Pandemi COVID-19 Punya Andil dalam Naiknya Kasus Polio di Banyak Negara

Pandemi COVID-19 menghambat jalannya jadwal vaksinasi polio di banyak negara dan menyebabkan adanya kenaikan kasus.

oleh Diviya Agatha diperbarui 24 Jun 2022, 11:00 WIB
Seorang petugas kesehatan memberikan tetes vaksin polio kepada anak-anak saat kampanye vaksinasi polio dari rumah ke rumah di lingkungan Lahore, Pakistan, Senin (23/5/2022). Pakistan meluncurkan upaya anti-polio baru pada hari Senin, lebih dari seminggu setelah pejabat mendeteksi kasus ketiga tahun ini di wilayah barat laut negara itu yang berbatasan dengan Afghanistan. (AP Photo/K.M. Chaudary)

Liputan6.com, Jakarta - Lebih dari dua tahun pandemi COVID-19 berlangsung. Anda pun mungkin menyadari bahwa virus SARS-CoV-2 ini telah mengubah kehidupan banyak manusia, di Indonesia maupun di negara-negara lainnya.

Berbagai hambatan kerap tak terhindarkan. Salah satu yang terjadi dalam ranah kesehatan adalah terdampaknya cakupan vaksinasi polio.

Data yang dihimpun NPR pada bulan April lalu menemukan bahwa pada tahun 2016, dunia hanya mencatat beberapa lusin kasus polio yang terjadi pada empat negara.

Namun pada 2019 hingga 2020, jumlah kasus polio di seluruh dunia meningkat hampir tiga kali lipat dan menghasilkan lebih dari seribu kasus yang tersebar pada hampir 30 negara.

Tahun 2021, dunia mencatat lebih dari 600 kasus polio yang terjadi.

Angela Rasmussen, seorang ahli virus yang mempelajari polio di University of Saskatchewan, Kanada mengungkapkan bahwa pandemi COVID-19 telah memberikan peluang polio untuk muncul kembali pada banyak negara.

Hal tersebut lantaran pandemi COVID-19 menghambat program vaksinasi anak-anak di seluruh dunia, termasuk vaksinasi polio.

"Kekhawatiran terbesar saya adalah kenyataan bahwa ada populasi yang lebih besar sekarang yang belum divaksinasi sesuai jadwal. Saya pikir itu terjadi di mana-mana, dan itu karena pandemi SARS-CoV-2," ujar Angela.

Bahkan, negara dengan status bebas polio yakni Inggris baru-baru ini mendeteksi adanya virus polio dalam sampel limbah yang dikumpulkan oleh  London Beckton Sewage Treatment Works pada bulan Februari hingga Mei 2022.

Inggris sendiri dinobatkan sebagai negara bebas polio oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2003 lalu. 


Temuan Polio di Inggris

Ilustrasi bendera Inggris (unsplash)

Kasus terakhir polio di Inggris ditemukan 38 tahun lalu, tepatnya pada 1984. Namun saat ini, virus polio ditemukan dalam tinja seseorang yang baru saja melakukan vaksin polio di negara berbeda dan melakukan perjalanan kembali ke Inggris.

Berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh UKHSA, virus polio dengan jenis seperti vaksin tersebut sebenarnya normal ditemukan kasusnya. Temuan tersebut biasanya hanya satu kali dan tidak terdeteksi lagi setelahnya.

Investigasi lebih lanjut saat ini pun sedang dilakukan oleh UKHSA. Virus tersebut kini diklasifikasikan sebagai virus polio tipe 2 'turunan vaksin' atau ‘vaccine-derived’ poliovirus type 2 (VDPV2).

Berkaitan dengan hal tersebut, konsultan epidemiologi di UKHSA, Dr Vanessa Saliba mengungkapkan bahwa virus polio yang diturunkan dari vaksin sebenarnya jarang terjadi, dan risiko terhadap masyarakat secara keseluruhan juga rendah.

"Namun virus polio yang diturunkan dari vaksin memiliki potensi untuk menyebar, terutama pada komunitas dimana penyerapan vaksin lebih rendah," ujar Vanessa.


Status Bebas Polio Inggris Terancam

Ilustrasi Penyakit Polio Credit: pexels.com/Kayana

Mengutip laman iNews.co.uk, ditemukannya virus polio dalam limbah tersebut memungkinkan Inggris untuk kehilangan status bebas polionya yang telah dinobatkan oleh WHO.

Secara historis, polio dapat diberantas di Inggris berkat adanya cakupan vaksinasi yang tinggi, yang mana menawarkan perlindungan lengkap untuk mencegah terjadinya kelumpuhan dan gejala lainnya.

Kepala perawat di National Health Service (NHS) London, Jane Clegg juga mengungkapkan bahwa mayoritas warga di sana sudah sepenuhnya terlindungi dari polio.

Namun untuk merespons temuan baru ini, pihaknya juga akan mulai menjangkau orangtua yang memiliki anak berusia dibawah 5 tahun di London yang belum mengetahui vaksinasi polio.

"NHS akan mulai menjangkau orangtua dari anak yang berusia dibawah 5 tahun yang belum mengetahui soal vaksin polio untuk mengundang mereka agar bisa mendapatkan perlindungan," kata Jane.

Bersamaan dengan temuan tersebut, pengawasan air limbah di Inggris pun dikabarkan akan diperluas. Hal tersebut dilakukan guna melihat potensi tingkat penularan dan mengidentifikasi.


Upaya Mencegah Polio di Inggris

Seorang petugas kesehatan bersiap untuk memberikan vaksin polio kepada balita di sebuah posyandu di Banda Aceh, Aceh, Rabu (4/10/2020). Pemberian vaksin polio dan vaksin campak secara gratis yang berlanjut di tengah pandemi COVID-19 bertujuan memperkuat imunitas anak. (CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP)

Meskipun risiko penularan pada populasi yang besar rendah, UKHSA tetap mendesak orangtua di sana untuk membuat jadwal untuk vaksinasi polio.

Hal tersebut lantaran cakupan vaksinasi polio di Inggris juga mengalami sedikit penurunan dalam lima tahun terakhir dari puncaknya pada 2013 lalu.

"Polio dapat menyebabkan kelumpuhan pada orang yang tidak divaksinasi lengkap. Jadi jika Anda atau anak-anak Anda tidak mengetahui informasi terbaru tentang vaksinasi polio, penting untuk menghubungi dokter umum Anda untuk mengejar ketertinggalan tersebut," kata Vanessa.

"Sebagian besar penduduk Inggris akan terlindungi dari vaksinasi di masa kanak-kanak. Tetapi di beberapa komunitas dengan cakupan vaksin yang rendah, individu mungkin tetap berisiko," tambahnya.

Vanessa mengungkapkan bahwa UKHSA akan segera menyelidiki kasus ini untuk memahami lebih lanjut soal potensi penularannya.

Para NHS di sana juga telah diminta untuk melaporkan dengan segera jika ada kasus yang dicurigai, meskipun sejauh ini belum ditemukan adanya kasus konfirmasi.

Infografis Anak Indonesia Usia 6-11 Tahun Siap Terima Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya