Liputan6.com, Jakarta - Monkeypox atau cacar monyet sekarang telah teridentifikasi di lebih dari 50 negara dengan 3.000 kasus sejak awal Mei.
Menurut Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus kecepatan penularan cacar monyet menjadi keprihatinan serius.
Advertisement
Pasalnya, skala dan kecepatan wabah cacar monyet bisa mengkhawatirkan ditambah banyak hal yang tidak diketahui terkait penyakit tersebut. Masih ada kesenjangan data saat ini, para ahli juga masih memiliki pandangan yang berbeda dalam laporan konsensus yang sedang disiapkan.
Secara keseluruhan, dalam laporan tersebut para ahli memberitahu WHO bahwa saat ini monkeypox belum termasuk dalam Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional. Namun, para ahli itu membentuk komite khusus untuk meneliti monkeypox seiring meningkatnya kekhawatiran.
“Ini jelas merupakan ancaman kesehatan yang berkembang yang dipantau oleh saya dan rekan-rekan di Sekretariat WHO. Ini membutuhkan perhatian kolektif dan tindakan terkoordinasi kita untuk menghentikan penyebaran virus Monkeypox,” kata Tedros dalam keterangan WHO, Sabtu (25/6/2022).
Ia menambahkan, wabah ini perlu ditangani lebih lanjut menggunakan langkah-langkah kesehatan masyarakat termasuk pengawasan, pelacakan kontak, isolasi dan perawatan pasien. Serta memastikan alat kesehatan seperti vaksin dan perawatan untuk populasi berisiko yang dibagikan secara adil.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Akibat Pengabaian
Seperti diketahui, cacar monyet telah beredar di sejumlah negara Afrika selama beberapa dekade dan telah diabaikan dalam hal penelitian, perhatian, dan pendanaan.
Ini harus berubah tidak hanya untuk cacar monyet tetapi untuk penyakit terabaikan lainnya di negara-negara berpenghasilan rendah. Dunia diingatkan lagi bahwa kesehatan adalah proposisi yang saling berhubungan. Pasalnya, wabah di satu negara bisa memengaruhi negara lainnya.
Apa yang membuat wabah saat ini mengkhawatirkan adalah penyebaran yang cepat dan terus-menerus ke negara dan wilayah baru. Risiko penularannya juga lebih berkelanjutan ke populasi yang rentan termasuk orang-orang dengan gangguan kekebalan, wanita hamil, dan anak-anak.
Itulah mengapa sangat mendesak agar semua Negara Anggota, komunitas dan individu mengambil rekomendasi dari komite untuk meningkatkan pengawasan dan keterlibatan komunitas dalam komunikasi risiko diagnostik. Serta penggunaan terapi, vaksin, dan tindakan kesehatan masyarakat yang tepat termasuk pelacakan kontak dan isolasi, kata Tedros dalam keterangan yang sama.
Advertisement
Upaya Meneliti Monkeypox
Sejak mengetahui tentang wabah Monkeypox pada 7 Mei, WHO telah mengeluarkan panduan klinis dan mengumpulkan ratusan ilmuwan dan peneliti untuk mempercepat penelitian dan pengembangan Monkeypox dan potensi alat baru untuk dikembangkan.
WHO juga telah mengadakan pertemuan anggota masyarakat dan organisasi dari komunitas LGBTQI+ sehingga informasi kesehatan dan saran tentang langkah-langkah perlindungan dibagikan secara efektif dan luas.
WHO meminta Negara-negara Anggota untuk berkolaborasi, berbagi informasi, dan terlibat dengan komunitas yang terkena dampak sehingga langkah-langkah keselamatan kesehatan masyarakat dikomunikasikan dengan cepat dan efektif.
WHO meminta Negara-negara Anggota dan produsen bekerja sama untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat global. Ini bertujuan memastikan bahwa populasi yang terkena dampak menerima tindakan medis jika terkena cacar monyet. Kerja sama dilakukan melalui penelitian standar dan pengumpulan data untuk evaluasi lebih lanjut dari efektivitas klinis terapi dan evaluasi efektivitas vaksin.
“Saya berterima kasih kepada para ilmuwan dan pakar kesehatan masyarakat dari seluruh dunia yang berpartisipasi dalam Komite Darurat. Kami akan terus memantau situasi dengan cermat, mengikuti saran mereka untuk melanjutkan kewaspadaan dan kemungkinan pertemuan kembali dalam beberapa hari dan minggu mendatang berdasarkan evolusi wabah.”
Belum Ada di Indonesia
Sejak 13 Mei 2022 beberapa negara non endemik melaporkan kasus monkeypox. Menurut Juru Bicara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Mohammad Syahril, kasus cacar monyet di dunia pada 23 Juni 2022 sebanyak 3.335 konfirmasi, 298 suspek, dan 117 discarded (disingkirkan).
“Untuk di Indonesia, Alhamdulillah saat ini kasusnya belum ada,” kata Syahril dalam konferensi pers Kementerian Kesehatan, Jumat (24/6/2022).
Meski begitu, beberapa wilayah di Indonesia telah melaporkan kasus yang dicurigai. Setelah penyelidikan lebih lanjut, disimpulkan bahwa belum ada satupun yang memenuhi kriteria suspek atau probable.
Total kasus yang dicurigai ada 9, dari 9 orang tersebut 7 di antaranya dinyatakan negatif setelah tes PCR orthopoxviridae, 1 orang didiagnosa Pemfigoid Bulosa (penyakit kulit langka yang menyerang sistem imun), dan 1 orang lainnya Varicella atau cacar air.
Guna mengantisipasi sebaran cacar monyet di Indonesia, pemerintah telah menyiapkan 2 laboratorium rujukan pemeriksaan monkeypox.
Kedua laboratorium tersebut yakni:
-Pusat Studi Satwa Primata, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor (LPPM IPB) di Jalan Lodaya II No. 5 Bogor, 16151.
-Laboratorium Penelitian Penyakit Infeksi Prof. Sri Oemiyati di Kompleks Pergudangan Kemenkes Gedung 01, Jalan Percetakan Negara II No. 23, Jakarta, 10560.
“Jadi di dua tempat ini dipusatkan untuk mendeteksi apabila ada dugaan kasus monkeypox.”
Advertisement