Liputan6.com, Gorontalo - Namanya, Siti Faradila Ali, sekolah di SDN 4 Paguyaman masuk kelas lima. Penghafal Al-Qur'an cilik, yang punya cita-cita sederhana. Dirinya ingin masuk Pesantren Al-Islam Gorontalo setelah lulus sekolah dasar.
Karena katanya, pesantren tersebut akan menggratiskan biaya sekolah jika bisa menghafal Al-Qur'an. Berikut kisah Siti, penghafal Al Quran 23 juz, anak tukang tarik kabel wifi.
Baca Juga
Advertisement
Siti tampak duduk sendiri di pelataran Taman Taqwa dekat panggung utama MTQ ke X tingkat Provinsi Gorontalo di Kabupaten Bone Bolango. Saat itu, dia mengenakan baju muslimah berwarna biru dan berkerudung merah.
Siti duduk memandang lepas ke arah danau Taman Taqwa. "Assalamualaikum Dek. Adik peserta MTQ?" sapa Liputan6.com saat meliput agenda lomba MTQ, Senin (27/6/2022).
"Iya" jawabnya. "Lomba apa?" tanya kami lagi. "Lomba hafalan Al-Qur'an 20 juz," katanya.
Takjub, melihat Siti anak kecil sederhana yang punya kemampuan luar biasa. Kami, kemudian mengorek informasi sedikit dari Siti, tentang teknik menghafal dan motivasinya.
"Saya jadi penghafal Al-Qur'an dari kelas satu SD sampai sekarang Alhamdulillah sudah 23 juz," ungkapnya.
Dirinya mengaku jika yang menjadi motivasi jadi penghafal Al-Qur'an bermula saat nonton hafidz Al-Qur'an di salah satu TV swasta nasional.
"Di situ tersentuh hati saya untuk jadi penghafal Al-Qur'an," tuturnya.
Siti bercerita, sejak kelas satu sekolah dasar, Siti mulai menghafal Al-Qur'an. Namun sebelumnya, sejak usia dini, Siti sudah dikenalkan dengan Al-Qur'an oleh kedua orangtuanya.
"Sejak PAUD sudah hafal Iqro, saat duduk di bangku taman kanak-kanak sudah lancar membaca Al-Qur'an," imbuhnya.
Siti belajar membaca dan menghafal Al-Qur'an hanya di rumah bukan dan tidak pernah mengenyam pendidikan di pesantren.
"Saya belajar di rumah bersama bapak. Bapak saya hanya jemaah masjid biasa," katanya sambil menceritakan ayahnya aktivitas ayahnya yang bekerja sebagai tukang tarik-tarik kabel wifi.
Siti anak tertua dari tiga bersaudara. Siti punya dua adik, yang satu masih berusia tujuh bulan.
"Kalau saya menghafal Al-Qur'an pakai Quran hafalan yang ada blok-bloknya, setiap blok itu saya baca sampai 40 menit kemudian dihafal. Kalau lupa dibaca lagi,"ujarnya sambil senyum.
Kisah Siti terbilang unik, penghafal Alquran, tapi kesehariannya bersekolah seperti biasa, bukan di rumah tahfiz. Lantas bagaimana keseharian Siti dalam menghafal Al-Qur'an? Siti menjawab dengan detail bahwa setiap pagi setelah salat subuh, dia menghafal Al-Qur'an.
"Setelahnya persiapan ke sekolah dari pagi hingga siang. Pulang sekolah sehabis zuhur, mengulang hafalan sewaktu subuh kemudian main bersama teman-teman, sore hari mengulang hafalan lagi muraja'ah," ia menandaskan.