RI Peringkat 4 Dunia Vaksinasi Terbanyak tapi 76 Persen Warga Belum Booster

Data Kementerian Kesehatan dan Kementerian Komunikasi dan Informatika menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah vaksinasi COVID-19 terbanyak di dunia.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 25 Jun 2022, 16:00 WIB
Petugas kesehatan dari Puskesmas Kecamatan Matraman melakukan skrining saat vaksinasi COVID-19 di SD Negeri 25 Utan Kayu Selatan, Matraman, Jakarta Timur, Rabu (23/3/2022). Vaksin yang digunakan adalah vaksin AstraZeneca untuk dosis pertama, kedua dan ketiga (booster). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Data Kementerian Kesehatan dan Kementerian Komunikasi dan Informatika menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah vaksinasi COVID-19 terbanyak di dunia.

Indonesia menempati urutan keempat setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat dengan sasaran target vaksinasi COVID-19 nasional sebesar 208.265.720 juta penduduk.

Namun, sekitar 76 persen masyarakat Indonesia belum melakukan vaksinasi booster. Padahal, diketahui bahwa seiring berjalannya waktu efektivitas vaksin primer bisa terus menurun.

Data surveilans Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 viral vektor aman sebagai vaksin primer maupun booster yang memberikan perlindungan tinggi dan konsisten setara dengan vaksin 'mRNA', bahkan pada kelompok yang lebih rentan.

Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Prof. Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari, SpA(K), M. Trop.Paed,  mengatakan bahwa lebih dari 65 juta dosis vaksin COVID-19 viral vektor telah berikan di Indonesia.

“Hingga saat ini, data surveilans KIPI menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 viral vektor aman sebagai primer maupun booster. Manfaat yang diperoleh juga jauh lebih besar daripada risiko yang mungkin terjadi,” kata Hinky dalam seminar daring bertajuk Perjalanan Vaksinasi COVID-19: Pentingnya Vaksinasi Booster di Masa Pandemi Sabtu (25/6/2022).

Surveilans KIPI meninjau keamanan vaksin termasuk booster yang dilakukan berkesinambungan untuk memastikan keamanan vaksin dalam upaya peningkatan keselamatan pasien serta menentramkan masyarakat.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pemberian Booster di Indonesia

Warga antre mendapatkan vaksin COVID-19 dosis ketiga saat vaksinasi booster COVID-19 di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati, Jakarta, Rabu (12/1/2022). Program booster COVID-19 diberikan kepada kelompok prioritas yaitu lanjut usia (lansia) dan penderita immunokompromais. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Di Indonesia, pemberian dosis booster bagi lanjut usia (lansia) usia lebih dari 60 dapat diberikan dengan interval minimal 3 bulan setelah mendapat vaksinasi primer lengkap.

Vaksinasi booster dapat dilakukan secara homolog atau heterolog menggunakan regimen vaksin yang tersedia di lapangan. Vaksin yang dapat digunakan adalah yang sudah mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) atau izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta sesuai dengan rekomendasi Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).

Vaksin booster homolog merupakan vaksin COVID-19 yang diberikan sama dengan jenis platform vaksinasi primer. Sementara vaksinasi heterolog merupakan pemberian vaksin booster yang berbeda platform atau vaksin dengan platform sama, tetapi berbeda merek.

Vaksin heterolog dapat diberikan untuk vaksinasi primer atau booster, disebut mix and match schedule.

Rekomendasi WHO menyatakan vaksin booster heterolog merupakan vaksin yang mendapat EUL (Emergency Use Listing) WHO, yakni mRNA, viral vektor, dan protein subunit.


Penting Bagi Setiap Orang

Petugas medis menyuntikkan vaksin kepada warga di Gor Ciracas, Jakarta, Sabtu (19/3/2022). Vaksin booster diberikan kepada warga lanjut usia dan masyarakat berisiko tinggi tertular Covid-19. (merdeka.com/Imam Buhori)

Berdasarkan data, vaksinasi booster heterolog pada vaksin CoronaVac menghasilkan respons antibodi lebih tinggi dan bertahan lebih lama dibandingkan booster homolog. Tujuan pemberian booster adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan efektivitas vaksin primer yang telah menurun.

Meski terdapat kelompok masyarakat yang mempunyai gangguan (defisiensi) respons imun terhadap vaksinasi, tapi vaksin diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan respons imun setelah vaksinasi primer dua dosis (lengkap).

“Vaksinasi yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan titer antibodi yang diinginkan untuk merespons memori untuk mengenali antigen dalam virus COVID-19,” kata Hinky.

Sementara, berdasarkan rekomendasi Kemenkes untuk kelompok komorbid, vaksinasi dapat dilakukan apabila penyakit dalam keadaan terkontrol.

Misalnya, pasien hipertensi dapat divaksinasi ketika tekanan darahnya terkontrol. Sebaliknya, jika tekanan darahnya tinggi di atas 180/110 MmHg, maka pemberian vaksin akan ditunda sampai tekanan darahnya membaik.

Begitu pula pasien diabetes, mereka dapat divaksinasi sepanjang belum ada komplikasi akut. Pasien kanker pun tetap bisa menerima vaksinasi jika penyakitnya sedang terkontrol dan tubuh dalam keadaan yang memungkinkan untuk menerima vaksin.


Bagi Lansia

Petugas menyuntikkan vaksin COVID-19 dosis ketiga kepada lansia saat vaksinasi booster COVID-19 dari rumah ke rumah di Poris Plawad, Tangerang, Jumat (21/1/2022). Pelaksanaan vaksinasi dari rumah ke rumah untuk memudahkan para lansia mendapatkan vaksin booster COVID-19. (merdeka.com/Arie Basuki)

Dalam kesempatan yang sama, Ketua ITAGI Prof. Dr. Sri Rezeki, Hadinegoro, dr., SpA (K), mengatakan bahwa vaksinasi penting terutama bagi lansia.

“Studi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan pada usia lanjut, vaksinasi COVID-19 dapat menurunkan kejadian penyakit berat, masuk rumah sakit (rawat inap), dan kematian,” ujar Sri.

“Artinya, kelompok masyarakat yang perlu mendapatkan perlindungan dari COVID-19 yakni usia lanjut, komorbid dan kelompok imunokompromais selain kelompok dewasa, remaja dan anak-anak sehat,” tambahnya.

Vaksin booster masih sangat penting lantaran virus masih bermutasi, yang terbaru adalah Omicron subvarian BA.4 dan BA.5. Menurut Sri, mutasi adalah cara virus untuk tetap bertahan hidup dan vaksinasi adalah cara untuk melawannya.

“Apa kita perlu booster kedua? Yang primer saja belum beres, minimal 70 persen dari populasi, ayo kita bereskan dulu. Kalau itu sudah dibereskan, kita ke booster pertama, ini pun belum beres. Kalau booster dibereskan mungkin kita belum perlu pakai booster kedua kalau masih ada yang belum divaksinasi.”

Menurutnya, orang-orang yang belum divaksinasi adalah sumber dari mutasi. Sehingga perlu dikejar dulu vaksinasi primernya, kemudian ke vaksinasi booster.

 

Infografis Vaksinasi Booster Covid-19 untuk Non-Lansia Sudah Dimulai? (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya