Telkom Agree dan Fairtrade NAPP Berkolaborasi Digitalkan Petani Kecil

Kolaborasi antara Fairtrade NAPP dan Agree bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani kecil dan buruh di sektor agrikultur melalui pemanfaatan kapabilitas masing-masing pihak.

oleh Iskandar diperbarui 23 Jun 2022, 14:32 WIB
Telkom Agree dan Fairtrade NAPP Berkolaborasi Digitalkan Petani Kecil. Dok: Telkom Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Layanan digital Agree yang berada di bawah payung Leap-Telkom Digital dari Telkom Indonesia (Telkom) menjalin kerja sama dengan Fairtrade Network of Asia and Pacific Producers (NAPP).

NAPP merupakan jaringan organisasi petani yang tersertifikasi sesuai standar Fairtrade di Kawasan Asia Pasifik yang memproduksi berbagai produk dan memasoknya ke pasar Eropa dan Amerika.

Kerja sama yang tertuang dalam Memorandum of Understanding (MoU) atau Nota Kesepahaman ini dilakukan secara hibrida dari tiga lokasi: Aceh, Bangalore, dan Bogor, belum lama ini.

Head of Digital Vertical Ecosystem Agriculture, Hikmatullah Insan Purnama--mewakili EVP Digital Business and Technology Telkom--mengatakan kerja sama ini sejalan dengan tujuan transformasi yang dilakukan oleh Telkom dalam memastikan daya saing dan kesejahteraan bangsa.

"Kolaborasi antara Fairtrade NAPP dan Agree ini dilandasi oleh tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kesejahteraan petani kecil dan buruh di sektor agrikultur melalui pemanfaatan kapabilitas masing-masing pihak," kata Hikmatullah melalui keterangannya, Kamis (23/6/2022).

Sementara CEO Fairtrade NAP, Sanjeet Singh Khurana, menilai sinergi antara Fairtrade NAPP dan Agree di bidang digitalisasi untuk meningkatkan transparansi dan ketertelusuran produk perdagangan yang adil, mengembangkan akses pasar, dan akses keuangan yang bersahabat.

Nota Kesepahaman ini menetapkan upaya dari kedua pihak untuk bekerja sama dalam mendukung digitalisasi koperasi bersertifikat Fairtrade di Indonesia untuk memecahkan masalah sulitnya memantau dan memprediksi panen di petani, minimnya akses modal baik untuk petani maupun koperasi, dan terbatasnya akses pasar produk-produk petani anggota koperasi.

Peningkatan kuantitas, kualitas, dan kontinuitas produksi diharapkan dapat terwujud dengan monitoring secara digital melalui platform Agree.

Selain itu, dalam kesepakatan ini keduanya berkomitmen untuk bersama-sama menjalankan pilot project untuk digitalisasi ekosistem yang dapat meningkatkan transparansi ketertelusuran.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Merancang Proyek Percontohan

Dalam beberapa bulan mendatang, lanjut Sanjeet, pihaknya akan bekerja sama dengan Agree dalam merancang dan mengimplementasikan proyek percontohan untuk koperasi Fairtrade di Indonesia.

"Tujuannya untuk menilai kelayakan dan skalabilitas mereka," ucap Sanjeet menjelaskan.

Pihak Agree maupun Fairtrade NAPP juga sepakat untuk berkolaborasi meningkatkan akses koperasi terhadap pendanaan pihak ketiga, dan dapat diajukan melalui platform Agree.

Dengan adanya pendanaan dari pihak ketiga, petani maupun koperasi diharapkan mampu melakukan ekspansi bisnisnya. Fairtrade NAPP akan berupaya mendukung setiap koperasi untuk mengakses dan menggunakan platform Agree.

Untuk diketahui, gerakan Fairtrade dipelopori oleh Fairtrade International yang berkantor pusat di Bonn, Jerman. Gerakan ini mewakili petani kecil di Asia, Amerika, dan Afrika untuk mendapatkan akses pasar di negara maju.

Pemberdayaan petani kecil dan buruh dilakukan untuk sektor pertanian, praktik pertanian berkelanjutan, akses pasar yang lebih adil, dan harga yang adil adalah fokus utama Gerakan Fairtrade.

Melalui Fairtrade, supplier ataupun buyer akan diaudit untuk mendapatkan sertifikat Fairtrade yang akan menjadi standar bahwa perdagangan yang dilakukan menerapkan prinsip perdagangan yang adil.


Program Makmur Pupuk Indonesia Jangkau 66.474 Orang Petani

Menteri BUMN Erick Thohir meresmikan Program Makmur yang dipelopori oleh Pupuk Indonesia Group (dok: PIHC)

Di sisi lain, PT Pupuk Indonesia (Persero) mencatatkan realisasi program Makmur sudah terlaksana di atas lahan seluas 140.108 hektar (ha) per Mei 2022 dari target seluas 250.000 hektar.

Angka ini menunjukkan peningkatan semenjak diluncurkan program Makmur pada Agustus 2021 oleh Menteri BUMN Erick Thohir.

Senior Project Manager (SPM) Program Makmur Pupuk Indonesia, Supriyoto mengatakan bahwa program Makmur bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian dan keuntungan petani. Oleh karenanya, program ini dapat diikuti oleh seluruh petani seluruh Indonesia.

“Program ini sudah terlaksana di atas lahan seluas 140.108 ha atau 56 persen dari target tahun 2022 ini, dan petani seluruh Indonesia juga bisa mengikuti program Makmur,” demikian ungkap Supriyoto, Selasa (21/6/2022).

Program Makmur, dikatakan Supriyoto merupakan ekosistem yang mengintegrasikan petani dengan stake holder yang berhubungan dengan budidaya pertanian dari hulu hingga hilir : agro input, lembaga keuangan (perbankan), jasa asuransi, pemerintah daerah (pemda), teknologi pertanian, dan offtaker.

“Program yang memiliki makna Mari Kita Majukan Usaha Rakyat ini juga  mengadopsi praktik pertanian unggul dan penggunaan pupuk non subsidi,” kata Supriyoto.


Terlaksana di Berbagai Daerah

Sejak diluncurkan, program Makmur telah terlaksana di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Belitung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Utara.

Dari luas lahan 140.108 ha yang sudah melaksanakan program Makmur, Supriyoto menjelaskan bahwa terdapat beberapa komoditas yang telah ditanam, mulai dari padi seluas 26.867 ha, jagung seluas 17.298 ha, sawit seluas 58.705 ha, tebu seluas 33.044 ha, hortikultura seluas 1.918 ha, dan perkebunan rakyat seluas 2.277 ha.

Menurut Supriyoto, program Makmur juga berhasil meningkatkan produktivitas komoditas padi rata-rata 32,73 persen menjadi sekitar 7,7 ton per ha dari yang sebelumnya 5,8 ton ha. Sementara itu, untuk  komoditas jagung meningkat rata-rata 37,47 persen menjadi 7,7 ton per ha dari yang sebelumnya 5,6 ton per ha.

“Petani yang mengikuti program Makmur juga tercatat pendapatan atau keuntungannya meningkat, sebagai contoh petani padi meningkat hingga 51,11 persen penghasilannya, dan petani jagung meningkat hingga 54,16 persen,” ujarnya.

Hingga Mei 2022, program Makmur telah mengakuisisi atau diikuti oleh 66.474 orang petani dari target 250.000 orang.

Adapun 66.474 orang petani ini tersebar ke beberapa komoditas seperti padi sebanyak 25.043 orang, jagung sebanyak 13.751 orang, sawit sebanyak 15.251 orang, tebu sebanyak 7.556 orang, hortikultura sebanyak 3.152 orang, dan perkebunan rakyat sebanyak 1.721 orang.

Pupuk Indonesia, dikatakan Supriyoto sangat mengapresiasi Kementerian BUMN dan seluruh stakeholder yang terlibat pada program Makmur. Menurut dia, dukungan serta arahan semua pihak yang terlibat sangat berkontribusi pada program yang memiliki makna Mari Majukan Usaha Rakyat ini.


Jumlah petani indonesia turun sejak tiga tahun terakhir (Liputan6/Triyasni)

jumlah petani indonesia turun sejak tiga tahun terakhir (liputan6/yasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya