Liputan6.com, Jakarta Persoalan minyak goreng dinilai tidak akan selesai hanya di tangan Kementerian Perdagangan (Kemendag). Wakil Direktur Indonesia for Development of Economics Finance (Indef) Eko Listyanto mengatakan, perlu melibatkan Kementerian BUMN untuk rencana kerja jangka menengah.
Eko mengatakan sekitar 95 persen produksi minyak goreng di Indonesia dihasilkan oleh perusahaan swasta. Sehingga akan sulit bagi Pemerintah mengendalikan harga dan pasokan di dalam negeri, jika tidak membentuk kelembagaan khusus.
Advertisement
"Akan lebih bagus ke depan, kelembagaannya. Ini memang tidak bisa selesai di Kemendag saja, tetapi perlu melibatkan Kementerian BUMN. Kalau barangnya sudah ada di tangan BUMN kan lebih mudah. Namun, sekarang PR Pemerintah mencapai harga Rp 14.000 per liter. Kelembagaan bisa menjadi target jangka menengah," jelas Eko dikutip, Sabtu (25/6/2022).
Dia mengatakan, BUMN dapat diberikan tugas mencadangkan dan mendistribusikan minyak goreng kualitas minyak curah dari perusahaan swasta. Termasuk dapat juga ditugaskan mengelola minyak dari domestic market obligation (DMO).
"Siapa yang mengelola DMO ini. Bagus jika bisa diserap BUMN. BUMN nanti mendistribusi minyak untuk rakyat. Mekanismenya, bisa dengan operasi pasar. Jika sekarang ini pakai Aplikasi Si Mirah atau Sistem Informasi Minyak Curah itu tidak diatur kecepatannya, serta seberapa cepat bisa dilakukan distribusinya karena pemegang produknya bukan Pemerintah, tetapi swasta," tambahnya.
Lebih jauh dia mengatakan, mengatur tata niaga khusus dan memproteksi harga minyak goreng kualitas rendah atau curah, tidak akan menggangu pasar ekspor CPO Indonesia. Alasannya, sejauh ini sekitar 80 persen produk sawit Indonesia dijual ke luar negeri.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
DMO
DMO sebesar 20 persen, menurutnya, sudah jauh dari cukup untuk kebutuhan di dalam negeri karena pemakaian minyak goreng di industri mikro dan kecil, serta rumah tangga relatif stabil dari tahun ke tahun alias jarang sekali terjadi lonjakan permintaan.
"Kebutuhan CPO di dalam negeri sebenarnya sangat kecil jika dibandingkan dengan total produksi hanya sekitar 10 persen saja. Jadi sebenarnya DMO 20 persen itu sudah cukup untuk kebutuhan domestik. Namun yang perlu diperhatikan adalah kepastian produk terdistribusi di level bawah," jelasnya.
Lebih teknis, Eko Listyanto menilai, Kementerian BUMN dapat memastikan bahwa ke depan strategi bisnis PTPN Group yang memiliki kebun sawit dan pabrik pengolahan minyak sawit mentah Crude Palm Oil (CPO) bisa ikut membantu menstabilkan harga minyak goreng.
"Dari situ, kalau produksinya bisa ditingkatkan bagus. Namun, bagus juga jika PTPN itu menyerap produksinya, seperti yang dilakukan Bulog. Bisa saja DMO itu milik Sinarmas, Wilmar, Asian Agri, Astra Agro Lestari dan perusahaan lain, yang penting mereka mengikuti aturan DMO," tambahnya lagi.
Pada kesempatan itu, Eko mengingatkan Pemerintah masih memiliki pekerjaan rumah untuk menurunkan harga minyak goreng curah di dalam negeri karena masih pada level yang dapat menggerus daya beli pelaku industri kecil dan rumah tangga kelas bawah bawah.
"Kalaupun Pemerintah tidak bisa menekan harga ke Rp 14.000 per liter, seperti target, setidaknya bisa mendekati kisaran Rp 15.000 per liter. Pemerintah juga diminta untuk memastikan harga di level masyarakat sesuai dengan target dan tidak membutuhkan regulasi baru yang dapat mengabaikan persoalan utama," terangnya.
Advertisement
Mendag Klaim Minyak Goreng Curah Rp 14.000 Seliter Sudah Tak Langka
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyecek titik penyaluran minyak goreng curah rakyat (MGCR) Rp 14.000 per liter di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur. Ia menyebut persediaan dan lokasi penjualan sudah semakin luas dan mudah ditemukan.
Sebelumnya, ia menargetkan harga minyak goreng curah bisa stabil di harga Rp 14.000 per liter atau Rp 15.500 per kilogram dalam 2 pekan.
"Jadi di Jawa Barat dan di Jakarta saya sudah ke pasar satu per satu, banyak kemana-mana, minyak goreng curah belum 2 minggu harga Rp14.000 ada barangnya, kalau (satuan) kilo Rp 15.500. Ada contohnya ini penampung (toren), orang tinggal datang, ambil," kata Zulkifli Hasan kepada wartawan di Pasar Kramat Jati, Sabtu (25/6/2022).
Berdasar hasil temuannya, ia memastikan harga minyak goreng curah ini akan stabil di harga Rp 14.000 per liter. Dengan titik penyaluran yang tepat ditetapkan pemerintah dan mitra dari BUMN.
"Tapi ada juga tadi itu pilih terserah, bapak-bapak yang tak mau minyak ini (minyak goreng curah), maunya yang premium tapi kalau yang Rp 14.000 memang belinya di tempat-tempat yang ditentukan karena belum tentu semua (toko) ada," katanya.
Ia menyampaikan, jumlah titik yang menyediakan MGCR ini telah terdata mendekati 15.000 titik. Sementara, untuk kemasan premium dengan harga yang tak diatur, bisa ditemukan dimanapun.
"Disini (Pasar Kramat Jati) tadi hampir tiap toko ada, yang 14.000, tapi di tempat lain ada dua tempat tiga tempat," ujarnya.
"Curah Rp 14.000 perliter atau Rp 15.500 perkilo gak ada lagi yang antri," tegas Mendag.
Kata Pedagang
Diberitakan sebelumnya, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) membantah pernyataan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan yang menyebut jika ketersediaan minyak goreng curah sesuai harga eceran tertinggi (HET) Rp14.000 per liter mudah ditemukan di pasar wilayah DKI Jakarta.
Sebelumnya Mendag menilai antrean masyarakat untuk memperoleh minyak goreng curah sesuai harga eceran tertinggi Rp 14.000 per liter sudah tidak terjadi lagi di seluruh wilayah DKI Jakarta. Menyusul, kian memadainya ketersediaan minyak curah sesuai HET tersebut.
Sekretaris Jenderal DPP Ikappi Reynaldi Sarijowan mencatat, harga minyak curah di pasar wilayah Jakarta saat ini dibanderol Rp 15 ribu sampai 16 ribu per liter.
"Di Jakarta (minyak goreng curah) masih kisaran Rp 15 ribu sampai Rp 16 ribu. Tapi untuk sesuai HET rasanya memang butuh kerja ekstra lagi," ujarnya kepada Merdeka.com di Jakarta, Jumat (24/6/2022).
Meski begitu, dia mengakui harga minyak goreng curah mulai mengalami penurunan dalam beberapa waktu terakhir. Khususnya di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.
Mengutip infopangan.jakarta.go.id, harga minyak goreng curah di DKI Jakarta rata-rata dijual Rp 15.817 per kilogram. Harga tertinggi ditemui di Pasar Paseban sebesar Rp 18.000 per kilogram. Sementara harga terendah tersedia di Pasar Pramuka sebesar Rp 14.000 per kilogram.
Advertisement