Kisah Si Puan Palembang Bangkit dari Dunia Kelam

Lian, mantan LGBT di Palembang yang akhirnya bisa bangkit dari dunia kelam yang dijalaninya selama ini di Palembang dan Jakarta.

oleh Nefri Inge diperbarui 10 Sep 2022, 09:03 WIB
Ilustrasi Perempuan Muslim Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Palembang - Bunyi bel istirahat sekolah, waktu yang dinanti-nanti para pelajar di sekolah, untuk bermain dan berkumpul bersama teman-teman dengan canda tawa.

Mengobrol tentang rencana kuliah di mana, atau jurusan apa yang akan diambil selepas tamat sekolah, menggelora di hati para pelajar putih abu-abu di tingkat akhir.

Namun hal itu tidak dirasakan Lian, nama samaran bagi perempuan 21 tahun di Palembang Sumatera Selatan (Sumsel). Dia tak bisa merasakan masa muda yang indah, layaknya Anak Baru Gede (ABG) saat duduk di bangku sekolah.

Di usia belasan tahun, si puan Palembang ini harus merasakan getirnya hidup karena pergaulan bebas yang dia jalani. Momen kebersamaan teman-teman sebayanya pun, hanya ada di angan-angannya saja.

Kehidupannya berubah seketika, semasa akan mempersiapkan diri mengikuti ujian kenaikan kelas 3 di SMA negeri di Palembang. Lian harus mengundurkan diri dari sekolahnya, karena kondisi tubuhnya yang sudah berbadan dua.

Tak ingin hanya berijazah SMP saja, Lian akhirnya menjalani home schooling dengan usia kehamilannya yang sudah membesar. Saat itu, dia hijrah ke Jakarta, tinggal bersama keluarganya di sana.

“Ketika itu usiaku baru 15 tahun, kondisi mentalku nge-drop karena hamil di luar nikah. Bahkan saat aku hamil, pacarku menikahi wanita lain yang juga mengandung anaknya. Dengan berbesar hati, aku datang ke pernikahannya di Jakarta,” ucapnya kepada Liputan6.com, Rabu (22/6/2022).

Sisi kelam kehidupannya bermula dari sini. Ketidakpercayaannya terhadap pria, membuat dia menjalani hubungan dengan lawan jenis hanya dilandasi ‘having fun and sex’ saja. Dia sengaja memilih pria-pria ‘nakal’, untuk dipacarinya demi membalaskan dendamnya akan masa lalu yang suram.

Selama tinggal di Jakarta, dia menjalani usaha ayahnya yang menggeluti bisnis investasi dan kedai kopi. Bahkan, dia menjadi barista di kedai kopi milik keluarganya.

Di tahun 2019, dia memilih kembali ke Palembang karena rindu dengan kedua orang tuanya. Namun lembaran ‘hitam’ kembali mewarnai kehidupannya di tanah kelahirannya. Kekecewaannya yang mendalam terhadap pria, membuatnya masuk ke pergaulan bebas sesama jenis.

“Aku berkenalan dengan perempuan lesbi di salah satu aplikasi chatting. Komunikasi kami semakin intens dan di bulan September 2019, saya menjalin hubungan dengannya,” ujarnya.

Winda mengobati rasa haus kasih sayang yang dia alami selama ini. Kekasihnya yang berperawakan seperti laki-laki, yang sering disebut kaum LGBT sebagai buci. Winda memberikan perhatian, rasa nyaman, ketulusan dan janji-janji manis yang membuainya.

Beberapa bulan menjalin kasih dan hidup bersama di kamar kos, Lian baru tahu jika Winda adalah pengguna narkoba jenis sabu. Sifat Winda yang overprotective, menarik paksa Lian dari lingkungan barunya, dari teman-temannya dan pekerjaannya sebagai marketing kopi yang saat itu sedang bersinar dan dari keluarganya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Berbisnis Narkoba

Ilustrasi Narkoba (RenoBeranger/ Pixabay)

Winda juga kerap memanfaatkan Lian, untuk kebutuhan bisnis jasa yang dia bangun. Lian menjadi ladang uangnya, untuk modal usaha, konsumsi narkoba, gaya hidup dan kebutuhan sehari-hari.

“Untuk mengimbanginya, aku terpaksa menggunakan sabu juga, sampai akhirnya aku ketagihan barang haram itu. Bersama Winda, aku harus fokus mengurusnya, mencari uang untuk kebutuhannya dan entah kenapa aku menurut saja apa yang dia mau,” ujarnya.

Di awal 2020, sifat buruk Winda lainnya kian terkuak. Winda kerap melakukan kekerasan fisik ke Lian. Entah sudah berpuluh kali, tubuh Lian memar di mana-mana saat Winda terbakar emosi.

Lian juga dipaksa Winda, untuk terjun langsung sebagai pemasok narkoba, dengan cara berinvestasi dana segar ke bandar narkoba di salah satu daerah di Palembang. Karena takut dianiaya lagi, Lian akhirnya mengikuti permintaan Winda.

Uang tabungannya dipakai memodali bandar narkoba, untuk membeli paket sabu dengan jumlah banyak. Bahkan dia pernah mengucurkan dana hingga Rp 20 juta, yang dalam waktu kurang dari 2 minggu, dia bisa mengantongi untung hingga Rp 5 juta.

“Namun modal dan keuntungannya habis begitu saja oleh Winda. Aku tak tahu, digunakannya untuk apa. Sampai semua tabunganku habis terkuras dan tidak bisa lagi menyuplai bandar narkoba. Winda lagi-lagi menganiayaku,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Dana yang sudah habis, kehidupan yang morat-marit, membuat Winda lagi-lagi melampiaskan kekesalannya dengan Lian. Tendangan hingga pukulan dari tangan besarnya, kerap bersarang di tubuh Lian.


Sugar Daddy

Ilustrasi Foto LGBT atau GLBT (Lesbian Gay Biseksual dan Transgender). (iStockphoto)

Tak ada lagi rasa percaya dan kasih di diri Lian. Hanya tersisa rasa takut yang menggelayuti pikirannya. Dia juga tak berani mengungkapkan semuanya ke orang tuanya, karena tak ingin membebani keluarganya dengan kisah-kisahnya yang suram.

Lian melampiaskan perasaannya yang kalut dengan menyakiti diri sendiri. Dia menggores lengannya hingga berdarah-darah. Dalam benaknya, cukup tubuhnya saja yang sakit, yang bisa mengalihkan rasa sakit hatinya.

Karena perasaan takut dan tertekan yang begitu dalam, Lian didiagnosa mengidap Anxienty Disorder dan Bipolar, ketika dipaksa orang tuanya berobat ke Jakarta.

Namun entah kenapa, dia tak bisa melepaskan Winda yang sudah merusak mentalnya begitu dalam. Apalagi, Winda begitu ketergantungan dengan Lian, dalam hal apapun.

“Aku akhirnya bergabung dengan salah satu partai dan bertemu dengan Sugar Daddy di sana. Selama tiga bulan, aku menjadi simpanan salah satu petinggi partai di Sumsel, dengan menandatangani perjanjian di atas materai,” ungkapnya.

Hidup bergelimang harta, menginap di hotel berbintang di mana saja, hingga dia pun bisa membeli mobil mercy keluaran terbaru di Jakarta. Namun selama tiga bulan itu, dia juga tetap menghidupi Winda, yang hanya menghabiskan uangnya untuk pesta narkoba di Palembang.

Tiga bulan berlalu. Lian pun berpindah ke Sugar Daddy lainnya dari partai berbeda di Jakarta. Pria beristri tersebut, mampu memberikannya harta yang lebih menggiurkan dari Sugar Daddy sebelumnya.


Belajar Agama Lain

Tim Liputan6.com saat mewawancarai Lian (jilbab hitam), mantan LGBT yang mengisahkan kisah kelam yang dia jalani (Liputan6.com / Nefri Inge)

“Aku bahkan bisa mendapatkan apartement mewah di Jakarta, yang dicicil selama 1 tahun. Angsuran per bulannya saja bisa milaran rupiah. Dia juga membiayai pengobatanku yang sangat mahal. Konsultasi ke dokter bisa Rp 2 juta per minggu, biaya obatnya juga Rp 8 jutaan dan harus rutin dibeli,” ujarnya.

Sama seperti Sugar Daddy sebelumnya, Lian juga menandatangani surat perjanjian dengan kontrak bermaterai selama enam bulan. Perjanjian tersebut berisi kesepakatan, jika Lian dan Sugar Daddy-nya tak akan membocorkan identitas masing-masing, apa pun yang terjadi.

Hingga di bulan kelima, kontraknya harus terhenti karena Sugar Daddy kesayangannya mengalami masalah berat. Dia pun menarik diri dan menghilang dari kehidupan Sugar Daddy.

Kendati hidup dengan kemewahan, namun mentalnya begitu tertekan. Tubuhnya yang dulu berisi, menyusut hingga berat badannya 45 Kg, wajah yang muram dan kulit yang lusuh. Lian pun sempat menyalahkan Tuhan, dengan jalan hidup yang menurutnya tak adil baginya.

“Aku pernah belajar agama lain, mendatangi salah satu gereja terbesar di Jakarta dengan menanggalkan jilbabku. Di sana, aku merasakan kedamaian, semua terasa tenang dan ingin rasanya berpindah agama,” katanya.

Dia pun kembali ke Palembang lagi, dengan keyakinan barunya yang semakin kuat akan digenggamnya. Lian terjerumus kembali ke bisnis narkoba, dengan kendali Winda yang begitu kuat dan kekerasan fisik yang bertubi-tubi dialaminya lagi.

Di tengah keputusasaannya, Lian disergap kenanganan manis bersama kedua orang tuanya. Sebagai anak tunggal, dia rindu akan kasih sayang ayah ibunya yang begitu tulus.


Jalan Pertobatan

Tim Liputan6.com saat mewawancarai Lian (jilbab hitam), mantan LGBT yang mengisahkan kisah kelam yang dia jalani (Liputan6.com / Nefri Inge)

Rumahlah yang menjadi penyembuhnya kala itu. Dia mencurahkan semua yang dialaminya, menangis lepas di dekapan ibundanya dan merasakan lagi kehangatan keluarga yang sudah bertahun-tahun hilang dari hidupnya.

“Orang tuaku akhirnya tahu aku menjalin hubungan dengan sesama jenis dan akan pindah agama. Mereka menyerahkan semua keputusan kepadaku, tapi mereka tak ingin aku berlarut-larut hidup dalam dunia hitam,” ucapnya begitu menggebu-gebu.

Di puncak lelahnya, Lian berani meninggalkan Winda dan semua yang dijalani bersama kekasih wanitanya itu. Lian menguatkan diri untuk memulai hidup baru. Dia pun bertemu dengan seorang pria, yang menerimanya apa adanya.

Kini, Winda tak bisa lagi masuk ke kehidupannya. Lian mengancam akan membongkar semua kasus kriminalnya, jika Winda kembali menghantui jalan yang dia pilih.

Bersama pria yang di sampingnya, Lian berusaha menata kehidupannya. Dia kembali bersujud di sajadah, menegadahkan tangan meminta ampun ke Allah SWT dan meninggalkan narkoba yang sempat membelenggunya.

“Pacarku sekarang juga menghentikan langkahku, saat aku akan mengikuti pembaptisan. Dia terus mengingatkanku akan Tuhan yang selalu ada buatku, dan aku percaya itu. Mungkin tanpa bantuan Allah SWT, aku sudah berpindah agama dan terus menjalani dunia hitamku sampai sekarang,” katanya.

Kini, senyum bahagia tergambar jelas di wajah manisnya. Dia tak lagi merasakan sakit, takut dan tertekan seperti sebelumnya. Lian juga terbebas dari pengaruh narkoba dan hubungan yang tak sehat. Bahkan kini, Lian menjadi motivator bagi pasien-pasien mental illness di Palembang.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya