Liputan6.com, Semarang - Penyakit kolera yang menyebar di Indonesia khususnya pulau Jawa pernah mewabah dengan ganasnya layaknya Covid-19. Saat itu wabah kolera menyebabkan ratusan ribu masyarakat yang terkena paparannya meninggal dunia dengan cepat.
Wabah kolera dilaporkan pertama kali pada April 1821, saat itu kondisi di pedesaan Jawa selatan - tengah terus memburuk. Panen padi yang kurang memuaskan dan krisis dalam industri gula pribumi ikut memberi andil penyebaran wabah ini.
Dikutip dari berbagai sumber, situasi semakin mengenaskan karena banyaknya gagal panen akibat dari kemarau panjang pada 1821. Tersiar kabar dari berbagai kawasan perkebunan banyak petani yang meninggal di ladang.
Baca Juga
Advertisement
Penduduk yang sudah dalam kondisi lemas karena kurangnya bahan pangan, diperparah terkena kolera yang menyebabkan begitu banyaknya warga yang meninggal dunia. Setiap harinya ada petani yang harus diangkat dari perkebunan lada dan kopi karena meninggal kelelahan dan menderita demam.
Memasuki bulan November petugas pengawas menulis tentang demoralisasi total di kalangan pekerja pribuminya. Mereka terancam hidupnya dan hanya bisa mengandalkan makan akar - akaran dan daun-daunan.
Antara April sampai Agustus 1821 wabah kolera benar-benar begitu ganas. Di Jawa wabah itu menyerang penduduk yang tidak memiliki kekebalan alamiah terhadap penyakit tersebut.
Wabah kolera dibawa oleh para pelaut dari Pulau Pinang dan Melaka ke Pantai Utara Jawa. Wabah itu pertama kali menjangkiti Kampung Melayu (kompleks kaum pendatang dari Semenanjung Melayu) di Terboyo, Semarang.
Penyakit kolera yang mewabah, bahan pangan yang terlampau langka dan mahal menyulut emosi penduduk pribumi. Sampai akhirnya menjadi salah satu pemicu berkobarnya Perang Jawa oleh Pangeran Diponegoro.