagian pinjaman berelasi kepada ACEI Singapore Holding Private Ltd.
Untuk melakukan IPO ini, perseroan telah menunjuk penjamin pelaksana emisi efek yaitu PT Lotus Andalan Sekuritas (terafiliasi) dan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia.
Kinerja Perseroan
Adapun pemegang saham perseroan setelah IPO dan pelaksanaan ESA antara lain PT Arkora Bakti Indonesia sebesar 48 persen, ACE Singapore Holdings Private Ltd sebesar 32 persen, masyarakat 18 persen dan program ESA dua persen.
Sebelumnya, pemegang saham perseroan yaitu PT Arkora Bakti Indonesia sebesar 60 persen dan ACEI Singapore Holdings Private Ltd sebesar 40 persen.
Hingga 31 Desember 2021, berdasarkan laporan keuangan (tidak diaudit), perseroan mencatat pendapatan Rp 198,33 miliar.Pendapatan naik 280,8 persen jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 52,09 miliar. Perseroan mencatat laba bersih periode berjalan Rp 49,51 miliar pada 2021. Kondisi ini berbalik dari periode sama tahun sebelumnya rugi Rp 22,96 miliar.
Perseroan mencatat total ekuitas Rp 170,30 miliar pada 2021 jika dibandingkan 2020 sebesar Rp 120,71 miliar. Sementara itu, liabilitas perseroan naik menjadi Rp 518,71 miliar pada 2021 dari periode 2020 sebesar Rp 439,87 miliar. Perseroan mencatat aset Rp 689,02 miliar pada 2021 dari 2020 sebesar Rp 560,58 miliar.
Adapun perseroan akan membayar dividen maksimal 30 persen setelah IPO. Pembagian dividen itu mulai 2023 berdasarkan dari laba bersih 2022 dan apabila perseroan telah memiliki saldo laba positif.
Advertisement