Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah miliarder membeberkan prediksi mereka tentang resesi yang diramal akan menimpa ekonomi Amerika Serikat sebelum akhir tahun.
Prediksi miliarder ini memperluas peringatan dari lembaga keuangan dan CEO ketika Federal Reserve bergerak untuk mengatasi inflasi tinggi dengan kenaikan suku bunga yang lebih curam dari perkiraan.
Advertisement
Elon Musk menjadi salah satu miliarder ternama yang mengungkapkan kekhawatirannya akan risiko resesi di AS.
Dilansir dari Forbes, Rabu (22/6/2022) saat berbicara di Qatar Economic Forum, Musk mengatakan pendapatnya terkait dengan resesi ekonomi.
"Resesi tak terhindarkan di beberapa titik," ungkap dia.
Pernyataan itu pun senada dengan yang telah diucapkan Presiden AS Joe Biden dalam wawancara dengan kantor berita Associated Press.
Sebelumnya, dalam email internal kepada para eksekutif Tesla, orang terkaya di dunia itu telah mengungkapkan dirinya memiliki
"Perasaan yang sangat buruk" tentang ekonomi AS, ketika mengisyaratkan akan adanya PHK di perusahaan kendaraan listrik tersebut.
Pada Mei 2022, pendiri Microsoft Bill Gates juga berbagi sentimen serupa dalam sebuah wawancara dengan jurnalis CNN Fareed Zakaria.
Dalam wawancara itu, Gates menyebut dunia sedang menuju perlambatan ekonomi dalam 'waktu dekat' di tengah dampak pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina.
Adapun CEO JP Morgan Jamie Dimon yang memperingatkan 'badai' ekonomi yang dipicu oleh konflik di Ukraina dan inflasi yang tinggi dan mengatakan banknya sedang mempersiapkan hasil yang buruk dari kedua krisis tersebut awal bulan ini.
Kemudian pendiri dan CEO Citadel Ken Griffin, bulan lalu memperingatkan bahwa "jika tingkat inflasi tetap di sekitar 8,5 persen seperti saat ini, The Fed perlu mengerem dengan cukup keras agar tidak mendorong ekonomi ke dalam resesi".
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Prediksi Terbaru Bank Ternama Dunia Soal Resesi AS
Selain miliarder, beberapa lembaga keuangan besar dan pemimpin bisnis juga telah memperingatkan risiko resesi AS baik pada akhir tahun ini atau sekitar tahun depan.
Pada Selasa kemarin (21/6) Goldman Sachs memperbarui perkiraannya kemungkinan resesi menjadi 30 persen selama 12 bulan ke depan—naik dari 15 persen di bulan April.
Sehari sebelumnya, bank investasi Jepang Nomura memperingatkan bahwa resesi ringan di AS sekitar akhir 2022 sekarang lebih "mungkin" terjadi.
Deutsche Bank, bank pertama yang memproyeksikan resesi AS akan datang pada akhir 2023 — merevisi perkiraannya yang menyatakan bahwa sekarang mereka memperikirakan AS bisa melihat resesi yang lebih awal dan agak lebih parah.
Bank investasi asal Jerman itu sekarang memprediksi kontraksi 3,1 persen dari PDB AS pada kuartal ketiga 2023.
Adapun catatan baru-baru ini dari kepala ekonom di Moody's Analytics yang memperingatkan risiko resesi AS "sangat tinggi" dan "meningkat."
Advertisement
Kata Joe Biden soal Ramalan Resesi AS
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengakui adanya ancaman resesi, dengan luasnya dampak pandemi Covid-19 ditambah dengan kenaikan harga yang telah mendorong inflasi ke angka tertinggi.
Hal itu ia sampaikan dalam wawancara khusus selama 30 menit di Oval Office dengan kantor berita Associated Press.
"Masyarakat benar-benar terpuruk. Kebutuhan akan kesehatan mental di Amerika telah meroket. Tetapi sebagian besar adalah konsekuensi dari apa yang terjadi, sebagai konsekuensi dari, krisis Covid-19," ungkap Joe Biden, dikutip dari Associated Press, Senin (20/6/2022).
Joe Biden pun menanggapi peringatan para ekonom bahwa AS tengah berada dalam risiko menuju resesi.
"Pertama-tama, itu (resesi) tidak bisa dihindari," katanya.
"Kedua, kita berada dalam posisi yang lebih kuat daripada negara mana pun di dunia untuk mengatasi inflasi ini," lanjut Joe Biden.
Joe Biden mengatakan, dirinya melihat alasan untuk tetap optimis dengan tingkat pengangguran AS yang hanya 3,6 persen.
Sementara itu, survei yang dilakukan Associated Press-NORC Center for Public Research pada Mei 2022 mengungkapkan bahwa hanya sekitar 2 dari 10 orang dewasa di AS yang mengatakan bahwa ekonomi negara itu dalam kondisi ekonomi yang baik.
Presiden ke-46 AS itu mengatakan dia ingin memberi rakyatnya lebih banyak semangat dan terus sabar.
“Percaya diri. Karena saya yakin kita berada di posisi yang lebih baik daripada negara mana pun di dunia untuk menguasai kuartal kedua abad ke-21," ujar Joe Biden.