Perubahan Iklim Hantam Produksi Beras, Mari Bergerak Kurangi Sampah Makanan

Beras sering kali dikecualikan dalam narasi sampah makanan karena harganya yang murah.

oleh Asnida Riani diperbarui 26 Jun 2022, 10:03 WIB
Ilustrasi Nasi/https://unsplash.com/Faris Mohammed

Liputan6.com, Jakarta - Sampah makanan telah jadi problem serius, terutama dalam beberapa tahun terakhir. Ke depan, fenomena ini akan jadi masalah yang lebih menonjol, karena produksi pangan global terus-menerus terdampak perubahan iklim.

Seperti Indonesia, masalah limbah makanan juga terjadi di Singapura. "Terlepas dari kampanye bertahun-tahun, lebih banyak pendidikan publik masih dibutuhkan (soal meminimalisir pemborosan makanan)," kata Profesor Paul Teng, Ajun Senior Fellow (Ketahanan Pangan) di S Rajaratnam School of International Studies, melansir CNA, Jumat, 24 Juni 2022.

Ia menambahkan, teknik penghematan yang diusulkan sudah dikenal dan diluncurkan, seperti membeli dan memasak hanya yang dibutuhkan, mengurangi porsi makan, dan seterusnya. "Namun, perubahan pola pikir masih belum meluas," tambahnya.

Salah satu pendiri Golden Sunland, sebuah perusahaan beras Singapura, David Chen, sepakat dengan narasi tersebut. Ia menyebut, pola pikir masyarakat akan cara memperlakukan makanan, terutama beras, belum banyak berubah.

"Sering kali, komunikasi kita tentang sisa makanan terkait dengan nilainya. Sangat sulit untuk beras karena beras itu murah, dalam hitungan dolar dan sen. Anda masih mendengar (orangtua) menyuruh Anda menghabiskan lauk-pauk dan sisakan nasinya saja," jelasnya.

Ia menambahkan, konsumen merasa "terlepas" dari mana beras berasal dan siapa yang menanamnya. Namun, hubungan dapat dibentuk dengan membiarkan mereka menanamnya sendiri. "Ketika konsumen dididik, mereka akan tahu bahwa sepiring nasi bukan hanya tentang satu dolar yang mereka bayarkan, tapi juga penjumlahan dari emisi air dan karbon.”

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Beli Beras Secukupnya

Ilustrasi Menanam Padi Credit: pexels.com/Yuki

Berangkat dari ide tersebut, perusahaan saat ini mengadakan program menanam padi di empat sekolah, dan berharap dapat memperluasnya lebih jauh di masa mendatang. "Anda ingin mengembangkan dan menanamkan pola pikir pada generasi berikutnya, dan karena sekolah adalah tempat menghabiskan sebagian besar hari-hari mereka, tampaknya ini tempat paling logis untuk memulai percakapan ini," kata Chen.

Singapore Food Agency (SFA) mengatakan, rumah tangga yang tidak mengkonsumsi banyak beras dapat mempertimbangkan untuk membeli beras dalam jumlah lebih kecil. Misalnya, rumah tangga dua orang yang jarang masak nasi bisa beli 1kg beras, bukan 5kg atau 10kg.

Hanya buka bungkus beras bila perlu dan jangan buka banyak bungkus sekaligus. Publik juga harus berusaha menghabiskan sekantong beras dalam waktu sebulan.

Meski memiliki masa simpan yang lama, beras harus tetap disimpan dengan benar. Idealnya, beras ditaruh di dalam wadah tertutup rapat di tempat kering yang sejuk. Setelah menghabiskan stok beras, cuci dan keringkan wadah sebelum diisi kembali dengan beras baru.

 

 


Menyimpan Beras dengan Benar

Ilustrasi beras/credit: pexels.com/Polina

Tong Seng Produce (TSP) yang mendistribusikan beberapa merek beras mengatakan, hal yang tidak diperbolehkan adalah menyimpan beras merah terlalu lama. Pasalnya, beras itu memiliki umur simpan yang lebih pendek daripada beras putih.

"Yang membuat beras merah tidak hanya lebih bergizi daripada nasi putih, tapi juga ekstra gurih, adalah masih menempelnya dedak dan kumannya, yang mengandung minyak yang kaya akan lemak baik," pihaknya menjelaskan.

Namun, minyak ini bisa menyebabkan beras merah lebih cepat busuk daripada beras putih. Untuk menghindari hal ini, seseorang harus membeli dalam jumlah yang lebih kecil. "Idealnya, (beras merah) disimpan di tempat yang sejuk dan gelap. Jika disimpan dalam wadah kedap udara, itu bisa tetap baik selama sekitar enam hingga sembilan bulan," tambah TSP.

Masyarakat juga harus memeriksa berasnya secara teratur. Tujuannya untuk memastikan tidak ada kutu beras di sana. "Keberadaan kutu beras dapat diidentifikasi melalui tanda-tanda seperti lubang di biji-bijian beras dan peningkatan tingkat kelembapan," ujar SFA.

Ia menambahkan, kutu tidak berbahaya bagi manusia karena tidak menyebarkan penyakit atau menggigit. Jika ada, mereka harus segera dihilangkan dengan cara mencuci beras.


Manfaatkan Sisa Makanan

Ilustrasi beras/credit: Freepik.com

TSP juga menyarankan untuk menyimpan beras di dalam freezer selama empat hingga lima hari. "Proses ini akan membunuh serangga yang sudah ada, seperti kutu. Metode ini juga akan (mencegah) telur serangga menetas," sarannya.

"Metode lain adalah meletakkan (beras) di atas nampan besar dan menjemurnya di bawah sinar matahari selama sekitar tiga hingga empat jam. Untuk porsi ideal, masukkan nasi ke dalam kantong plastik tertutup. Anda juga dapat menambahkan beberapa cabai merah kering, karena bau cabai yang menyengat akan mengusir hama," mereka menyambung.

Hanwell Holdings, yang mendistribusikan nasi Royal Umbrella, juga merekomendasikan beberapa cara memanfaatkan nasi sisa. Seseorang dapat menggunakannya untuk membuat arancini, bola nasi Italia isi yang dilapisi remah roti.

Resep lainnya termasuk nasi goreng. Masyarakat juga dapat mencoba menggunakan nasi sisa untuk membentuk kulit pizza, atau memasukkannya ke dalam puding mangga, menurut resep yang disumbangkan rumah tangga setempat untuk panduan mengurangi sisa makanan.

Di saat yang sama, memanfaatkan kelebihan makanan ini juga merupakan gerakan demi keselamatan lingkungan. Misi keberlanjutan ini bisa jadi langkah untuk menyelamatkan Bumi. (Natalia Adinda)

Infografis 7 Penyebab Sampah Makanan. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya