Dunia Akui Leadership Indonesia di Indo-Pasifik hingga Dukungan Presidensi G20

Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan bahwa isu mengenai Indo-Pasifik terus menjadi perhatian termasuk bagi negara-negara Uni Eropa.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 22 Jun 2022, 16:02 WIB
Menlu Retno Marsudi dalam Press Briefing online. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan bahwa isu mengenai Indo-Pasifik terus menjadi perhatian termasuk bagi negara-negara Uni Eropa. Di dalam setiap pembahasan mengenai kerja sama Indo-Pasifik, Indonesia selalu diundang untuk berbicara.

"Di Paris Februari 2022, saya diundang sebagai pembicara utama. Di Doha Maret 2022, saya juga diundang sebagai pembicara utama.Di Praha, baru minggu lalu, saya diundang sebagai pembicara utama," ujar Menlu Retno dalam Press Briefing online pada Rabu (22/6/2022), terkait rekap kunjungan ke Eropa dan India.

"Dan di Delhi Dialogue minggu lalu juga, saya juga diundang sebagai salahsatu pembicara. Undangan-undangan ini tentunya tidak terlepas dari refleksi pengakuan dunia terhadap leadership Indonesia di dalam pengembangan isu kerjasama Indo-Pasifik setelah Indonesia menginisiasi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific,"  imbuhnya.

Menurut Menlu Retno, posisi Indonesia konsisten bahwa:

• Kerjasama indo-pasifik harus inklusif.

• Kerjasama indo-pasifik harus dilakukan secara sinergis mengingat adanya sejumlah konsep.

• Kerjasama indo-pasifik harus diarahkan pada kerjasama konkret dan mendorong sinergi dengan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific.

• Budaya damai harus terus dikedepankan di Indo-Pasifik.

Dalam pertemuan-pertemuan tersebut, Menlu Retno juga mengatakan selalu menggunakanny untuk membahas isu yang terus dibahas dalam presidensi Indonesia termasuk rencana pertemuan para Menlu G20 yang akan diselenggarakan di Bali tanggal 7-8 Juli 2022.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Dukungan Atas Presidensi G20 Indonesia

Menlu Retno Marsudi dalam Press Briefing online. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)

Dunia memang sedang menghadapi situasi yang sangat sulit saat ini.

"Situasi ini justru mendorong presidensi Indonesia untuk lebih aktif dalam menjadikan G20 sebagai katalis bagi pemulihan ekonomi global. Komunikasi intensif terus dilakukan di semua layers," ucap Menlu Retno lagi.

Baru-baru ini, Presiden Jokowi juga melakukan pembicaraan per telepon antara lain dengan Sekjen PBB dengan Kanselir Jerman, PM Pakistan dan juga dengan Presiden Turki.

"Saya sendiri terus melakukan komunikasi secara intensif dengan para Menlu G20 dan menlu-menlu lain dari negara lainnya. Alhamdulillah di tengah situasi yang sangat rumit dan sulit ini, dukungan terhadap presidensi Indonesia di G20 masih sangat kuat dan diskusi terkait substansi di semua WG sampai saat ini masih berjalan dengan baik."

"Sehingga dapat saya sampaikan bahwa Everything is on the right track," jelas dia.

Menlu Retno menjelaskan bahwa di tengah situasi yang sangat sulit dan kompleks ini, Indonesia memilih untuk tidak menggunakan megaphone diplomacy agar tujuan besar yang bermanfaat di dunia dapat terwujud.


Isu Ukraina dan Krisis yang Terpicu

Menlu Retno Marsudi dalam Press Briefing online. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)

Di dalam pertemuan-pertemuan dengan para menlu asing, Menlu Retno mengungkap bahwa isu perang di Ukraina selalu dibahas.

"Saya ingin menyampaikan bahwa situasi masih sangat kompleks saat ini," ungkapnya.

"Perang yang berkelanjutan tentunya akan memberikan dampak bagi kemanusiaan termasuk munculnya krisis pangan, energi dan keuangan. Tiga krisis ini yang harus segera ditangani oleh negara dunia agar krisis tidak terus memburuk," jelas Menlu Retno.

Memburuknya krisis pangan, energi dan keuangan, sambung Menlu Retno, dapat dipastikan akan sangat berdampak bagi negara berkembang dan negara dengan pendapatan rendah.

Dalam laporan pertama yang diterbitkan 13 April 2022 dari Global Crisis Response Group yang dibentuk oleh Sekjen PBB, didapati fakta bahwa masing-masing negara, Ukraina dan Rusia memiliki keunggulan dalam suplai sejumlah komoditi ke banyak negara.

Berikut ini di antaranya:

Ukraina dan Federasi Rusia termasuk di antara lumbung roti dunia. Mereka menyediakan 30% gandum dan jelai dunia, seperlima dari jagungnya, lebih dari setengah minyak bunga matahari

Rusia adalah pengekspor gas alam teratas; dan pengekspor minyak terbesar keduaImbas perang antara Rusia versus Ukraina, kenaikan harga pangan dirasakan oleh hampir seluruh dunia.

Berdasarkan catatan FAO, index pangan global meningkat hingga16,08% pada Mei 2022 dibandingkan Januari 2022 sebelum perang terjadi. Kenaikan ini dipicu oleh naiknya harga komoditas pangan dunia dibandingkan angka bulan Januari 2022, seperti:

• Daging (8,83%);

• Produk susu (>6,7%);

• Sereal (18.28%);

• Minyak Nabati (>23%);

• Gula (>6%).

Khusus produk Gandum, terjadi lonjakan sekitar 23%.

Adapun pupuk global menurut World Bank, harganya meningkat hingga 30% sejak awal tahun 2022.


Perbandingan Kenaikan Harga Komoditas di Indonesia

Ilustrasi mimpi beli beras/credit: Freepik.com

Berdasarkan data beberapa harga pangan dan energi yang dikumpulkan Perwakilan Indonesia di sekitar 79 negara, Menlu Retno mengatakan bahwa terjadi kenaikan hampir di seluruh negara.

Kalau ditilik dari harga komoditas seperti bensin, minyak goreng, beras, dan gula, harga di Indonesia masih termasuk rendah atau menengah.

Dari rata-rata harga bensin di 79 negara (USD 1,41/liter), Indonesia termasuk urutan ke-12 terendah yaitu (USD 0,84/liter). Harga ini juga lebih rendah dari rata-rata harga bensin di ASEAN (USD 1,25/liter).

Harga beras di Indonesia (USD 0,74/kg) juga lebih rendah dari rata-rata di 79 negara (USD 1,75/kg). Indonesia urutan ke-14 dari yang paling rendah. Harga di Indonesia juga lebih rendah dari rata-rata di ASEAN (USD 0,93/kg).

Untuk minyak goreng, harga minyak goreng di Indonesia (USD 1,62/liter), urutan ke-8 terendah dari harga rata-rata di 58 negara yang diteliti (USD2,63/liter). Harga ini juga lebih rendah dari rata-rata di ASEAN (USD1,93/liter).

Demikian juga dengan gula. Harga gula di Indonesia (USD 0,99/kg) lebih rendah dari rata-rata di 79 negara yang diteliti (USD 1,28/kg).

"Jadi sekali lagi, semua data yang saya sampaikan adalah untuk menunjukkan semua negara terdampak. Kenaikan harga terjadi di semua negara, dan kita dari waktu ke waktu terus memantau kenaikan harga di negara-negara di mana kita memiliki perwakilan," pungkas Menlu Retno.

Infografis Harga Pangan Meroket (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya