COVID-19 RI Nyaris 2 Ribu Kasus, Pintu Masuk Negara Aman?

Pengawasan di pintu masuk negara seiring kasus COVID-19 nyaris di angka 2.000.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 24 Jun 2022, 13:00 WIB
Penumpang melintas di aera cek in pesawat terbang di terminal 3, Bandara Soetta, Tangerang, Banten, Rabu (15/12/2021). Pemerintah mewajibkan pelaku perjalanan jauh harus sudah mendapatkan vaksin Covid-19 2 dosis atau dosis lengkap. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Perkembangan kasus baru COVID-19 nasional dalam pekan ini naik, bahkan mencapai nyaris menembus angka 2.000. Kenaikan kasus COVID-19 juga ditandai dengan penambahan kasus aktif harian hampir di atas 1.000.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia Mohammad Syahril menyampaikan, seluruh masyarakat harus tetap waspada dengan kenaikan kasus COVID-19 yang terjadi. Pemerintah turut memperketat pintu masuk negara.

"Kita harus lebih waspada, utamanya di tempat-tempat yang mana tempat berkumpul orang banyak ya. Kalau di tempat pintu masuk, kita tetap ada protokol kesehatan," ujar Syahril saat Talkshow Optimalisasi 3T: Upaya Bendung Gelombang Baru yang disiarkan dari Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta pada Kamis, 23 Juni 2022.

Dalam upaya menyikapi dinamika pandemi COVID-19 di Tanah Air, Pemerintah kembali melakukan beberapa penyesuaian. Penyesuaian terbaru adalah pengaturan protokol kesehatan untuk acara berskala besar yang dihadiri lebih dari 1.000 orang.

"Saat ini, kita meningkatkan upaya protokol kesehatan, bagaimana apabila ada suatu pertemuan yang berskala besar lebih dari 1.000 orang. Protokolnya kan sudah dibuat oleh Satgas Penanganan COVID-19," jelas Syahril.

"Jadi, tetap melakukan vaksinasi COVID-19 dan melakukan tes antigen untuk skrining atau deteksi."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Tracing - Testing Diaktifkan

Petugas medis melakukan tes usap PCR COVID-19 kepada warga di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit, Jakarta, Kamis (22/7/2021). Peningkatan testing dan tracing di wilayah padat penduduk diharapkan bisa mempercepat upaya memutus mata rantai penyebaran COVID-19. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Di tengah kasus COVID-19 yang naik, menurut Mohammad Syahril, pemeriksaan (testing) dan pelacakan (tracing) harus diperkuat. Upaya ini demi memeroleh gambaran kasus di lapangan.

"Saat ini, dengan meningkatnya kasus, yang perlu diaktifkan kembali, yaitu melakukan tracing dan testing. Sehingga kita akan menjadi lebih tahu keadaan masyarakat sesungguhnya, terutama dengan provinsi-provinsi yang tinggi," katanya.

"Jadi, untuk melihat sejauh mana banyaknya konfirmasi positif ya."

Intervensi penanganan kasus COVID-19 berikutnya adalah bila ada gejala COVID-19 dapat segera ditangani. Gejala ringan dapat melakukan isolasi mandiri, sedangkan bila berat dapat dirawat di rumah sakit.

"Kalau ada gejala ringan ya dilakukan isolasi mandiri ya atau kalau sekiranya berat bisa dirawat di rumah sakit. Tujuannya, mencegah jangan sampai terjadi keparahan sakitnya," terang Syahril.

"Kita berikan satu perhatian lebih, kewaspadaan cepat dan penanganan termasuk protokol kesehatan."


Mitigasi Kenaikan Kasus COVID-19

Pengunjung berfoto di Taman Lapangan Banteng, Jakarta, Minggu (6/2/2022). Penerapan protokol kesehatan yang buruk saat beraktivitas di ruang publik berpotensi meningkatkan penyebaran COVID-19, terutama di masa pandemi gelombang ketiga akibat omicron. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Tren kenaikan kasus positif dan kasus aktif di Indonesia harus segera dimitigasi dengan baik agar tidak terus naik. Apalagi saat ini di Indonesia telah ditemukan kasus varian baru COVID-19, yakni BA.4 dan BA.5 dengan transmisibilitasnya yang cepat.

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menjelaskan, kasus mingguan meningkat dalam beberapa pekan terakhir.

"Kondisi saat ini harus kita upayakan bersama-sama untuk menekan penularan semaksimal mungkin. Perlu menjadi perhatian, bahwa Indonesia telah berhasil mempertahankan penurunan kasus harian dan mingguan tetap rendah selama dua bulan berturut-turut," ungkap Wiku di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Selasa (14/6/2022).

Meski demikian, kenaikan di Indonesia lebih rendah dibandingkan kenaikan beberapa negara tetangga. Data per 11 Juni 2022, kasus harian di Indonesia ada 574 kasus. Di Malaysia, 1.709 kasus, Thailand 2.474 kasus, Singapura 3.128 kasus, India 8.582 kasus, dan di Australia sebesar 16.393 kasus.

Melihat perbandingan ini, jumlah kasus harian di Indonesia saat ini masih dapat dikatakan rendah. Hal ini tentunya dilihat dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar dibandingkan dengan negara lainnya. Namun, kenaikan saat ini harus ditekan semaksimal mungkin.


Mobilitas Penduduk Naik

Orang-orang yang tidak mengenakan masker berjalan di Saint-Jean-de-Luz, barat daya Prancis, Rabu (2/2/2022). Selangkah demi selangkah, banyak negara melonggarkan pembatasan COVID-19 di tengah harapan gelombang omicron mungkin telah melewati puncaknya. (AP Photo/Bob Edme)

Ada beberapa potensi kenaikan kasus COVID-19 yang dapat diidentifikasi. Misal, mobilitas penduduk yang terus naik jika dibandingkan sepanjang tahun 2021. Seiring melandainya kasus, berpotensi meningkatkan interaksi antar masyarakat dari satu tempat ke tempat lainnya.

Selanjutnya, normalnya kembali aktivitas masyarakat di tempat-tempat publik, serta kegiatan-kegiatan berskala besar yang dihadiri banyak orang berpotensi meningkatkan interaksi antar masyarakat sehingga meningkatkan potensi penularan.

"Penyebab lain, melandainya kasus memengaruhi kedisiplinan protokol kesehatan masyarakat. Seperti di tempat-tempat umum dan di lingkungan pemukiman yang tidak lagi sedisiplin saat kasus meningkat," Wiku Adisasmito menambahkan.

Adapun varian baru BA.4 dan BA.5 pertama kali dilaporkan di Indonesia pada 6 Juni 2022. Dari karakteristiknya, varian BA.4 teridentifikasi di 61 negara melalui 7.524 sekuens yang telah dilaporkan melalui GISAID.

Sekuens terbanyak teridentifikasi di Afrika Selatan, Amerika Serikat, Britania Raya, Denmark, dan Israel. Varian BA.5 teridentifikasi di 65 negara melalui 10.442 sekuens yang telah dilaporkan melalui GISAID.

Sekuens paling banyak teridentifikasi di Amerika Serikat, Portugal, Jerman, Britania Raya, dan Afrika Selatan. Transmisibilitas dari varian ini memiliki kemungkinan menyebar lebih cepat, tanpa indikasi menyebabkan kesakitan lebih parah dibandingkan varian Omicron lainnya.

Infografis Perkembangan Kasus Positif Covid-19 di Indonesia dalam 10 Hari. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya