Menyelamatkan Pesisir Palu dari Krisis Mangrove

Inisiasi berbagai komunitas berhasil memunculkan kembali vegetasi mangrove di Pesisir Kota Palu yang sempat hilang akibat tsunami 2018 silam.

oleh Heri Susanto diperbarui 30 Jun 2022, 06:00 WIB
Penanaman mangrove di Pesisir Teluk Palu oleh sejumlah pelajar. Penanaman mangrove itu merupakan inisiatif bersama BRIN, BPS Palu, Pelajar serta sejumlah komunitas pecinta lingkungan, Sabtu (25/6/2022) di Pantai Dupa, Kelurahan Tondo. (Foto: Heri Susanto/ Liputan6.com).

Liputan6.com, Palu - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), BPS Palu, para pelajar, dan sejumlah komunitas pencinta lingkungan, menggelar aksi menanam mangrove di Pantai Dupa, Kelurahan Tondo, Palu, Suteng, akhir pekan kemarin.

Sebanyak 500 bibit yang 100 di antaranya merupakan propagul atau buah mangrove yang telah berkecambah ditanam di Pesisir Palu tersebut.

"Kami berharap percepatan luasan mangrove di sini menjadi nyata dengan pelibatan banyak pihak," kata Peneliti Pusat Riset Pendidikan BRIN, Bagus Hary Prakoso di sela kegiatan penanaman mangrove.

Vegetasi mangrove di lokasi itu telah menjadi lokasi wisata edukasi dan penelitian. Sejak 2019 atau setelah tsunami 2018, lokasi itu menjadi pusat penanaman mangrove oleh berbagai komunitas pencinta lingkungan.

"Dulu sebelum tsunami Kota Palu punya kawasan mangrove, tapi setelah bencana itu habis. Padahal selain lebih efektif menyerap karbon dan penahan gelombang laut, mangrove juga menjaga ekosistem bahkan potensi ekonomi," kata Abizar Ghiffary, Co Founder Seangle.

Upaya menghijaukan kembali Pesisir Palu itu bukan tanpa tantangan. Sampah dan kayu gelondongan yang terbawa dari Sungai Palu kerap merusak mangrove muda. Karena itu komunitas mangrovers rutin memantau perkembangan tanaman itu dan membersihkan pantai setiap akhir pekan.

Aktivitas manusia juga disebut jadi ancaman. Walau sudah ada pos jaga sederhana dan papan peringatan, pemancing dan warga yang belum paham pentingnya mangrove di lokasi itu kerap sengaja maupun tidak, jadi biang tanaman itu gagal tumbuh.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Berharap Jadi Kawasan Konservasi

Pantai Dupa, Palu yang jadi pusat penanaman mangrove oleh berbagai komunitas peduli lingkungan. Di lokasi itu sudah ada 10 ribu pohon mangrove sejak penanaman dilakukan tahun 2019. (Foto: Heri Susanto/ Liputan6.com).

 

Mangrovers Palu menyebut konservasi mangrove di pesisir Palu bisa mejadi solusi melindungi lokasi itu dari abrasi dan bencana tsunami yang sewaktu-waktu bisa terjadi lagi.

"Kalau ini jadi kawasan konservasi, pengembangan, pengawasan, hingga pelibatan warga di lokasi ini bisa fokus dan maksimal," kata Muhammad Najib, anggota Mangrovers Palu.

Di lokasi itu sendiri saat ini telah ada 10.000 mangrove berbagai jenis yang berhasil ditumbuhkan oleh inisiatif sejumlah komunitas pencinta lingkungan di Kota Palu

Upaya itu juga sebagai upaya memulihkan ekosistem laut dan pesisir Palu yang rusak. Bahkan, Ekosistem mangrove di Palu disebut sedang kritis dibanding daerah lain di Sulawesi Tengah. Penyebabnya selain karena bencana, juga lantaran alih fungsi pesisir menjadi permukiman dan bangunan-bangunan lain.

"Sebaran mangrove di Sulawesi Tengah baik bervegetasi maupun tidak, seluas 46 juta hektare. Semua daerah punya, sementara Kota Palu tidak ada terutama setelah bencana," ujar Bau Toknok, Peneliti dan Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya