Arkora Hydro Siapkan Belanja Modal Rp 250 Miliar pada 2022

PT Arkora Hydro Tbk menyatakan ada dua aktif belanja modal yang sedang berjalan.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 21 Jun 2022, 17:04 WIB
Aktivitas pekerja di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Arkora Hydro Tbk menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) hingga Rp 250 miliar hingga akhir tahun. Belanja modal itu utamanya dialokasikan untuk mendanai proyek perseroan di Sulawesi Tengah dan Lampung.

“Sekarang kita ada dua yang secara aktif capex-nya sedang berjalan. satu adalah proyek Yaentu di Poso, Sulawesi Tengah dan yang sekarang akan mulai konstruksi juga yang di Lampung,” ungkap Direktur Utama PT Arkora Hydro Tbk, Aldo Artoko dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (21/6/2022).

Adapun belanja modal yang disiapkan untuk proyek Yaentu berkisar antara Rp 100—120 miliar.  Perseroan sudah merealisasikannya sekitar Rp 80—100 miliar dari belanja modal.

Sementara untuk proyek di Lampung, yakni konstruksi untuk proyek PLTM Kukusan 2, belanja yang disiapkan berkisar antara Rp 45-55 miliar pada 2022.

"Kita ada juga capex untuk Arkora Tenaga Matahari yang jumlahnya sekitar 20. Jadi mungkin kalau dirangkum sekitar Rp 200-250 miliar capex untuk tahun ini,” imbuh Aldo.

Adapun belanja modal tahun ini berasal dari kas perseroan maupun pinjaman. Informasi saja, perseroan juga tengah menggalang dana di pasar modal melalui pencatatan saham perdana atau IPO.

Dalam aksi tersbeut, perseroan mengincar dana segar sekitar Rp 165,85 miliar-Rp 179,76 miliar dengan menawarkan 579,9 juta saham baru dengan harga di rentang Rp 286 sampai Rp 310 per saham. Rencananya, dana hasil IPO akan dialokasikan untuk dua keperluan.

Pertama, sekitar 63 persen digunakan untuk tambahan investasi pada anak perusahaan yang akan dimaksimalkan untuk pengembangan proyek-proyek EBT ke depannya, yaitu 54 persen di PT Arkora Hydro Sulawesi (AHS), 29 persen di PT Arkora Energi Baru dan 17 persen di PT Arkora Tenaga Matahari.  Sisanya sekitar 37 persen akan digunakan untuk pelunasan kewajiban jangka pendek perseroan.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Rencana Bisnis

Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Arkora Hydro Tbk berencana untuk mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Usai aksi tersebut, Direktur Utama PT Arkora Hydro Tbk, Aldo Artoko mengatakan perseroan mengincar peluang akuisisi sebagai bagian dari ekspansi perseroan.

"Kita mau mencoba semaksimal mungkin bisa mengembangakn potensi yang ada… Kita juga akan lebih aktif lagi mencari target-target akuisis yang bisa kita laksanakan,” kata Aldo dalam konferensi pers, Selasa (21/6/2022).

Aldo menerangkan, ada setidaknya dua kriteria yang ditekankan perseroan dalam melakukan akuisisi. Pertama, yakni dari sisi teknis dan kedua dari sisi ESG. Namun, yang tak kalah penting, perseroan juga mempertimbangkan faktor keekonomian.

“Kita harus make sure proyek-proyek tersebut tidak mempunyai dampak kepada biodifersity atau dampak yang buruk pada masyarakat sekitar. Dan tentunya keekonomian, menenai harga akuisisi dan sebagainya,” imbuh Aldo.

Tidak hanya itu, perseroan juga aktif mencari proyek hidro berpotensi besar di atas 25 MW. Saat ini, Arkora Hydro telah menyelesaikan pembangunan proyek mini hidro Cikopo-2 dengan total biaya USD 1,65 juta per MW.

 


Proyek Perseroan

Suasana pergerakan perdagangan saham perdana tahun 2018 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Cikopo-2 merupakan pembangkit listrik berkapasitas 7,4 MW yang dimiliki dan dioperasikan oleh Arkora Hydro. Kemudian ada Proyek Tomasa, yakni pembangkit listrik berkapasitas 10 (2x5) MW.

Proyek ini milik Arkora Hydro melalui anak usahanya, yaitu PT Akora Sulawesi Selatan. Tomasa proyek memasuki tahapan commercial operations date (COD) pada Maret 2020.

Adapun proyek Yaentu di Poso, Sulawesi Tengah saat ini sedang dalam konstruksi. Proyek Yaentu dengan kapasitas 10 (2x5) MW ini dikembangkan oleh PT Arkora Hydro Sulawesi (AHS), anak perusahaan tidak langsung milik Arkora Hydro. “Proyek ini sedang dalam pengerjaan.

Hingga Maret 2022, proses pengerjaan proyek telah mencapai 50 persen. Proyek ini ditargetkan memasuki tahapan COD pada triwulan I 2023,” ungkap Aldo.

 


Bersiap IPO

Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, PT Arkora Hydro Tbk, perusahaan bergerak di usaha pembangkitan tenaga listrik melalui sumber energi baru dan terbarukan menawarkan saham perdana sebanyak-banyaknya 579,90 juta saham dalam rangka penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO).

Mengutip laman e-ipo, Senin (20/6/2022), jumlah saham yang ditawarkan Arkora Hydro tersebut setara 20 persen dari total modal ditempatkan dan disetor setelah penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) yang merupakan saham baru dengan nilai nominal Rp 25 per saham.

Harga penawaran berkisar antara Rp 286-Rp310 per saham. Dengan demikian, total dana yang diraup dari IPO antara Rp 165,85 miliar-Rp 179,76 miliar.

Selain itu, perseroan juga telah menyetujui rencana program employee stock allocation (ESA) maksimal 10 persen dari jumlah saham yang ditawarkan dalam penawaran umum atau sebanyak-banyaknya 57,99 juta saham.

Apabila terjadi kelebihan pemesanan pada penjatahan itu, perseroan akan mengeluarkan sebanyak-banyaknya 77,32 juta saham dengan nilai nominal Rp 25. Jumlah saham tersebut 2,59 persen dari modal ditempatkan dan disetor penih setelah IPO.

Perseroan akan memakai dana IPO antara lain sekitar 63 persen untuk penambahan penyertaan modal pada perusahaan anak. Anak perusahaan akan memakai dana IPO itu antara lain 54 persen sebagai tambahan penyertaan modal di PT Arkora Hydro Sulawesi, 29 persen sebagai tambahan penyertaan modal di PT Arkora Energi Baru, dan 17 persen sebagai tambahan penyertaan modal di PT Arkora Tenaga Matahari.

Sisanya akan digunakan untuk melunasi sebagian pinjaman berelasi kepada ACEI Singapore Holding Private Ltd.

Untuk melakukan IPO ini, perseroan telah menunjuk penjamin pelaksana emisi efek yaitu PT Lotus Andalan Sekuritas (terafiliasi) dan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya