Harga Minyak Dunia Anjlok 3 Persen ke Level Terendah Dalam Sebulan

Harga minyak mentah berjangka Brent turun USD 2,91 atau 2,5 persen menjadi USD 111,74 per barel.

oleh Arief Rahman H diperbarui 23 Jun 2022, 07:30 WIB
Ilustrasi harga minyak. Harga minyak mentah berjangka Brent turun USD 2,91 atau 2,5 persen menjadi USD 111,74 per barel.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak jatuh sekitar 3 persen pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta). Anjloknya harga minyak dunia karena investor khawatir bahwa kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) yang dapat mendorong ekonomi AS ke dalam resesi sehingga mengurangi permintaan bahan bakar minyak (BBM).

Dikutip dari CNBC, Kamis (23/6/2022), harga minyak mentah berjangka Brent turun USD 2,91 atau 2,5 persen menjadi USD 111,74 per barel. Harga minyak patokan dunia ini mencapai sesi terendah di USD 107,03, terendah sejak 19 Mei 2022.

Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 3,33 atau 3 persen menjadi USD 106,19 per barel. Sesi terendah adalah USD 101,53, terendah sejak 11 Mei.

Investor menilai pada hari Rabu bagaimana kenaikan suku bunga yang dirancang untuk mendinginkan inflasi yang melonjak dapat menghambat pemulihan ekonomi.

Harga minyak memangkas kerugian, selama sesi perdagangan setelah Ketua Fed Jerome Powell menjanjikan fokus menyeluruh untuk menurunkan inflasi dan menegaskan kembali bahwa kenaikan suku bunga kebijakan bank sentral akan sesuai, dengan kecepatan tergantung pada prospek ekonomi.

“Powell tampaknya mengubah suasana pasar dengan tampak yakin tentang ekonomi AS,” kata Phil Flynn, Analis di Price Futures. 

“Kata-katanya telah menenangkan pasar dan menurunkan harga minyak untuk jangka pendek," lanjut dia.

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden meminta Kongres untuk meloloskan penangguhan tiga bulan pajak bensin federal untuk membantu memerangi gejolak harga pompa dan memberikan bantuan sementara bagi keluarga di AS saat musim panas ini.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Permintaan Bahan Bakar

Penguatan dolar dan produksi minyak Rusia serta ekspor Irak tinggi membuat harga minyak dunia merosot 5 persen.

Sementara harga pompa yang lebih rendah sebenarnya dapat meningkatkan permintaan bahan bakar dan mendukung harga minyak mentah, analis PVM Stephen Brennock mengatakan para pedagang dapat khawatir bahwa pemerintahan Biden mungkin mengambil tindakan lebih lanjut untuk mendinginkan harga energi yang tinggi.

Anggota parlemen dari kedua partai besar telah menyatakan penolakannya untuk menangguhkan pajak bensin federal.

Gedung Putih meminta kepala eksekutif tujuh perusahaan minyak untuk pertemuan pada hari Kamis untuk membahas cara-cara untuk meningkatkan kapasitas produksi dan mengurangi harga bensin sekitar USD 5 per galon.

Biden secara terbuka mengkritik Big Oil karena menyimpan keuntungan besar tetapi dia jarang berbicara langsung dengan kepala perusahaan energi atau perwakilan mereka, menurut catatan Gedung Putih dan wawancara dengan sumber-sumber industri.

 


Kritik Industri Minyak

Ilustrasi harga minyak

CEO Chevron Michael Wirth mengatakan mengkritik industri minyak bukanlah cara untuk menurunkan harga bahan bakar dan pemerintah harus mengubah pendekatannya. 

Biden menjawab bahwa dia tidak menyadari bahwa para eksekutif minyak bisa membuat perasaan mereka 'terluka' semudah itu.

Kapasitas penyulingan minyak AS turun pada 2021 untuk tahun kedua berturut-turut, data pemerintah menunjukkan, karena penutupan pabrik terus mengurangi kemampuan mereka untuk memproduksi bensin dan solar.

Sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan, persediaan minyak mentah dan bensin AS kemungkinan turun minggu lalu. Data minyak mingguan tertunda oleh hari libur umum Senin, dengan data industri akan dirilis pada Rabu pukul 16:30 (2030 GMT) dan data pemerintah dijadwalkan Kamis pukul 11 ​​pagi.

Dana senilai USD 2,4 triliun yang akan diinvestasikan secara global di sektor energi tahun ini mencakup rekor pengeluaran untuk energi terbarukan, tetapi tidak mampu menutup kesenjangan pasokan dan mengatasi perubahan iklim, kata Badan Energi Internasional. 

Di tengah kebutuhan energi nasional yang terus meningkat, menemukan minyak dan gas bumi (migas) menjadi semakin sulit

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya