Liputan6.com, Bueons Aires - Delapan personel medis yang merawat pemain sepak bola legendaris Diego Maradona akan dibawa ke meja hijau. Personel itu termasuk dokter, psikolog, psikiater, dan perawat.
Mereka semua diduga bertanggung jawab atas kematian Maradona pada 2020 lalu. Atlet legendaris itu meninggal pada November 2020 karena serangan jantung, usianya 60 tahun.
Baca Juga
Advertisement
Dilaporkan BBC, Kamis (23/6/2022), mereka semua akan disidang atas dugaan homisida (menyebabkan kematian manusia) karena lalai sehingga terjadi kematian.
Hakim berkata para panel medis telah meneukan adanya "defisiensi dan hal yang tidak reguler" dalam perawatan Maradona. Tahun lalu, panel yang terdiri atas 20 ahli berkata bahwa tim medis Maradona bekerja dengan "tidak patut, defisien, dan teledor".
Panel juga menyimpulkan bahwa Maradona bisa memiliki peluang selamat yang lebih baik dengan perawatan yang mumpuni di fasilitas medis.
Ancaman penjara bisa mencapai 25 tahun. Namun, hakim belum menentukan tanggal pengadilan.
Dokter Sempat Menangis
Mario Baudry, pengacara dari salah satu putra Maradona, berkata kepada Reuters bahwa situasi Maradona tidak berdaya ketika kematian. Ia pun meyakini ada homisida yang terjadi.
Kasus pidana yang sedang bergulir ini berasal dari komplain dua anak perempuan Maradona. Mereka khawatir terkait kondisi perawatan ayah mereka setelah operasi otak.
Pada 2020, dokter Leopoldo Luque yang merupakan dokter pribadi Maradona sempat menangis ketika melakukan konferensi pers. Ia berkata telah melakukan segalanya demi Maradona.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Usai Kematian Maradona
Berbagai kontroversi dan tudingan muncul usai Maradona tutup usia. Tahun lalu mantan istrinya, Claudia Villafane, membuat pengakuan mengejutkan di hadapan media.
Villafane menikah dengan Maradona pada tahun 1989. Rumah tangga mereka tidak bertahan lama. Pada tahun 2003 mereka resmi bercerai. Meski sempat mengajukan gugatan hukum terkait masalah finansial, Villafane mengklaim bila hubungannya dengan si pemilik Gol Tangan Tuhan terjalin baik.
Seperti dilansir dari Marca, belum lama ini, Villafane tampil dalam program berita di salah satu stasiun televisi di negaranya. Dalam acara itu, dia dipertemukan dengan Mauricio D'Alessandro, perwakilan mantan pengacara Maradona, Matias Morla. Oleh pihak keluarga, Moria dianggap sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas kematian Maradona akibat penyakit jantung pada 25 November 2020.
"Dia ingin membuat saya seperti tokoh jahat seperti di film-film dan saya tidak seperti itu, dia [D'Alessandro] tahu itu," kata Villafane. "Dia membela orang yang telah menculik Diego (Maradona). Saya tidak tahan mendengar apa yang dikatakannya," beber Villafane menambahkan.
"Saya memang pernah marah kepada (Maradona) dan menggugatnya, tapi setelah itu dia bertemu saya dan memeluk dan berdansa denganku, tapi tidak ada yang tahu itu," Villafane menambahkan.
Advertisement
Banyak yang Mengaku Sebagai Anak, Jenazah Maradona Dilarang Dikremasi
Kematian legenda sepak bola Argentina, Diego Maradona, menyisakan banyak pertanyaan termasuk jumlah keturunannya. Kejaksaan sampai melarang jenazah si pemilik Gol Tangan Tuhan itu dikremasi gara-gara banyak pihak yang mengaku sebagai anaknya dan menuntut untuk dilakukan tes DNA.
Diego Maradona meninggal dunia pada 25 November lalu. Mantan pemain Napoli dan Boca Junior itu wafat di usia 60 tahun akibat serangan jantung saat sedang tidur di rumahnya, Buenos Aires.
Seperti diketahui, semasa hidupnya Maradona hanya mengakui lima orang anak. Sementara enam lainnya yang menuntut pengakuan ditolak oleh pemain kelahiran 30 Oktober 1960 itu.
Setelah Maradona meninggal dunia, lebih banyak lagi yang mengaku sebagai anaknya.
Mereka kemudian menuntut dilakukan tes DNA melalui penggalian kembali makam Maradona untuk membuktikan hubungan mereka dengan El Diego. Permintaan ini kemudian ditanggapi pejabat berwenang di Argentina dengan melarang proses kremasi terhadap jenazah Diego Maradona.
Semasa hidupnya, Diego Maradona hanya tercatat sekali menikah. Seperti dilansir dari Express.co.uk, istri pertama dan istri sah satu-satunya Maradona adalah Claudia Villafane.
Setelah bertunangan cukup lama, keduanya resmi menikah pada 7 November 1984 lalu.
Pernikahan berlangsung di Buenos Aires, Argentina. Keduanya menikah selama 20 tahun sebelum akhirnya memutuskan bercerai pada tahun 2004. Meski berpisah, hubungan mereka tetap baik.
Dari pernikahan Maradona dan Villafane memiliki dua putri, yakni Dalma Nerea (lahir April 1987) dan Gianinna Dinorah (lahir May 1989). Maradona juga memiliki keturunan dari wanita-wanita lainnya.
Ribuan Fans Sambut Jenazah di Istana Presiden Argentina
Dilansir CNN, jenazah Diego Maradona sempat dibawa ke istana kepresidenan Argentina, Casa Rosada, untuk dilihat masyarakat pada November 2020.
Gerbang Casa Rosada dibuka untuk publik pada Kamis 27 November pukul 06.00 pagi
AP News melaporkan rombongan masyarakat mendatangi Casa Rosada untuk memberikan pengormatan terakhir pada Diego Maradona. Acara publik ini dihentikan menjelang pukul 18.00 sore atas permintaan keluarga karena Maradona akan dikuburkan.
Iring-iringan peti jenazah Diego Maradona juga menjadi tontonan masyarakat. Mereka semua berbaris di jalanan untuk melihat mantan pematin tim nasional Argentina ini.
Diego Maradona akan dikubur di pemakaman pribadi di Bella Vista yang berlokasi di perbatasan Buenos Aires. Ia akan dikubur dekat makam orang tuanya.
Polisi sempat kewalahan untuk menghalau fans yang ingin melihat peti mati Diego Maradona. Berdasarkan foto yang beredar di AP, aparat kepolisian membungkuk beberapa fans Diego Maradona.
Pihak keluarga Diego Maradona akhirnya menghentikan acara.
"Diego tidak meninggal, Diego hidup dalam diri rakyat," ujar penggemarnya saat peti mati Diego Maradona dibawa ke pemakaman.
Ratusan fans sempat memblokir jalan menuju pemakaman sebelum peti mati Diego Maradona tiba. Polisi pun harus membuka jalan agar peti mati Diego Maradona bisa lewat.
Advertisement