Liputan6.com, Jakarta - Pendiri manajemen human resources asal New York, Amerika Serikat yakni Parker Conrad baru saja memasuki daftar miliarder Forbes. Ini setelah nilai perusahaannya, sebesar USD 11,25 miliar atau setara Rp 166,4 triliun.
Dilansir dari Forbes, Senin (27/6/2022) Conrad menjadi miliarder dengan kekayaan bersih senilai USD 2,2 miliar, menurut perkiraan Forbes.
Advertisement
Berawal pada tahun 2016, ketika Conrad mendirikan platform manajemen karyawan yakni Rippling, setelah mengundurkan diri dari perusahaan manajemen HR Zenefits.
Saat itu, Conrad dipenuhi dengan ide-ide tentang bagaimana mengerjakan sesuatu lebih, dan tidak ada kekurangan pemodal ventura yang bersedia mendukungnya.
Saat ini, valuasi saham teknologi memang sedang anjlok dan banyak perusahaan di sektor tersebut terpuruk.
Tetapi Conrad, siap menghadapi penurunan, setelah baru saja mengumpulkan suntikan dana sebesar USD 250 juta atau Rp. 3,6 triliun untuk Rippling bulan lalu.
Dalam sebuah wawancara video pada bulan Mei lalu di kediamannya di San Francisco, dia mengatakan bahwa Rippling masih memiliki uang tunai dan belum memerlukan dana baru.
"Bagi saya, alasannya adalah ingin melindungi perusahaan dari potensi guncangan makro di masa depan,” kata Conrad.
"Saya tidak jago dalam memprediksi hal-hal ini," ujar dia pada saat itu.
Conrad mencoba menemukan terobosan baru dengan Rippling, yang bertujuan untuk membuat praktik human resource dapat dengan mudah diakses dengan perangkat lunak.
Dari kesuksesannya, Rippling kini bernilai dua setengah kali lipat dari Zenefit yang sebesar USD 4,5 miliar.
Kali Pertama
Ini merupakan kali pertama Conrad, yang juga merupakan pengusaha lulusan Harvard, menjadi miliarder.
Salah satu pendiri Rippling lainnya yakni Prasanna Sankar, yang, juga mantan direktur teknik Zenefits, sekarang juga seorang miliarder.
Forbes mencatat, kekayaan Sankar mencapai USD 1 miliar.
Keuntungan Rippling tidak hanya mengotomatiskan penggajian, tetapi juga secara otomatis mengelola alat perangkat lunak, aplikasi, dan kelompok kerja yang dibutuhkan karyawan baru—dan membuat semua itu diperbarui saat karyawan dinaikkan jabatannya, berganti tim, atau resign.
Pendapatan berulang tahunan Rippling kini berada di atas USD 100 juta atau Rp. 1,4 triliun (meskipun perusahaan menolak untuk lebih spesifik menyebut) dibandingkan dengan USD 13 juta ada tahun 2020.
"Awalnya di Rippling, ada banyak momen di mana kami akan berbicara dengan pelanggan dan mereka akan ketakutan karena Zenefits,” ungkap Conrad.
"Saya selalu berpikir kami hanya perlu membangun produk yang jauh lebih menarik untuk menarik orang masuk…Kami harus menjadi dua kali lebih baik, dan pada tingkat tertentu. Titik kekhawatiran itu akan mulai mencair dan itu akan menjadi percepatan besar bagi perusahaan," beber dia.
Advertisement